Monitoring Dan Evaluasi Terhadap Penjaja Jajanan Sekolah Sangat Membantu Terwujudnya Jajanan Sehat Tak bisa dipungkiri lagi bahwa untuk mencetak generasi Indonesia yang sehat, kuat , dan berkarakter perlu didukung oleh kecukupan asupan gizi makanannya.
Salah satu yang harus diperhatikan dalam menjaga kesehatan anak terutama dari segi makanan adalah jajanan sekolah. Berbagai jajanan sekolah ternyata belum bebas dari zat berbahaya dan aman. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), tak jarang menemukan sebuah jajanan yang mengandung zat beracun di kantin sekolah maupun penjaja makanan di sekolah.
Defrijon, SST seorang Nutrisionis Ahli di RSUD Kota Padang Panjang menjelaskan mengenai kemungkinan jajanan yang berpotensi mengandung zat beracun. Misalnya, pada jajanan mie berwarna mencolok, gula-gula, cone es, bolu kukus, bakso dan lain-lain.
Beberapa jajanan itu ternyata dekat dengan para murid, khususnya pelajar SD. Banyak murid SD kerap mengkonsumsi jajanan yang berpotensi dicampuri zat berbahaya tersebut. Misalnya, gula-gula yang berwarna warni dan bakso.
Menurut data dari BPOM, cone es yang dijual pada dagangan 'es tong tong' kerap dicampur dengan zat berbahaya, yakni Methanil Yellow. Padahal, zat ini dipakai untuk pewarna tekstil, kertas, serta cat. "Biasanya itu supaya tetap garing. Jadi kalau conenya itu kena es, dia enggak langsung rusak," ujar Ahli Nutrisi ini (10/9).
Zat lain yang berbahaya disusupi pada jajanan anak, lanjut Def, yakni Rodhamin B, formalin dan boraks. Makanan yang mengandung Rodhamin B biasanya berwarna merah terang dan menyala, seperti digula-gula.
Zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan hati, ginjal, kanker kandung kemih dan gangguan hati. Sedangkan formalin, lanjut Dewi, biasa disusupi ke makanan agar menjadi lebih keras atau kenyal.
Kadang, makanan berformalin berbau menyengat. Padahal, formalin dipakai untuk mengawetkan mayat, membunuh kuman, perekat kayu lapis dan sebagai desinfektan. Contoh makanan yang berpotensi disusupi zat ini misalnya bakso, tahu, dan mi.
"Biasanya kalau formalin itu setelah dimakan agak pahit dilidah," ujar Def.
Zat berbahaya lainnya adalah boraks. Makanan yang disusupi zat berbahaya ini biasanya agar menjadi sangat kenyal, renyah, dan getir di lidah. Ini biasa disusupi pada makanan seperti ketupat, cone es, bakso dan lain-lain.
"Efek jangka pendeknya itu tidak ada nafsu makan. Dan biasanya maunya makan yang mengandung boraks itu saja. Dia jadi mau makan itu terus," ujar Def.
Menurut Def , boraks juga dapat mengakibatkan gatal kulit. Sementara untuk jangka menengah bisa mengakibatkan gangguan syaraf. Untuk jangka panjang, dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal dan organ tubuh lainnya.
Def berharap ada kepedulian bersama dalam mewujudkan jajanan sekolah yang higienis, bergizi, aman, dan Halal.
Solusi Cerdas Masalah Jajanan Sekolah
Defrijon SST menyebutkan sebenarnya ada langkah cerdas dalam pengawasan dan pengontrolan jajanan sekolah ini. Intinya adalah " win - win solution " yaitu pedagang atau kantin tetap bisa berjualan dan mendapatkan untung. Di lain sisi, anak sekolah tetap sehat dengan jajanan yang halalan dan thoyyiban.
" Dimulai dari pendataan penjual jajanan sekolah dan kantin sekolah, setelah didata baru dilakukan pembinaan dalam bentuk seminar atau pelatihan produksi makanan yang higienis , aman , dan sehat, " jelas Def.
Setelah mengikuti pelatihan dan pembinaan, gerobak atau kantin tempat penjual menjajakan jajanan sekolah itu dipasang " sticker khusus ". Sticker ini menerangkan dengan tegas bahwa si penjual atau kantin yang dipasangi sticker tersebut sudah mengikuti pelatihan dan pembinaan , dan telah disurvei oleh Bina Gizi Dinkes Setempat serta telah dinyatakan " aman dan sehat " produk jajanan sekolah yang dijualnya.
Sehingga dari penandaan tersebut, pihak konsumen atau anak sekolah bisa dengan mudah menentukan mana jajanan sekolah sehat, dan mana yang tidak. Selanjutnya, Setiap enam sekali dilakukan monitoring dan evaluasi oleh dinas terkait yang ditunjuk.
"Dengan langkah sistematis dan terkontrol ini, usaha untuk mewujudkan generasi muda yang sehat, kuat, dan berkarakter akan lebih mudah dilaksanakan," pungkas Defrijon.
Reporter: Budi
Editor: Nyong
Editor: Nyong