Notification

×

Iklan

Iklan

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (Internasional) 2016

09 Oktober 2016 | 11:23 WIB Last Updated 2016-10-09T04:26:14Z

Dunia sedang membicarakan tentang Kesehatan Jiwa. Karena memang setiap tanggal 10 Oktober ditetapkan sebagai “Hari Kesehatan Jiwa Sedunia”.

Masalah kesehatan jiwa merupakan suatu masalah serius. WHO (1990) melaporkan dari 10 masalah kesehatan utama yang menyebabkan disabilitas, 5 diantaranya adalah masalah kesehatan jiwa yaitu: depresi, alkoholisme, gangguan bipolar, skizofrenia, dan obsesif kompulsif. WHO juga memprediksikan pada tahun 2020 mendatang depresi akan menjadi penyakit urutan kedua dalam menimbulkan beban kesehatan.

Kesehatan merupakan salah hal yang menjadi keinginan setiap orang, mereka tidak ingin merasakan sakit karena akan mengganggu aktivitas yang biasa di lakukan. Pada dasarnya kesehatan dibagi menjadi dua hal yaitu kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Kesehatan Jasmani berhubungan dengan fisik manusia namun berbeda dengan kesehatan  rohani yang berhubungan dengan kesehatan jiwa seseorang. Orang yang terkena penyakit gangguan jiwa identik dengan sakit gila.

Badan Kesehatan dunia telah menetapkan sebuah peringatan penting terhadap Kesehatan jiwa, pada tanggal 10 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (Internasional). Pada tahun 2016 peringatan hari Kesehatan Jiwa sedunia jatuh pada hari senin, 10 oktober 2016. Melalui peringatan hari Kesehatan Jiwa Internasional ini di harapkan bisa memberikan kesadaran kepada setiap orang agar bisa menjaga kesehatan jiwa.

Menurut Prof. Askobat Gani (2005) menyatakan bahwa beban penyakit gangguan mental mencapai 13,8% dari seluruh beban penyakit di Indonesia.
Masyarakat kota-kota besar harus memiliki mental yang kuat. Jika tidak, maka mental mereka bisa sakit. Data Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes menyebutkan bahwa masyarakat di perkotaan rentan terkena sakit jiwa. Itu karena tekanan mental, psikologis dan emosional kota-kota besar seperti Jakarta cukup besar. Mulai dari tekanan ekonomi, daya saing, dan sebagainya.

Namun, perhatian pemerintah akan penyakit jiwa sangatlah kurang. Perbandingan antara jumlah masyarakat atau pasien dengan sarana dan prasarana masih dapat dikatakan jauh dari harapan. Di Jakarta baru tersedia 2 RSJ milik Pemda DKI. Lainnya berupa klinik dan panti-panti kesehatan milik swasta. Di Sumatera Barat baru 1 RS Jiwa.

Tak heran, banyak individu-individu yang sakit jiwa berkeliaran di jalan, dipasung di kamar karena tak punya biaya, dan lain sebagainya. Seakan-akan pemerintah lebih terfokus pada penyakit fisik dibandingkan dengan penyakit jiwa. Seharusnya aspek kejiwaan juga menjadi perhatian yang perlu lebih disorot oleh pemerintah, sehingga diharapkan kesehatan jiwa masyarakat menjadi lebih sehat, dan bukan sebaliknya, menjadi lebih sakit.

Instabilitas Ruhani Pemicu Menurunnya Kesehatan Jiwa
Fenomena adanya kaum intelektual yang percaya terhadap hal-hal klenik dan mistis akhir -akhir ini membuat kita dibingungkan akan nilai rasionalitas dalam pendidikan. Diantara mereka ada yang bergelar doktor dan Professor yang lebih mempercayai hal klenik dari seorang paranormal yang berpendidikan rendah sungguh diluar nalar sehat.

Namun menurut mantan Ketua PBNU dan pengasuh Pondok Pesantren Al Hakim Malang KH. Hasyim Muzadi, bahwa adanya instabilitas ruhani pada seseorang akan mempengaruhi tingkat stabilitas intelektual nya. Jadi pondasi nya adalah kesehatan Ruhani dan jiwa.

Selamat Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Salam Sehat!



Sumber : 
-suara Jakarta 
- ILC
- Panduan Kesehatan Jiwa


PILKADA 50 KOTA




×
Kaba Nan Baru Update