Huriah Adam |
Huriah Adam adalah seorang koreografer (penata tari) Indonesia.Latar belakangHuriah merupakan putri seorang ulama Minangkabau, Syekh Adam Balaibalai. Meskipun seorang ulama, ayahnya memiliki minat besar untuk mengembangkan kesenian Minangkabau.
Huriah Adam lahir di Padang Panjang,S Sumatera Barat, 6 Oktober 1936 . Huriah meninggal di Kepulauan Katang-Katang, Bengkulu , 10 November 1971 pada umur 35 tahun) adalah seorang koreografer handal (penata tari) Indonesia.
Selain Huriah, anak-anak Syekh Adam yang lain yakni Bustanul Arifin Adam, Irsjad Adam, dan Achyar Adam juga menyukai seni, khususnya di bidang seni musik. Huriah sendiri tertarik di bidang tari, seni lukis, dan seni pahat.
Ia mengikuti pendidikan dasar dan menengah pertama di Padangpanjang, kemudian melanjutkan ke INS Kayutanam. Setelah itu ia melanjutkan di ASRI Yogyakarta, namun tidak lulus. Selain pendidikan umum, Huriah juga menimba pendidikan kesenian di Gedung Kesenian Padangpanjang pimpinan Muhammad Sjafei.
Kehidupan Huriah banyak menggali kekayaan tari Minang berdasarkan gerak-gerik silat. Setelah bersekolah di Yogyakarta, ia kembali ke Padangpanjang dan kemudian menikah dengan Ramudhin, seorang pemain biola. Pada tahun 1959, ia membentuk grup kesenian di URRIL Kodam III Sumatera Barat. Pada masa PRRI, ia sering dikirim ke berbagai daerah untuk mengadakan pertunjukan.
Pada tahun 1963, ia memimpin tim tari untuk memeriahkan Ganefo di Jakarta.Pada tahun 1968 ia menetap di Jakarta dan mendirikan Bengkel Tari di Taman Ismail Marzuki. Tiga tahun kemudian, ia menjadi pengajar tari pada jurusan tari, Akademi Teater Tari, Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ).
Di Jakarta, dia banyak menghasilkan karya-karya populer. Yang cukup terkenal adalah seni drama Tari Malikundang dalam 3 babak, dipentaskan di Jakarta (1969) dan Padangpanjang (1971). Disamping itu ia juga mengkreasikan tari-tari pendek, seperti: tari Payung, tari Pedang, tari Rebana dan tari Sepasang Api Jatuh Cinta.
Nama Huriah Adam kini diabadikan di Gedung Seni dan Pertunjukan yang terletak di Kampus ISI Padang Panjang. Disanalah karya-karya seni dan pertunjukan seniman muda Minangkabau sering ditampilkan hingga saat ini.
Selain menjadi penari dan pencipta tari yang terkemuka, Huriah juga merupakan pemain biola, pelukis, serta pemahat. Salah satu karyanya ialah Patung Pembebasan di Bukittinggi. Ia wafat di dalam pesawat Merpati yang hilang di Kepulauan Katang-Katang, dalam penerbangan Jakarta-Padang.
Karya-karya Huriah Adam
Tari Sapu Tangan
Tari Lilin
Tari Gadis Lembah
Tari Nelayan
Tari Nina Bobok
Tari Pahlawan
Tari Pembebasan
Tari Sandang – Pangan
Tari Piring
Tari Sekapur Sirih
Tari Gelombang
Tari Nerabah
Tari Payung
Tari Pedang
Tari Rebana
Tari Sepasang Api Jatuh Cinta
Tari Sijundai
Sendratari Malin Kundang
Atas karya-karya nya Pemerintah Republik Indonesia memberikan anugerah penghargaan:
Anugerah Seni dari Presiden RI , Soeharto 1977.
Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, 2011.
( Diolah dari berbagai sumber)