Sawahlunto - Beragam kerajinan anyaman bamboo berbentuk kotak, tas dan tabung yang unik dan cantik akan menjadi kemasan yang menarik saat anda membeli songket di beberapa gerai Songket di Kota Sawahlunto.Kemasan kreatif produksi masyarakat desa Tumpuk Tangah Kecamatan Talawi ini akan menjadi daya tarik tersendiri saat anda memberikan oleh-oleh spesial kepada kerabat atau rekan anda.
Episnora salah satu pengrajin bambu Kelompok Janjang Saribu Dusun Pintu Angin Tumpuk Tangah mengungkapkan bahwa kerajinan bambu untuk kemasan songket ini merupakan ide yang mereka dapat dari pelatihan yang diberikan pemerintah beberapa waktu lalu. Sebelum mengikuti pelatihan tersebut mereka hanya memproduksi katidiang, niru dan berbagai peralatan sehari-hari yang dipasarkan oleh pedagang pasar tradisional.
“Kerajinan ini sudah kami tekuni secara turun temurun, dan sudah menjadi usaha sampingan bagi sekelompok kalangan ibu rumah tangga di desa ini. Hal ini didukung adanya bahan baku yang cukup berlimpah di sekitar tempat tinggal kami” ujar ibu beranak 3 ini kepada Public ditemui saat launching Kampung Produktif.
Dengan adanya dukungan pemerintah setempat dalam pengembangan ragam produksi dan pemasaran, ia dan kelompoknya mengaku bisa mendapat penghasilan yang lebih dari biasanya. Kedepan ia berharap kerjasama antara kelompoknya dengan pengusaha songket yang difasilitasi oleh Pemerintah akan terealisasi, sehingga akan semakin memicu semangat masyarakat untuk berproduksi.
“Kami sudah dipertemukan dengan pengusaha songket yang akan memanfaatkan produk kami sebagai kemasan, namun kerjasama tersebut belum bisa terwujud, karena kendala harga. Dan dinas terkait sudah menjanjikan adanya pelatihan dalam waktu dekat untuk menambah kemampuan pengrajin, bagaimana menghasilkan produk yang lebih berkualitas dengan menekan ongkos produksi, salah satunya tanpa menggunakan bahan lem. Karena bahan produksi yang menyebabkan harga tinggi saat ini adalah penggunaan lem yang cukup mahal” papar Episnora.
Sementara Gustaf dari Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Sawahlunto, membenarkan adanya rencana kerjasama pemasaran antar pengrajin. Program tersebut, jelasnya merupakan tindak lanjut program Inovatif Kreatif Kolaborasi Nusantara (IKKON) Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) 2016, yang telah melatih sebanyak dua kelompok terdiri dari 10 perajin anyaman bambu.
Dalam pelatihan tersebut, lanjutnya mereka mencoba menyiptakan produk turunan baru bagi para perajin di kota itu untuk dikembangkan dalam mendukung peningkatan kualitas produk-produk kerajinan yang sudah ada, seperti kain songket Silungkang dan payung kertas Talawi.
"Tahun ini populasi perajin kemasan anyaman bambu akan ditingkatkan menjadi 30 orang dengan kapasitas produksi mencapai 20 buah per satu orang perajin," katanya.
Untuk menurunkan biaya ongkos produksi dari produk ini, pihaknya akan memberikan pelatihan peningkatan mutu produksi, sehingga harga jual lebih murah. "Dengan demikian para konsumen yang merupakan pemilik toko songket dan lain sebagainya di kota ini tidak dirugikan ketika pemerintah daerah menerbitkan regulasi yang mewajibkan penggunaan produk kemasan para perajin sebagai upaya menjamin serapan produksi masyarakat tersebut," imbuhnya.
Terkait regulasi yang akan diterbitkan ini, beberapa pengusaha songket sudah menyatakan bersedia mendukung pemakaian produk lokal diantaranya Aina dan INJ songket.
Keterjaminan pemasaran produk ini, selain akan memicu semangat produktifitas masyarakat, juga akan berdampak menumbuhkan minat masyarakat petani untuk menanam bambu dengan memanfaatkan lahan kritis yang tersedia cukup luas.(*/istimewa)