Pariaman - Selain plang huruf merek pulau, sejumlah fasilitas dan bangunan di Pulau Angso Duo mengalami kerusakan dan sebagian menunggu runtuh akibat perubahan keseimbangan alam di pulau tersebut.
Salah satunya fasilitas gazebo tempat istirahat dan santai yang dibangun di sisi Utara Pulau Angso Duo. Satu diantara gazebo sudah miring ke laut dikikis ombak. Satu lainnya menunggu nasib serupa.
Ya, begitulah nasib bangunan yang katanya fasilitas pendukung pariwisata kalau dibuat asal-asalan. Pas ingat langsung dibuat, tanpa pertimbangan dan kajian komprehensif plus minusnya.
Apalagi fasilitas itu dibangun di ruang terbuka, yang lokasinya sangat rentan dipengaruhi perubahan struktur dan keseimbangan alam, seperti kawasan pesisir pantai, pulau dan daerah aliran sungai (DAS).
Kerusakan fasilitas publik pendukung pariwisata yang dibangun dengan biaya mahal di Pulau Angso Duo itu, hanyalah bagian kecil dari fenomena serupa yang jamak ditemui selama ini. Tak usah benarlah dirinci satu-satu. Cukup dipahami saja.
Belum lagi pola pembangunan fasilitas pendukung pariwisata yang kasat mata tampak sekedar tambal sulam. Lihatlah di lapangan, berapa banyaknya fasilitas publik pendukung pariwisata yang tiap sebentar dirombak.
Baru beberapa tahun fasilitas selesai dibangun, baru dimanfaatkan sebentar, teringat pula ada yang lebih bagus, fasilitas yang telah dibangun tersebut, lalu begitu saja dirubuhkan dan di lokasi yang sama dibangun fasilitas baru.
Kalau cara berpikir membangun fasilitas pendukung pariwisata tanpa konsep dan perencanaan matang serta tak memikirkan keberkelanjutan seperti itu terus berlanjut dan terus dipertahankan, patut dipertanyakan komitmen daerah mengusung jargon pariwisata sebagai misi pemerintahan.
Kalau memang betul serius mengembangkan dan menjadikan pariwisata sebagai lokomotif penggerak perekonomian daerah, sudah seharusnya, sudah saatnya dan sudah pada tempatnya cara berpikir instan seperti yang selama ini dilakukan, segera ditinggalkan.
Kalau komit, sekarang saatnya mengedepankan cara berpikir terstruktur, sistematis, masif, konseptual, peduli lingkungan dan memikirkan keberlanjutan, intinya perkuat perencanaan dalam membangun pariwisata. (*)
(Catatan Pagi, Senin 3 Oktober 2016)
Sumber : Tomi Tanbijo