Dalam silsilah masyarakat Minangkabau, Datuak Parapatiah Nan Sabatang adalah salah
satu Pucuk Pimpinan Minangkabau. Salah satu monumen peninggalan yang berkaitan dengan Datuak Parpatiah a adalah “Batu Nan Tujuah”
di Nagari 9 Korong ( Sembilan Korong), Kota Solok. Menurut Tetua di daerah tersebut, Batu Nan Tujuah juga dikenal sebagai tempat sandaran Datuak
Parapatiah Nan Sabatang. Disanalah salah satu tempat beliau mendapat
banyak pemikiran – pemikiran untuk kesejahteraan masyarakat Minangkabau.
Menurut penjelasan warga yang berada di sekitar situs, keberadaan Batu Nan Tujuah dianggap keramat oleh masyarakat sekitar. Dan bagi pengunjung tetap menjaga adab dan sopan santun selama di sekitar wilayah situs. Ada seorang penjaga yang ditugasi untuk merawat situs tersebut. Batu nan tujuah, kalau dalam bahasa Indonesia dapat
berarti “batu yang tujuh”, atau 7 (tujuh) batu. Namun di kenyataannya terdapat lebih dari tujuh batu.
Letaknya pun berserakan.
Batu Nan Tujuah ini
merupakan batu sandaran bagi Datuak Paraptiah Nan Sabatang. Beliau
mendapat banyak ketenangan ketika istrahat disana. Dan mengenai sebutan "7” (tujuh) sendiri merupakan karena cerminan sikap Datuak
Parapatiah Nan Sabatang, yang selalu berpegang teguh terhadap Tujuh Sifat yang dianjurkan Tuhan Yang Maha Esa dalam memimpin. Dan makna " Sandaran" dapat berarti sebagai tempat kita
menompang agar kita tidak terjungkir kebelakang. Jadi makna yang terkandung adalah Batu
Nan Tujuah menyimpan arti bahwasanya, Datuak Parapatiah Nan Sabatang
selalu memegang landasan dalam memimpin kaumnya. Mari Generasi Muda Minangkabau....lestarikan situs budaya ini . (*)