Notification

×

Iklan

Iklan

Penurunan Ekonomi Dan Keretakan Rumahtangga

04 Oktober 2016 | 11:01 WIB Last Updated 2016-10-04T04:02:39Z

Ada satu efek domino dari sebuah permasalahan ekonomi yang terjadi ketika aktifitas ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak terhenti atau gulung tikar.

Hal ini seperti terjadi di Samarinda pasca lesunya bisnis batubara di daerah tersebut, yang berefek pada meningkatnya jumlah perceraian di daerah tersebut. Tak ayal lagi, di Samarinda kini telah bertambah populasi janda.

Selain efek langsung yaitu meningkatnya jumlah pemutusan hubungan kerja ( PHK) , ternyata efek domino merambah hingga ke rumahtangga masing-masing pekerja. Dan yang mengejutkan, berefek pada meningkatnya jumlah janda. Artinya angka perceraian yang tinggi pasca terhentinya aktivitas ekonomi massal di masyarakat.

Ada 3 Masalah Ekonomi Penyebab Keretakan Rumah Tangga

Pertama, Suami Mengalami Masalah Dengan Pekerjaannya

Masalah ini biasanya karena PHK sehingga sumber keuangan keluarga akan bermasalah. Apabila istri tidak dapat membantu memikirkan jalan keluar yang baik. Biasanya suami akan mengalami depresi akibat permasalahannya apalagi kalau sang istri tidak memperdulikan dan mengerti masalah yang dihadapi suami. Sering terjadi keributan-keributan kecil dan akan menjadi besar jika tidak diselesaikan dengan baik.

Kedua, Istri Yang Selalu Menuntut Hidup Berkecukupan

Biasanya istri dalam pergaulan hidup mewah sehingga ia lupa berapa pendapatan suaminya, istri tidak memikirkan suami bekerja sebagai apa? berpenghasilan berapa? Sanggupkah suaminya membelikan barang-barang yang ia inginkan. Keegoisan ini yang sering menjadi masalah utama dalam keluarga. Ketakutan sang istri yang menjadi keluarga miskin tetapi tidak memperdulikan bagaimana suami yang bekerja kerja keras mencari nafkah. Masalah ini harus dibicarakan dengan baik. Seharusnya dari awal suami istri mengetahui keadaan ekonomi mereka dan membicarakan pengeluaran-pengeluaran yang harus diutamakan sehingga akan tercipta keluarga sejahtera yang mereka dambakan.

Ketiga, Suami Yang Sibuk Dengan Pekerjaannya

Ini juga bisa menjadi masalah, suami yang berharap dapat memenuhi kebutuhan keluaga dengan baik tanpa kekurangan. Mungkin ia telah berhasil menjadi pengusaha sukses, namun ia lupa akan keluarga. Disini yang menjadi masalah, suami yang sibuk bekerja, terkadang istri juga sibuk mencari kegiatan di luar rumah dan akhirnya anak-anak yang menjadi korban. Apabila ini terus dibiarkan, anak-anak merasa kurang diperhatikan oleh kedua orangtuanya dan mencari cara untuk mendapatkan perhatian orangtuanya, berkelahi, bolos sekolah dan membuat keributan di sekolah sehingga pihak sekolah akan memanggil kedua orangtuanya untuk menyelesaikan masalah anaknya. Apabila kedua orangtuanya tidak menyadari hal ini, maka orangtua akansaling menyalahkan, bertengkar dan bertengkar sehingga anak semakin frustasi. Komunikasi adalah yang terpenting dalam hal ini, luangkan waktu untuk saling berkomunikasi dengan baik, waktu untuk bersama walau sebentar sehingga masalah dapat terselesaikan dengan baik.

Sikap Positif dalam Keluarga

Dalam menjalani kehidupan keluarga, yang diperlukan adalah sikap positif untuk melewati berbagai peristiwa dan persoalan.Kita tidak mungkin berharap memiliki keluarga yang tanpa masalah, karena masalah adalah bumbu kehidupan.Semua orang punya masalah, semua keluarga punya masalah. Maka jangan mempersoalkan masalah yang datang, jangan takut terhadap permasalahan yang pasti akan menghadang.

Yang diperlukan adalah sikap positif dalam menghadapi permasalahan kehidupan. Ekonomi itu adalah fasilitas hidup, sama seperti kaki dan tangan kita. Tuhan memberikan anugerah kepada kita berupa dua kaki dan dua tangan, sebagai fasilitas dan sarana agar kita mampu melakukan berbagai kegiatan. Namun apabila fasilitas tersebut tidak kita miliki, bukan berarti tidak bisa melakukan kegiatan sama sekali. Kisah Hirotada Ototake di atas sudah cukup menjadi inspirasi.

Uang adalah bagian penting dalam kehidupan, namun kebahagiaan bukan hanya terkait dengan uang. Banyak keluarga memiliki danaeryak pula orang miskin yang mampu merasakan kebahagiaan di tengah kesulitan hidup sehari-hari.

Dalam perspektif agama apapun, kebahagiaan tidak pernah diletakkan pada satu sisi saja, apakah materi atau rohani.Pasti melibatkan kedua sisi tersebut secara serasi dan seimbang.Dalai Lama menggambarkan, kebahagiaan adalah perpaduan yang rumit antara kesejahteraan material dan kepuasan spiritual.Hal ini menandakan, kebahgiaan tidak bisa dilepaskan dari materi, namun tidak hanya bergantung kepada materi saja.Karena rasa itu terletak di hati dan pikiran, maka kondisi spiritual memegang peranan yang sangat sentral untuk menciptakan bahagia.

