Notification

×

Iklan

Iklan

NASIONALISME ULAMA BERORIENTASI PASAR

26 Februari 2017 | 15:47 WIB Last Updated 2017-02-26T08:47:47Z

Oleh : Masnaidi.B
Magister Administrasi Publik - Universitas Negeri Padang



Indonesia merupakan jalur perdagangan yang sangat strategis di benua Asia. Jalur perdagangan (sutera) melewati perairan selat malaka dan sangat ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang sejak zaman dahulu dari benua afrika,asia dan eropa.Tercatat kafilah laksamana ceng Ho dari cina yang membawa barang dagangan singgah di sunda kelapa menuju ke Jazirah Arab dan negara Afrika lainnya.


Bandar-Bandar pelabuhan ramai oleh Pedagang-pedagang Muslim pribumi maupun non pribumi. Kekayaan Alam yang melimpah menjaadikan Indonesia salah satu negara penghasil rempah-rempah terbesar. Hal ini mengundang negara-negara Eropa utk menguasai Indonesia.Terjadilah perebutan wilayah antara penduduk pribumi dengan para penjajah yang berkoloni dan memonopoli perdagangan di Indonesia. Semua kekayaan alam Indonesia dikeruk tapi rakyat indonesia tidak dapat menikmatinya. Penjajah Kolonialisme menjadikan tanah Indonesia sebagai pasar dan sumber bahan mentah bagi industrinya.

Melihat keadaan tersebut Ulama meresponnya dengan menjadikan pasar sebagai arena memasarkan ide kebangkitan nasional dengan mendirikan organisasi pemasaran Sjarikat Dagang Islam (SDI) pada 16 Oktober 1905 M di Surakarta. Ide ini menjadi gerakan kebangkitan kesadaran cinta tanah air, bangsa dan agama karena nusantara Indonesia telah dirusak oleh kaum imperealisme Keradjaan Protestan Belanda yang mengakibatkan Kemiskinan, Kebodohan dan hilangnya kedaulatan bangsa. Kehidupan martabat bangsa direndahkan, hilangnya penguasaan pasar dan pasarnya dialihtangankan kepada nonpribumi, penganut agama islam atau lainnya dipaksa melakukan konversi alih agam ke agama Kristen.

Hadji Samanhoedi (1868-1956) membangun SDI sebagai gerakan pembaruan sistem organisasi islam untuk menguasai perdagangan dan membangun nasionalisme sehingga gerakan ini mendapat sambutan yang begitu antusisias ditengah masyarakat pelaku pasar.

Melihat perkembangan Sjarikat Dagang Islam yang begitu pesat dengan penguasaan media cetak Taman Pewarta, Belanda menganggap ini merupakan ancaman terhadap keberlansungan wilayah jajahannya maka dibentuklah gerakan tandingan untuk mematahkan penguasaan pasar umat islam, dinamakan Sjarikat Dagang Islamijah di Bogor dengan R.M.T Adhisoerjo sebagai Ketuanya dan C.J feith (Asisten Residen Bogor) sebagai  pelindungnya. R.M.T Adhisoerjo berasal dari keluarga kolektor pajak dan Bupati yang mendapatkan bintang kehormatan dari kerajaan Protestan Belanda.Sjarikat Dagang Islamijah ini dibiayai oleh Ratu belanda dan media cetak Soenda Berita mendapatkan kucuran dana dari kalangan Bupati,Prijaji dan Pejabat penting dari pemerintah Kolonial belanda.

Upaya menandingi Sjarikat dagang Islam oleh belanda ini ternyata gagal karena hadji Samanhudi didukung oleh mayoritas Umat Islam dan Ulama yang sudah lama merasakan penindasan akibat penjajahan.
Jumlah penduduk Indonesia yang beragama islam pada tahun 2016 diperkirakan 85% dari 254,9 juta orang. Ulama dapat menghidupkan sektor-sektor ekonomi untuk meningkatkan perekonomian umat islam di Indonesia dengan potensi yang sangat besar ini.

Perdagangan sudah menjadi urat nadi dari perekonomian suatu bangsa dan bergerak sangat cepat bahkan pasar dengan pemilik modalnya sudah merambah ke sektor lain seperti Politik,Hukum dan Pemerintahan. Kebijakan pemerintah hari ini sangat bergantung pada kondisi perdagangan dan efeknya sangat menentukan keberlansungan hajat hidup banyak orang termasuk umat islam sendiri. Perdagangan sendiri dipengaruhi oleh para pelaku dan pemilik modal.

Ulama hanya menjadi sebahagaian kecil dari Pemilik Modal terbesar di Indonesia. Ulama harus mengambil peran ini jika ingin membangun peradaban umat islam yang modern. Ulama adalah penggerak terciptanya perekonomian masyarakat indonesia yang lebih sejahtera. Jika satu item dari sektor pangan saja seperti beras dikuasai oleh ulama  maka petani, distributor,pedagang dan konsumen akan dapat dilindungi dari praktek monopoli dan permainan pedagang lainnya. Keuntungan akan mudah didapatkan dari potensi pasar yang begitu besar apalagi jika seluruh sektor perdagangan dikuasai oleh ulama.

Hari ini tidak banyak media baik cetak atau elektronik yang menjadi perhatian dari ulama. Media sangat penting untuk menyampaikan misi ke-Islaman rahmatan lil ‘Alamin kepada semua khalayak dengan memberikan informasi dan pendidikan(tarbiyah).Media Cetak dan elektronik sudah merambah kedalam sendi kehidupan pribadi manusia saat ini. Akses yang begitu mudah dengan jaringan koneksi yang begitu luas menjadikan media sebagai pemonopoli kehidupan terbesar manusia saat ini. Dunia terasa begitu singkat dan dekat dengan menggunakan media dan semua bisa diakses dimana-mana dan oleh siapapun.

Pendidikan(tarbiyah) yang diberikan di majelis-majelis begitu mudah diakses jika menggunakan media. Informasi tentang persoalan-persoalan keummatan akan mudah didapat jika menggunakan media.Kegalauan masyarakat hari ini memerlukan sentuhan tangan ulama melalui media yang lebih modern.Jika Satu Ulama dimasing-masing daerah membangun satu media baik cetak ataupun elektronik secara professional di Indonesia maka akan begitu besar mamfaatnya bagi kehidupan masyarakat Indonesia.

Semangat Nasionalisme Ulama di zaman perjuangan kemerdekaan negara Indonesia dengan menguasai perdagangan dan media (orientasi pasar) sudah sepatutnya digelorakan kembali oleh para Ulama di Indonesia yang tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia yang memiliki struktur di seluruh wilayah Indonesia. Insyaallah Negara Indonesia akan menjadi Negara baldatun tayyibatun warabbun ghofur.


IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update