Hasan Basri Durin lahir di Nagari Jaho Kota Padang Panjang pada tanggal 15 Januari 1935. Dan diberitakan meninggal pada tanggal 9 Juli 2016 pada umur 81 tahun. Beliau adalah mantan politikus Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Walikota Padang dan Gubernur Sumatera Barat masing-masing selama dua periode dan menjadi Menteri Negara Agraria pada 1998-1999.
Hasan Basri Durin lahir dan dibesarkan di kampungnya di Jaho, sebuah kenagarian yang terletak di dekat Kota Padang Panjang. Ayahnya, yakni Mahmud Durin Datuk Majo Indo adalah guru di Perguruan Tarbiyah Islamiyah, sementara ibunya bernama Darama Setelah menamatkan SMA di Bukittinggi, ia pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan ke jenjangperguruan Tinggi. Pada akhir tahun 1954, ia
memutuskan meninggalkan kampungnya dengan menaiki kapal dari Teluk Bayur menuju Jakarta untuk mengikuti tes penerimaan pegawai Departemen Luar Negeri. Tidak lama setelah menapakkan kaki di perantauan, datang surat undangan
kepada orang tuanya di Padang Panjang bahwa ia mendapat kesempatan
untuk kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM) dengan beasiswa ikatan dinas dari Departemen Luar Negeri Dari Jakarta, Hasan Basri Durin kemudian melanjutkan perantauannya ke Yogyakarta.
Setelah tamat dengan meraih gelar Sarjana Muda di UGM pada tahun 1958, ia segera ditugaskan oleh Departemen Dalam Negeri di Jambi sebagai Sekretaris Panitia Pemilihan Daerah (PPD). Setelah dua tahun
bertugas di Jambi, ia melanjutkan pendidikan tingkat doktoral di UGM.
Ketika itulah, sekitar awal 1960, Hasan Basri Durin berjumpa dengan
Zuraida Manan, gadis sekampungnya yang telah dikenalnya sejak SMA, lalu
mempersuntingnya. Pada akhir tahun 1960, ia menyelesaikan studi
doktoralnya di UGM, kemudian ia segera ditugaskan kembali di Jambi
sebagai Sekretaris Wali Kota Jambi. Untuk memperdalam pengetahuan di
bidang pemerintahan, ia dikirim ke Amerika Serikat dari tahun 1962 sampai 1963.
Pulang dari Amerika, ia dipercaya menjadi Penjabat Wali Kota Jambi
(1966–1967) saat usianya waktu itu baru mencapai 31 tahun. Namun,
intrik-intrik politik di Jambi mengakibatkan ia harus meninggalkan
daerah itu.
Komentar Tokoh Sumbar Mengenai Hasan Basri Durin
1. Irwan Prayitno ( Gubernur Sumatera Barat )
“Jika ada yang pantas dinobatkan menjadi Bapak Tani Sumatera Barat, Pak
Hasan adalah orangnya. Di masanya, kualitas dan produksi pertanian
Sumbar mengalami peningkatan tajam. Banyak penyuluhan pertanian, baik
dari luar dan dalam negeri didatangkan untuk meningkatkan kualitas
individu dan kolektif petani. Termasuk perkembangan alat-alat pertanian
modern yang didistribusikan ke petani di seluruh daerah,”
2. Gamawan Fauzi
"Beliau adalah pemimpin yang konsisten, punya idealisme yang kuat dan teguh dalam pendirian. Saya banyak belajar dari beliau,"
"Pak Hasan itu kalau sudah mengambil keputusan, tidak akan berbelok.
Beliau tidak akan berubah, sangat konsisten dan berani menanggung
resiko. Jadi, sebelum mengambil sebuah keputusan, pasti beliau akan
berpikir dulu masak-masak," kenang Gamawan
3. Syahrul Udjud
“Tidak pernah sekalipun beliau mau menunjukkan sikap bermusuhan. Beliau
selalu baik, tersenyum, bertegur sapa. Silaturrahim tetap beliau
bangun, meski berbeda pendapat. Setahu saya, sikap yang sama juga beliau
lakukan kepada semua orang,” kata Syahrul yang mengakui bahwa HBD
adalah gurunya dalam urusan kepamongan dan bapak ideologisnya dalam soal
politik.
4. Basrizal Koto
“Bas, bagi Bapak, yang penting Sumbar maju. Kekuatan ranah dan rantau bisa bersatu membangun negeri yang kita cintai ini,” kata-kata ini, terngiang kembali di telinga saya. Bulu roma saya berdiri. Pak Hasan, maafkan ananda tidak bisa melepas Bapak ke tempat peristirahatan terakhir. Maafkan saya. Semoga Allah SWT mencatat semua kebaikan Bapak kepada banyak orang dan kepada Sumatra Barat. Semoga amal dan kebaikan Bapak, setia mendampingi Bapak di alam sana. Amin
4. Basrizal Koto
“Bas, bagi Bapak, yang penting Sumbar maju. Kekuatan ranah dan rantau bisa bersatu membangun negeri yang kita cintai ini,” kata-kata ini, terngiang kembali di telinga saya. Bulu roma saya berdiri. Pak Hasan, maafkan ananda tidak bisa melepas Bapak ke tempat peristirahatan terakhir. Maafkan saya. Semoga Allah SWT mencatat semua kebaikan Bapak kepada banyak orang dan kepada Sumatra Barat. Semoga amal dan kebaikan Bapak, setia mendampingi Bapak di alam sana. Amin
Dihimpun dari Berbagai Sumber.
- Wikipedia
- Haluan.com