Wakil Ketua DPRD Solok Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), Armen Syahjohan, meminta perbaikan jalan Padang-Kerinci bisa segera dituntaskan karena merupakan akses utama daerah bagian timur Sumbar ini ke ibukota provinsi, Padang.
"Selain itu, dalam waktu dekat ini juga ada agenda tahun, yakni mudik lebaran, selain Tour de Singkarak. Dengan jalan yang rusak, tentu mengganggu kenyaman warga yang akan mudik kendati jalan tersebut masih bisa dilewati," katanya ketika dihubungi dari Padang Aro, Rabu.
Dalam upaya mempercepat perbaikan jalan yang kini telah berubah status menjadi jalan nasional itu, menurutnya, perlu adanya koordinasi antara Pemerintah Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Solok. Solok Selatan mekar dari Kabupaten Solok pada 2004.
"Karena jalan yang rusak itu terbanyak di Kabupaten Solok, mulai dari Air Dingin hingga Surian," ujarnya.
Ia menyebutkan, salah satu penyebab rusaknya jalan tersebut adalah aktivitas penambangan galian C mulai dari Air Dingin hingga daerah Lolo, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Solok.
"Kami, khususnya masyarakat Solok Selatan, berharap Pemkab Solok bisa menertibkan aktivitas penambangan galian C itu," sebutnya.
Seorang sopir mobil sewaan, Riki (40), menyebutkan jalan yang berlubang dan terban membuat waktu tempuh Muaralabuh-Padang kian lama. "Biasanya bisa ditempuh sekitar tiga jam, kini hampir empat jam," katanya.
Dirinya harus lebih waspada saat melajukan kendaraannya agar penumpang aman. Lubang-lubang jalan itu kedalamannya mencapai lima centimeter sehingga jika tidak hati-hati atau hafal dengan kondisi jalan akan mempercepat rusak mobil.
"Terlebih kalau hujan. Banyak jalan yang berlubang itu tergenangi air sehingga tidak tahu berapa kedalamannya," ujarnya.
Seorang warga Muaralabuh, Loli (20), yang hendak mudik ke Solok Selatan, mengatakan, semestinya dinas terkait memasang rambu-rambu tentang jalanan yang rusak sehingga pengguna jalan tahu dimana saja titik-titik jalan yang rusak.
"Walaupun nanti akan diperbaiki, tapi dengan adanya rambu-rambu itu akan menghindarkan pengguna jalan dari kecelakaan lalu lintas," ujarnya.
Ia mengaku berulang kali sepeda motornya masuk jalan yang berlubang karena tidak mengetahui kondisi jalan. "Saya sudah hampir setahun tidak pulang kampung karena harus melanjutkan studi mengambil sertifikat keperawatan, jadi tidak tahu dimana saja jalan yang berlubang," katanya.
Akibat jalan yang rusak dan adanya aktivitas tambang galian C itu, panitia Tour de Singkarak (TdS) 2016 membatalkan rute balap sepeda internasional itu ke Solok Selatan.
Rencana awal, Solok Selatan akan menjadi lokasi finis etape kedelapan TdS 2016 dengan mengambil start di Kota Sawahlunto.
Bupati Solok Selatan, Muzni Zakaria, menolak pembatalan rute tersebut. "Kami tidak bisa menerima rute TdS ke Kabupaten Solok Selatan dibatalkan secara sepihak oleh panitia, dengan alasan jalan rusak dan tidak cukup waktu untuk memperbaikinya," jelasnya.
Ia mengatakan jalan yang rusak sepanjang jalur TdS yang finis di Solok Selatan adalah akibat bencana yang terjadi pada awal 2016.
Kerusakan jalan tersebut sudah terjadi sejak Februari 2016 dan apabila pemerintah memiliki niat untuk memperbaikinya tentu sudah dilaksanakan sejak dulu.
"Semua pihak sudah tahu even ini digelar pada Agustus dan titik kerusakan jalan akibat bencana sudah didata dan bila ada niat memperbaikinya pasti sudah selesai sekarang," ujarnya.
Apabila pemerintah provinsi tidak memiliki dana untuk memperbaiki titik jalan yang rusak tersebut mereka bisa mengatakan sejak awal.
"Kami bisa mengalihkan beberapa paket proyek untuk memperbaikinya, tetapi tentu harus ada pernyataan tertulis dari Pemprov Sumbar," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Permukiman Sumatera Barat, Suprapto menjelaskan pihaknya enggan mengalokasikan anggaran untuk perbaikan jalan Padang-Kerinci selama aktivitas tambang galian C di Kabupaten Solok tidak dihentikan.
"Setiap tahun dana dialokasikan untuk perbaikan jalan Padang-Kerinci Rp40 miliar tetapi belum sampai satu tahun sudah rusak lagi karena aktivitas pertambangan di sekitar Alahan Pajang sampai Surian," katanya.
Menurutnya tidak mungkin dana pemerintah hanya diperuntukkan guna memperbaiki jalan yang sama setiap tahunnya karena kebutuhan bukan hanya di lokasi tersebut.
"Sebaiknya kami pindahkan dananya ke daerah lain sehingga bisa lebih bermanfaat daripada di lokasi yang sama tetapi tidak bertahan lama," lanjutnya.
Ia menerangkan, sejak tahun 2013 hingga 2015 pihaknya selalu mengalokasikan dana Rp40 miliar per tahun untuk Padang-Kerinci, tetap tidak bisa bertahan hingga lima tahun.
"Selama tambang sepanjang jalan tersebut dibiarkan saya tidak akan mengalokasikan dana untuk perbaikan," ujarnya. (*)
sumber: Antara Sumbar