Padang Panjang - Setelah dilakukan kegiatan penjaringan penyakit tidak menular (PTM) bagi Aparatur Sipil Negara ( ASN ) Kota Padang Panjang pada hari Selasa (21/3) yang lalu di Aula Kantor Balaikota , ditemukan beberapa permasalahan kesehatan yang perlu diwaspadai bagi para ASN .
Dari 74 orang yang mengikuti pemeriksaan kesehatan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang, terdapat 31 orang yang mengalami hiperkolesterolemia ( kolesterol tinggi) dan 13 orang yang terindikasi hiperglikemi ( glukosa dalam darah yang tinggi).
Dari penjelasan Kasie P2P ( Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit) Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang, Fita Gusta SKM, ada beberapa penyebab yang menjadikan beberapa ASN berpotensi untuk mengalami Hiperkolesterol . Salah satu penyebabnya adalah karena kesibukan kerja sehingga sering terlupa untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ( general check up ) sebagai sarana pencegahan dini dan tidak terpapar oleh program Posbindu dari Dinas Kesehatan.Kedua, seringnya mengkonsumsi makanan siap saji di Rumah Makan atau Ampera yang lebih dekat dengan kantor nya. " Dan yang paling banyak adalah belum adanya motivasi kuat untuk secara rutin memeriksakan diri ke layanan kesehatan terdekat , untuk itu Posbindu kali ini dikhususkan bagi ASN di Balaikota , " jelas Fita Gusta.
Fenomena terjadinya Sudden Death ( meninggal secara mendadak) pada ASN Kota Padang Panjang beberapa waktu lalu akibat serangan jantung , perlu dijadikan pembelajaran dan hikmah bagi ASN lainnya untuk lebih perhatian terhadap kondisi kesehatannya. Dan bagi mereka yang ingin tetap dalam kondisi bugar dan fit , hendaknya untuk selalu menjaga pola makan , pola pikir, dan pola hidup.
PENYAKIT TIDAK MENULAR ADALAH PENYEBAB KEMATIAN TERTINGGI DI INDONESIA
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
Riskesdas 2013 menunjukkan, prevalensi hipertensi orang Indonesia berusia lebih dari 18 tahun 25,8 persen. Seseorang kena hipertensi jika tekanan darah sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan sistolik menunjukkan tekanan darah saat otot jantung berkontraksi dan tekanan diastolik saat otot jantung tak berkontraksi.
Dari data kesehatan yang dimiliki Indonesia, beberapa penyakit tidak menular nyatanya menduduki tataran atas penyakit yang banyak diserita oleh masyarakat, bahkan ada kecenderungan meningkat. Diabetes, kanker, dan jantung misalnya, jumlahnya cukup tinggi. Kendati secara prevalensi masih dibawah 10 persen, namun penyakit-penyakit tersebut mampu merenggut banyak nyawa penderitanya. Hal inilah yang wajib terus diwaspadai.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mencatat; terdapat beberapa penyakit dengan tinggi prevalensi tertinggi di Indonesia yang menyebar di provinsi-provinsi di Indonesia. Adapun penyakit berprevalensi tertinggi adalah;
1. Hipertensi. Lebih dikenal masyarakat dengan nama tekanan darah tinggi. Penyakit ini menduduki prevalensi tertinggi di Indonesia, yaitu lebih dari seperempat, atau 25,8 persen. Di kalangan medis, hipertensi disebut juga silent killer, karena kadang tidak disadari, tetapi bisa merusak organ tubuh dan pemicu gagal ginjal, stroke, jantung. Hipertensi bisa terjadi karena banyaknya asupan yang cenderung menghambat atau menyempitkan aliran darah, seperti konsumsi berlebih garam, lemak tak jenuh, dan merokok.
Salah satu studi keterkaitan merokok dengan hipertensi didapat dari data autopsi mayat, dimana di dalam pembuluh darah perokok terdapat arteroskeleriosis akibat penumpukan nikotin dan bahan berbahaya lainnya dari rokok (sumber : Artikel Penelitian oleh Ekowati Rahajeng, Sulistyowati Ruminah; Prevalensi Hipertensi " Determinannya di Indonesia, Pusat Penelitian Biomedis " ; Farmasi Badan Penelitian Kesehatan, Depkes RI).
