Kearifan Lokal Kunci Kerukunan Umat
Tanah Datar - Ada banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya gesekan di tengah masyarakat, baik intra umat Islam maupun antar umat beragama. Kearifan lokal diyakini menjadi kunci ampuh untuk menata kerukunan umat.
“Kearifan lokal, semisal yang dimiliki masyarakat Minangkabau berupa Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), terbukti mampu mencegah terjadinya gesekan. Itu pulalah sebabnya, kami di Kabupaten Tanah Datar menjadikan ABS-SBK sebagai inspirasi utama dalam menyelenggarakan pembangunan keumatan,” ujar Bupati Irdinansyah Tarmizi, Kamis (8/9), di Aie Angek Cottage, Kecamatan X Koto.
Bupati mengutarakan hal itu, saat tampil sebagai narasumber pada kegiatan yang diselenggarakan Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat, yakni Rapat Koordinasi Kerukunan Umat Beragama Sumbar Tahun 2016, berlangsung selama tiga hari: 7-9 September 2016 dan diikuti 40-an peserta dari 19 kabupaten/kota di Sumbar.
Dikatakan, masalah yang kerap muncul di tengah-tengah masyarakat Minangkabau yang mayoritas beragama Islam cenderung pada masalah internal. Misalnya, ujar dia, perbedaan aliran dan pemahaman terhadap ajaran Islam, aliran-aliran sesat dan sempalan yang mengatasnamakan Islam, dan aliran kepercayaan yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Sementara antarumat beragama, sebut bupati, sejauh ini masih terpelihara dengan baik.
Irdinansyah yang merupakan satu-satunya kepala daerah di Sumbar yang berlatar belakang aktivis organisasi keagamaan itu menyebut, kearifan lokal Minangkabau berupa ABS-SBK, sepatutnya terus dikembangkan di tengah-tengah masyarakat, sehingga mereka bisa terbentengi dengan baik dari beragam pengaruh tidak baik di luar.
“Di Tanah Datar, kearifan lokal ABS-SBK itu sudah diaplikasikan ke dalam visi misi daerah guna mewujudkan masyarakat madani, masyarakat yang toleran dan mengedepankan kebersamaan,” sebutnya.
Dalam pekembangan sejarah umat Islam di Indonesia hingga saat ini, kata bupati, sedikitnya ada tiga persoalan pokok yang mengancam umat dan membuka peluang terjadinya gesekan, di antaranya munculnya paham-paham yang bertentangan dengan adat istiadat masyarakat setempat, kemajuan teknologi dengan segala perangkatnya, dan intervensi budaya asing yang tidak sesuai dengan keyakinan, adat istiadat, dan pemahaman warga lokal.
Agar masyarakat bisa terbentengi dengan baik, Irdinansyah menyarankan, segenap elemen masyarakat di Sumbar dapat meningkatkan kewaspadaan, dan memperkuat keimanan dan ketaqwaan berbasis rumah tangga.
“Aliran dan paham keagamaan yang masuk ke masyarakat, bila tidak bisa disikapi dengan baik, diyakini akan berdampak negatif terhadap kerukunan umat, baik intra maupun antaragama. Ini jelas hal yang tak kita inginkan,” tegasnya.(Putra/mm)