Berikut ini adalah beberapa cara dalam mengatasi/menyelesaikan masalah rumahtangga :

1. Musyawarah Untuk Mufakat

Utamakan melakukan duduk bersama dalam suatu forum untuk mendapatkan keputusan bersama yang terbaik yang disepakati oleh semua pihak. Dengan melakukan musyawarah maka setiap anggota keluarga akan merasa dihargai pendapatnya. Kepala keluarga bertindak sebagai pimpinan musyawarah yang dituntut untuk bertindak bijaksana, adil dan tidak memaksakan kehendak.

2. Belajar dari Pengalaman Orang Lain

Banyak orang lain yang memiliki masalah yang sama atau mirip dengan masalah anda, sehingga tidak ada salahnya belajar dari pengalaman orang lain yang telah lalu. Kita bisa cari pengalaman orang lain di internet atau bertanya langsung kepada orang yang pernah menghadapi masalah serupa. Lihat bagaimana keputusan yang baik dan keputusan yang buruk sebagai pelajaran bagi kita.

3. Mencari Dukungan Anggota Keluarga

Untuk mengatasi masalah satu orang yang kita yakin salah kita butuh dukungan anggota keluarga lain untuk mendukung tindakan kita untuk mengatasi masalah satu orang itu. Dengan begitu orang yang salah itu akan merasa harus berubah karena anggota keluarga yang lain menginginkannya.

4. Selesaikan Yang Penting-Penting Dahulu (Skala Prioritas)

masalah-malasah yang sepele jangan dibesar-besarkan. Masalah kecil bisa diabaikan selama tidak berpotensi berubah menjadi besar.Selesaikan dulu yang dirasa harus segera diatasi agar tidak menimbulkan gejolak besar dalam kehidupan berumahtangga.

5. Berbagi Tugas dalam Penyelesaian Masalah

Jangan menyelesaikan semua masalah sendirian.Ajaklah isteri atau suami, mertua, orangtua, saudara kandung, saudara ipar, anak-anak dan bahkan tetangga kita tergantung jenis masalahnya.Jika kita menganggung beban sendiri, dalam jangka panjang kita bisa stres sendiri pada akhirnya.Anak-anak yang sudah besar bisa kita ajak menyelesaikan masalah keluarga.Bisa jadi anak kita lebih hebat dalam mencari solusi atau jalan keluar masalah-masalah yang ada.

6. Yang Waras Yang Mengalah

Jika sudah menghadapi orang yang keras kepala maupun yang tidak waras maka salah satu solusi terbaik adalah dengan mengalah dan anggap masalah itu tidak ada. Kalau sudah bertemu dengan orang yang pokoknya harus begini pokoknya harus begitu, maka apapun yang kita katakan bisa mentah karena orang tersebut akan terus ngotot walaupun dia tahu dia salah.

7. Terkadang Harus Berani Malu dan Nekad

Untuk mengatasi suatu masalah terkadang harus mengorbankan perasaan kita. Misalnya seperti untuk mengatasi masalah ekonomi seorang mantan orang kaya harus menebalkan muka ketika mencoba berjualan sesuatu di depan orang-orang yang dikenalnya. Contoh lainnya lagi yaitu harus berani malu mengakui kesalahan diri sendiri jika memang salah dan kembali ke jalan yang benar secara konsekuen.

8. Menggunakan Otak bukan Otot

Kekerasan sudah tidak lagi cocok dipakai sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah di zaman sekarang ini. Bisa-bisa pelaku kekerasan di dalam rumah tangga bisa dijerat pasal pidana yang berujung pada hukuman penjara.Sudah masuk penjara, pasangan pun minta cerai dan anak-anak bukan berada dalam kewenangan kita lagi.Emosi pun juga jangan digunakan ketika sedang menyelesaikan masalah karena emosi membuat keputusan yang diambil kurang maksimal dan dapat memunculkan masalah baru yang tak kalah beratnya.

9. Jangan Sampai Banyak Orang Tahu

Semakin banyak orang luar yang tahu masalah kita, maka bisa semakin melebar masalahnya dan berpotensi memunculkan masalah-masalah baru yang tidak kalah pelik.Ibaratnya masalah adalah aib yang harus kita tutup-tutupi dari orang-orang yang tidak perlu mengetahuinya. Masalah suami isteri sebaiknya tidak diketahui anak-anak, orangtua apa lagi tetangga dan orang lain yang tidak kenal dengan kita.

10. Setiap Perjuangan Butuh Pengorbanan

Dalam menyelesaikan suatu masalah mungkin membutuhkan biaya, waktu, tenaga, pikiran, perasaan, dan lain-lain.Yang kita harus lakukan adalah banyak bersabar dan ikhlas berkorban banyak sumber daya demi percepatan penyelesaian masalah. Yang pasti sumber daya yang dikorbankan harus sesuai dengan apa yang akan kita dapat. Jangan berkorban banyak hanya untuk menyelesaikan masalah yang tidak penting.

Maka kesimpulannya disarankan kepada pihak yang tekait yakni orang tua siswa diharapkan meningkatkan pendapatan dan  membatasi kepemilikan anak karena dengan memiliki sedikit anak, kemampuan membiayai studi anak lebih baik daripada keluarga yang memiliki banyak anak dan berpendapatan rendah. Orang tua diharapkan memenuhi kebutuhan material dan spiritual dengan mengontrol perkembangan anak, memberikan perhatian serta bantuan pada waktu mengalami kesulitan belajar. Orang tua diharuskan lebih mengutamakan penyediaan fasilitas belajar anak dengan cara menabung.

Daftar Pustaka

www.Ugraheni.blogspot.com


IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update