Padang - Namun Selama ini ada kekhawatiran yang besar terhadap
“social impact” pariwisata dan jika Sumatera Barat benar-benar
merevitalisasi dunia pariwisatanya, apalagi mengingat pangsa pasar
wisatawan yang akan dibidik notabene mempunyai tatanan nilai yang
“berseberangan” dengan tatanan keyakinan dan budaya Minangkabau dengan
postulatnya “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”.
Ada dilema antara mempertahankan karakteristik nilai & budaya,
dengan meraup keuntungan besar dari kedatangan dan spending para
wisatawan mancanegara, dibawah bayang-bayang kekhawatiran akan hadirnya
budaya yang permisif.
Namun dikutip dari info sumbar seiring dengan peningkatan
kesejahteraan kalangan menengah muslim dunia sejak era tahun 2000-an,
maka muncullah suatu trend pangsa pasar baru wisatawan dunia yang tumbuh
dengan pesat, yaitu para “muslim travelers”. Berdasarkan data Thomson
Reuter, pada tahun 2014 tercatat belanja turis muslim global adalah
sebesar USD 142 milyar (di luar umrah & haji), nomor dua setelah
pasar China yang sebesar USD 160 milyar. Suatu ceruk pasar yang besar
dan menggiurkan yang layak diraih oleh Indonesia, khususnya Sumatera
Barat. Pasar ini datang dari muslim di kawasan Asia Tenggara, Timur
Tengah (Qatar, UAE, Kuwait, Arab Saudi, Oman dll), Eropa, Asia Tengah
& China.
Sebagai konsumen muslim dalam pasar pariwisata global, tentu saja
mereka punya karakterisrik dan kebutuhan tersendiri dalam berwisata ke
berbagai belahan dunia. Ketersediaan akan makanan halal, fasilitas
beribadah (bersuci, berwudhu, dan sholat), ketersediaan informasi, dan
berbagai fasilitas pendukung yang muslim friendly menjadi persyaratan
mutlak untuk meraih dan mendatangkan pasar ini, sebagai bagian dari
hospitality terhadap konsumen. Negara-negara seperti Malaysia,
Singapura, Thailand, Jepang, Korea, dan Turki tampak lebih sadar dan
sigap untuk segera merebut pasar tersebut.
Mewujudkan pelayanan, fasilitas, dan aktivitas wisata yang muslim
friendly sebagai bentuk servis terhadap permintaan konsumen & pasar
muslim inilah yang kemudian dinamakan dengan HALAL TOURISM. Dan yang
perlu dicatat, bukannya mempersempit, malah halal tourism ini justru
memperluas segmen pasar pariwisata karena menyediakan semakin banyak
pilihan produk bagi para wisatawan, apalagi halal tourism ini bisa
dinikmati oleh semua segmen dari anak-anak sampai orang dewasa, muslim
ataupun non-muslim.
Trend Halal Tourism ini seharusnya merupakan nafas baru bagi
pariwisata Minangkabau. Ini merupakan peluang yang sangat bagus dan
seirama dengan langgam pengembangan pariwisata yang dikehendaki oleh
tatanan nilai & kultur Minangkabau, yang ditunggu-tunggu oleh
masyarakat. Kekhawatiran akan social impact pariwisata perlahan-lahan
akan mulai pergi, berganti dengan optimisme dan totalitas untuk
mengembangkan dunia pariwisata seiring dengan munculnya pasar “muslim
travelers”. Ditambah lagi Sumatera Barat memiliki keindahan alam yang
sangat indah, budaya yang sangat unik, khazanah kuliner yang sangat
nikmat, khazanah wisata sejarah dan ziarah Islam yang sangat menarik
dengan banyak kisah para ulamanya, dan banyak lagi keunggulan lainnya.
Bak gayung bersambut, harapan masyarakat Minangkabau tersebut bertemu
dengan rencana Kementerian Pariwisata RI untuk mendorong Sumatera Barat
ke pentas dunia sebagai World Halal Tourism Destination berikutnya,
setelah sebelumnya Lombok-NTB terlebih dahulu diorbitkan ke pasar dunia
dan puncaknya berhasil meraih “The Best Halal Tourism Destination Award”
dan “The Best Halal Honeymoon Destination Award” dalam acara World
Halal Travel Mart di Abu Dhabi, UAE tahun 2015. Suatu usaha yang layak
untuk ditiru.
Jadi rasanya inilah genre pariwisata yang cocok untuk dikembangkan di
Ranah Minang. Terlalu cocok malah. Tiba saatnya menepis keraguan dan
kekhawatiran, dan inilah saatnya untuk totalitas mengembangkan
pariwisata di Sumatera Barat, tentu saja dalam genre Halal Tourism,
bahkan menjadikannya sebagai leading sector. Apalagi sektor pariwisata
mempunyai impact yang tinggi untuk menggerakkan sektor-sektor lain
(transportasi, perdagangan, industri kreatif, kuliner, pertanian,
pendidikan, dll).
Sumber : www.sumbar.travel