Notification

×

Iklan

Iklan

SENSASI MEMANCING IKAN "NIAT" DALAM BALUTAN KEARIFAN LOKAL DUSUN SANGKUA

16 Januari 2017 | 22:22 WIB Last Updated 2017-01-16T15:24:23Z
Kemeriahan Saat Memancing Ikan " Niat " Di Dusun Sangkua

Namanya Dusun Sangkua , sebuah dusun kecil di Jorong Sikabu Nagari Singgalang. Secara administratif, Dusun Sangkua masuk wilayah Kabupaten Tanah Datar. Meski secara geografis, Dusun Sangkua berada hanya beberapa ratus meter di belakang Kantor Balai Kota Padang Panjang. Masyarakatnya ramah dan bersahabat terhadap pendatang, aturan adat istiadat juga masih dipegang erat.  Alamnya sangat indah, dikelilingi perbukitan hijau dan dialiri sungai jernih . Sungai di dusun Sangkua yang memanjang kurang lebih 1 Km memiliki keistimewaan. Ya, sungai yang melintasi Dusun Sangkua terdapat ikan " niat " yang dijaga kelestariannya. Ikan-ikan itu dijaga dan tidak boleh diambil ataupun dipancing sampai waktunya tiba. Larangan inilah yang terkenal dengan nama “ikan larangan”. Ada pula yang menyebutnya “ikan baniaik” (ikan berniat) atau “ikan beruduh” (ikan didoakan).

Salah satu sudut favorit saat memancing ikan niat di Dusun Sangkua ( foto: Syamsoedarman)

Dan pada hari Sabtu , 14 Januari 2017 adalah momen dimana secara resmi ikan "niat" di Sungai Dusun Sangkua dibuka oleh pemuka masyarakat. Hari itu, ratusan pemancing yang datang dari berbagai daerah di sekitar Padang Panjang, Tanah Datar , dan Padang Pariaman telah mempersiapkan Batang Joran ( stik pancing) untuk memuaskan hobinya.

Pembukaan ikan niat di dusun Sangkua ini dilakukan setelah selama hampir setahun lebih tidak dibuka larangannya.  Ratusan pemancing tersebar di sepanjang sungai dusun Sangkua. Ada yang berdiri diatas batu, masuk di semak-semak, bahkan ada yang masuk ke dalam sungai. Teknik memancing ikan di air deras memang membutuhkan ketrampilan tersendiri.

Menurut Panitia Acara Memancing Ikan Niat di Dusun Sangkua, rencananya akan berlangsung selama empat hari. Hal ini disambut antusias oleh mancing mania, mengingat sensasi memancing di sungai air deras memiliki kepuasan tersendiri. Panitia yang merupakan kelompok pemuda Dusun Sangkua menetapkan uang sumbangan kepada para pemancing berkisar Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000 dengan ketentuan dan peraturan yang telah diatur panitia. Hanya boleh memancing dengan Joran ( stik pancing),  dan tidak diizinkan menjala, meracuni, ataupun menyetrum ikan untuk mendapatkan ikan niat tersebut .

Acara mancing ikan niat menjadi berkah juga bagi masyarakat Sangkua. Mereka menyediakan berbagai makanan dan minuman bagi para pengunjung maupun pemancing yang hadir. Kehadiran warung - warung dadakan di sekitar sungai menambah semarak acara mancing ikan "niat" ini.

Bunga Capo dan Biji Gandum yang Dipergunakan Sebagai Umpan Untuk Memancing ikan niat
( foto: Inyong bee)

Salah satu keunikan dalam memancing ikan niat di Dusun Sangkua adalah penggunaan umpan yang tidak biasa. Para pemancing menggunakan bunga tanaman perdu yang disebut "capo" . Para pemancing bisa mendapatkannya di tebing-tebing tepian sungai. Tanaman capo ini tumbuh liar dan subur . Selain dikaitkan pada mata kail, bunga capo ini juga ditebar di sungai oleh pemancing untuk menarik perhatian ikan. Selain bunga capo, beberapa pemancing juga menggunakan biji gandum sebagai umpan.

Populasi ikan terbanyak di Sungai Dusun Sangkua adalah jenis Ikan gariang , dengan nama latinnya Neolissochillus Thienemanni Sumatranus. Ikan ini hidup di sungai-sungai beraliran deras di pegunungan . Dan ditengarai populasinya sangat terancam akibat penangkapan berlebihan.Dan ternyata ikan gariang ini hanya bisa berkembang baik di Sungai yang kualitas airnya terjaga. Berbeda dengan Ikan mas dan lele yang mampu hidup di air keruh, namun ikan gariang tidak, ikan gariang lebih hidup di air jernih dan lebih senang di air yang deras.

Ikan Gariang Hasil Memancing di Dusun Sangkua
( Foto: Syamsoedarman)

Dari 350 jenis biota air yang tercantum dalam "The 2000 IUCN Redlist of the Threatened Species" (IUCN 2001) dapat diidentifikasi 14 jenis ikan air tawar Sumatra yang terancam punah, dan 7 jenis diantaranya (50%) termasuk ikan endemic Sumatra. Salah satunya adalah ikan gariang ( Neolissochillus Thienemanni ) yang hidup endemik di sungai air deras Sumatera Barat.

Memperhatikan populasi ikan yang terancam punah tersebut, kearifan lokal yang diterapkan di Dusun Sangkua dengan aturan adat setempat juga memberlakuan zona larangan, penyangga, dan penangkapan. Penangkapan hanya dilakukan apabila terdapat izin dari tetua adat.Sistem proteksi tradisional ini berhasil melestarikan ikan asli sungai tersebut.

Proteksi Lingkungan Secara Tradisional Dalam Balutan Nuansa Mistis

Menurut penjelasan Syamsoedarman, orang yang dituakan oleh masyarakat Dusun Sangkua , populasi ikan di sungai dusun Sangkua tak pernah berkurang . Walaupun pada musim hujan sungai meluap dan deras. " Sungai ini bebas tanpa diberi penyekat, hanya perlindungan ghaib yang ada, dan dari sistem perlindungan ini populasi ikan tetap terjaga, " ungkap Pak Syam.

Pak Syam Menunjukkan Ikan Gariang Yang Berhasil Dipancing ( Foto: Syamsoedarman)

Seperti halnya ikan " niat" lain yang ada di Ranah Minangkabau, ikan niat di Dusun Sangkua juga memiliki kisah dan balutan nuansa mistis di dalamnya.

Tidak akan ada orang yang berani mengambil ikan di wilayah larangan ini  hingga larangannya dibuka, mereka takut kena penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Menurut penuturan Pak Syam, dulu  ada  seorang warga pendatang yang mencoba menangkap ikan niat dan memasaknya. Meski sudah diingatkan oleh isterinya, si suami bersikeras memasak dan memakannya. Seusai menyantap ikan niat tersebut,  badannya panas-panas dan kesakitan.

Berkat pertolongan seorang tetua di Dusun Sangkua, setelah didoakan warga pendatang tersebut terbebas dari kesakitan yang dialaminya.

Dalam perspektif pelestarian alam dan lingkungan, diberlakukannya ikan "niat" dapat melestarikan spesies ikan yang terancam punah.

Sebuah kearifan lokal yang patut diteladani.

Inyong Budi
×
Kaba Nan Baru Update