Padangpanjang--Misteri penemuan mayat salah seorang warga Kelurahan Koto Katiak Kecamatan Padangpanjang Timur, Syafwardi (41) yang ditemukan di perkebunan Kampung Bodoh Sangkia, Koto Katiak, sekitar pukul 18.30 WIB, Senin (2/1) kemarin, masih menyisakan pertanyakan di kalangan masyarakat. Apalagi, setelah proses olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang dilakukan oleh pihak Polres Padangpanjang, pihak keluarga menolak untuk melakukan autopsi terhadap jasad korban.
Informasi yang berhasil dirangkum pasbana.com, mayat Syafwardi pertama kali ditemukan oleh saudara kandungnya, Nur Eva (35) saat hendak menyusul pria yang pernah menderita stroke ringan itu, ke kebun miliknya, setelah berangkat dari rumah pukul 10.00 WIB dan tidak kunjung kembali hingga pukul 18.00 WIB.
Ketika sampai di lokasi yang dituju, Eva terkejut ketika melihat kakaknya tertelungkup kaku di tanah dan tidak bersuara ketika disahuti. Melihat kakaknya tertelungkup di tanah, Eva mencoba membalikkan tubuh Syafwardi yang akrab disapa Cawang itu dan meminta pertolongan kepada warga yang berada di dekat lokasi kejadian.
“Setelah saya balikkan, saya melihat mulutnya mengeluarkan darah, karena hari sudah mulai gelap, saya meminta tolong kepada warga yang berada disekitar lokasi. Setelah warga ramai datang, baru diketahui kakak saya sudah tidak bernyawa lagi dan langsung memanggil pihak kepolisian,” sebut Eva, ketika ditemui di lokasi kejadian.
Untuk menyelidiki kematian Syafwardi, pihak Polres Padangpanjang langsung memasangi police line disekitar lokasi sambil melakukan olah TKP dan mendatangkan Anjing Pelacak dari Polda Sumbar.
Proses olah TKP yang langsung dipimpin Kabag Ops Kompol Arifin Daulay, bersama sejumlah perwira di Polres Padangpanjang berlangsung hingga pukul 23.00 WIB, meskipun saat proses olah TKP diguyur hujan.
Jenazah Syafwardi baru bisa dievakuasi dan dibawa ke RSUD Kota Padangpanjang menggunakan mobil ambulance untuk proses visum.
Pantauan pasbana.com di rumah duka, Selasa (3/1), kematian Syafwardi masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga besar korban. Selain duka, ditemukannya mayat korban dalam kondisi berdarah telah mengundang pertanyaan atas misteri kematian putra Sumarni (60) itu. Tangis tersedu sang ibu di rumah duka masih terdengar, seakan belum menerima atas kematian putranya itu.
Sementara ketika dimintai keterangan sekaitan dengan kematian korban pada salah seorang mamak korban yang mengaku bernama Nas menyebutkan, hingga saat korban akan di kebumikan kematian korban masih mengundang pertanyaan. Dimana ditubuh korban, selain ditemukan darah, ditubuh korban juga ditemukan luka memar.
“Ya, saya tidak bisa menjelaskan alasan kematian keponakan saya. Dalam hal ini, jelas Polisi lebih mengetahui motif dari kematian Syafwardi,” jawab Nas singkat.
Ketika ditanyakan kepada Kapolres Padangpanjang AKBP Cevi Noval melalui Kasat Reskrim Polres Padangpanjang AKP.Ismet terkait adanya darah dan luka memar di tubuh korban. Ismet menjawab, setelah melakukan identifikasi jenazah dan oleh TKP, pihaknya memang menemukan darah serta luka memar di tubuh korban. Namun, setelah melakukan visum di RSUD Padangpanjang, darah yang keluar dari hidung serta luka memar ditubuh korban diduga adanya benturan benda keras saat korban terjatuh sebelum meninggal.
“Hasil visum, kita tidak ditemukan adanya tanda tanda kekerasan pada korban. Namun, luka memar itu diduga korban terjatuh dan menimpa akar pohon tepat ditubuh korban. Saat ini kita masih terus mengembangkan kasus untuk dapat mengungkap kasus penemuan mayat ini,” ujar Ismet.
Ditambahkannya, untuk mengembangkan kasus kematian petani tersebut, menemui terkendala, dimana pihak keluarga korban tidak mengizinkan untuk menjalani autopsi dengan alasan Keluarga telah menerima dengan Ikhlas kematian korban dan tidak ingin diproses lanjut.
“Jika keluarga korban tidak mau menjalani pemeriksaan lebih lanjut, jelas kita terkendala dalam pengembangan kasus, dimana penyidik tidak mendapat persetujuan untuk autopsi korban. Namun, kita tidak hanya sampai disitu, penyidik masih tetap berupaya melakukan pengembangan,” sebut Ismet mengakhiri. (Kenzie)