Sedangkan 3 (tiga) provinsi di Indonesia dengan serangan hipertensi tertinggi menurut data Riskesdas adalah Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%) dan Kalimantan Timur (29,6%).
2. Penyakit Sendi.
Penyakit ini prevalensinya tertinggi kedua, yaitu 24,7 persen. Definisi penyakit ini disebutkan sebagai penyakit inflamasi sistemik kronik pada sendi-sendi tubuh. Ini terjadi karena adanya penumpukan kristal asam urat di jaringan ikat. Misalnya didaerah lutut, pangkal lengan, pergelangan tangan maupun kaki dan daerah-daerah yang bersendi. Gejalanya berupa nyeri, disertai kekakuan, merah, pembengkakan, yang bukan karena benturan ataupun kecelakaan.
Salah satu cara untuk mengatasi penyakit sendi ini diantaranya juga dengan menjaga pola makan, cukup asupan kalsium dan vitamin sendi lainnya, serta rajin olah raga. Seperti asam urat, maka harus diperhatikan pola makanan yang banyak mengandung purin, semisal jeroan, minuman beralkohol, ikan hering, kerang, udang dan seterusnya. Dan yang tak kalah penting dengan memperbanyak minum air putih, susu, buah-buahan ceri, seledri, jeruk dan sumber multivitamin lainnya. Menurut data riset kesehatan dasar, provinsi dengan prevalensi mengidap penyakit sendi tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan prevalensi (33,1%), Jawa Barat (32,1%) dan Bali (30,0%).
4. Serangan stroke. Di Indonesia prevalensinya mencapai 12,1%. Diantara semua jenis penyakit yang tinggi prevalensinya, stroke merupakan penyakit yang datanya paling pesat peningkatannya. Pada tahun 2007 prevalensinya berkisar pada angka 8,3%. Jumlah ini meningkat tajam pada tahun 2013 menjadi 12,1%. Oleh badan kesehatan dunia (WHO), stroke didefinisikan sebagai penyakit karena deficit fungsi susunan syaraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah di otak.
Stroke banyak dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, pola makan sembarangan yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah di otak, gampang stress, kurang gerak. Apalagi dengan pola hidup perkotaan di mana mobilitas sangat tergantung kepada alat transportasi, bukan aktivitas fisik. Provinsi dengan prevalensi sroke tertinggi yaitu DI Yogyakarta (16,9%). Sulawesi Tengah (16,6%), dan disusul oleh Jawa Timur dengan prevalensi (16,0%). Stroke telah jadi penyebab kematian utama di hampir semua rumah sakit di Indonesia, yakni 14,5 persen.
Dilihat dari karakteristiknya, stroke banyak dialami orang lanjut usia, berpendidikan rendah, dan tinggal di perkotaan. Perubahan gaya hidup; pola makan terlalu banyak gula, garam, dan lemak; serta kurang beraktivitas adalah faktor risiko stroke.
4. Serangan Jantung
Ketidaktahuan terhadap faktor resiko penyakit jantung, dan gaya hidup yang serba cepat menjadi salah satu penyebab tingginya angka penyakit jantung dan pembuluh. Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2007, menunjukan prevalensi terhadap beberapa faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti berat badan lebih (obesitas) 19,1% dan obesitas sentral 18,8%, diabetes mellitus ( kencing manis ) di daerah perkotaan 5,7%, konsumsi makanan asin (24,5%) dan makanan berlemak tinggi (12,8%), kurang mengkonsumsi serat seperti buah-buahan dan sayuran (93,6%), kurang aktivitas fisik 48,2%, gangguan mental emosional 11,6%, perokok aktif setiap hari 23,7%, dan konsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir sebesar 4,6%. Seperti kita ketahui, aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah.
Menimbang dan memperhatikan beberapa data-data diatas, sudah selayaknya kita untuk dapat lebih perhatian dalam menjaga kesehatan tubuh kita.
Inyong Budi