Payakumbuh - Pembangunan Rumah Potong Hewan Modern ( RPHM ) Payakumbuh yang telah dirancang sejak 2008, setelah selesai dan diresmikan ternyata belum beroperasi maksimal.Sepanjang 2016, baru 40 ekor sapi yang dipotong pada RPHM ini. Kendala utamanya adalah jumlah sapi yang akan dipotong.
Rumah Potong Hewan Modern (RPHM) ini milik UPTD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat yang keberadaannya di Payakumbuh,
Kepala UPTD RPHM Provinsi Sumatera Barat, diwakili Kasi Persiapan dan Prosesing, Efrizal, dalam acara pertemuan Forum Grup Diskusi (FGD) Payakumbuh, di ruang rapat Walikota di Bukik Sibaluik, Kamis (22/12), memaparkan, secara detail kondisi RPHM terkini.
Target yang direncanakan pada tahun 2017 nanti adalah melakukan pemotongan sebanyak 50 ekor sapi per hari. Namun, Efrizal masih pesimis mewujudkan target dimaksud. Pasalnya belum ada keseriusan dari Kota Payakumbuh dan Kota-Kabupaten lainnya dalam penyediaan kebutuhan ternak yang akan dipotong.
Kabag Perekonomian Setdako Julpiter yang memimpin diskusi FGD menyampaikan bahwa masalah ketersediaan hewan ternak yang dipotong tersebut menjadi tantangan yang harus dipikirkan bersama oleh pemangku kebijakan dan stakeholder lainnya. Sebenarnya permasalahan ini sudah sering disampaikan dalam diskusi mengenai ketersediaan daging sapi di Sumbar maupun di tingkat Nasional. Kita masih minus dalam penyediaan hewan ternak khususnya sapi.
Menyikapi jaminan ketersediaan ternak itu, Efrizal dan Betri Yetti dari Dinas Peternakan Payakumbuh, sudah punya solusi untuk menyediakan ternak dimaksud. Di antaranya merangkul investor untuk membuka usaha peternakan di kota ini. Kemudian, mendorong warga masyarakat untuk beternak dengan bimbingan teknis dari instansinya.
Dalam kesempatan tersebut, juga dipertanyakan mengenai kesiapan pengelola RPHM untuk memasarkan daging yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) . Mengingat sarana prasarana yang modern belum didukung dengan sistem jaringan pemasaran yang handal.
RPHM yang merupakan kerjasama Pemrov Sumatera Barat, Kementerian Pertanian, LIPI dengan Pemerintahan Spanyol. Pembangunannya diawali dengan membangun fisik bangunan, dan kemudian disusul dengan pengadaan mesin potong hewannya.
Karena mesin potong hewan merupakan bantuan Spanyol, teknisi yang ada di Sumatera Barat, harus mempelajari lagi untuk melakukan operasionalnya. Sehingga, memerlukan beberapa perbaikan untuk meletakkan peralatan dimaksud. Bahkan ada beberapa bagian yang belum berfungsi maksimal.
Persiapan teknis dan sarana prasarana handal tidak menjadikan RPHM menjadi rujukan pelayanan dalam penyediaan daging sesuai standar ASUH.
Inyong Budi