Notification

×

Iklan

Iklan

Generaai Kelima dari Raja Terakhir Minangkabau Rajo Alam Bagagarsyah Disambut Gembira dan Antusias Warga Sumpur Kudus

03 Maret 2017 | 09:21 WIB Last Updated 2023-01-23T15:04:20Z
Sultan Muchdan Taher Bakrie bersama Istri

Sijunjung– Raut muka gembira penuh haru terpancar dari warga Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung hari itu , Kamis (2/3 ). Pasalnya, Sang Raja yang telah lama dirindukan, hari itu berkenan hadir di Nagari yang bersejarah bagi tegaknya Kerajaan Pagaruyung tempo dulu.Rajo Alam Pagaruyung Minangkabau yang tidak lama lagi akan dilewakan, Muchdan Taher Bakrie berkunjung. Hal tersebut merupakan kepedulian dalam melestarikan budaya dan sejarah di Minangkabau.

Kehadiran Muchdan Taher Bakrie  pada hari Kamis (02/03) itu  sempat mengunjungi beberapa situs cagar budaya yang berada di Nagari Kumanis, Jorong Kampuang Biaro  Tanjung Medan Kabupaten Sijunjung. Menurut beberapa sumber tertulis yang ada , di situs cagar budaya inilah menjadi tempat berkumpulnya para Raja Minangkabau dahulu.

Muchdan Taher Bakrie, yang merupakan generasi ke-lima dari Raja terakhir Minangkabau Sultan Alam Bagagarsyah bersama dengan permaisurinya serta beberapa Ketua LKAAM, Niniak Mamak, Walinagari, Camat, Kapolsek, Danramil dan Kesbangpol menyisiri peninggalan sejarah yang berada di Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung tersebut.

Muchdan Taher Bakrie dan rombongan saat berada diarea Kubang Tigo Balirik

Pada kesempatan tersebut Muchdan Taher Bakrie yang juga akrab disapa “Om Muchdan” (Paman Muchdan) mengatakan bahwa kunjungannya kali ini hanya ingin bernostalgia saja. " Kunjungan kami ini juga merupakan silaturahmi kami kepada Masyarakat Sumpur Kudus, dan sebagai bentuk rasa cinta dan peduli kepada sejarah adat Minangkabau, " ungkapnya.

“Suatu kehormatan yang tak terhingga bagi kami, sebenarnya kedatangan untuk berkunjung ke tempat ini hanyalah keinginan untuk bernostalgia saja, namun sambutan yang di berikan kepada kami sangat lah luar biasa sekali, sehingga kami sekeluarga merasa tersanjung dengan sambutan yang diberikan warga kepada kami, maka dari itu saya Muchdan Taher Bakrie mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada warga Kumanis yang sangat antusias menerima kami datang ke tempat ini di Jorong Kampuang Biaro Tanjung Medan, serta para niniak mamak yang sudah bersedia mandmpingi saya berkeliling melihat tempat tempat bersejarah ini,” tambah Muchdan.

Pada kesempatan yang sama,  Syamsu Jamaris Camat Sumpur Kudus yang juga di dampingi Wali Nagari S. Sutan Palembang mengatakan, bahwasannya kedatangan rombongan Duli Yang Mulia Paduka Sri Baginda Sultan Muchdan Taher Bakrie ke pemakaman Anak Rajo Aditiawarman, merupakan pengungkapan kembali sejarah yang telah lama tersimpan.

“Ini merupakan semacam penghormatan, dan untuk menjalin silahturahmi antara dua kabupaten antara Sijunjung dan Tanah Datar, dan ini sangat membanggakan, menjadi semacam bentuk jembatan hati untuk dua kabupaten ini, sehingga harapan kita nantinya setiap generasi di Minangkabau dapat mengenang situs sejarah ini selamanya, " jelas Syamsu Jamaris saat berada di pemakaman anak Rajo Aditiawarman.

Ditambahkan, S. Sutan Palembang juga berharap kepada Sultan Muchdan, agar penobatan gelar Rajo Alam Pagaruyung Minangkabau yang saat ini sedang dalam proses penetapan tempat dan waktunya  akan di lewakan, dirinya berharap dapatlah diselenggarakan di Sumpur Kudus.

" Kami berharap Acara Malewa Raja Alam Pagaruyung Minangkabau dapat diselenggarakan di Sumpur Kudus hendaknya, sehingga asal muasal Kerajaan Pagaruyung yang sebenarnya dapat dikembalikan di tempat asalnya, " harapnya.

Muchdan Taher Bakrie berkunjun berkunjung ke Balai-balai adat yang berada di Tanjung Bonai Aur
Sementara itu Ketua LKAAM Tanah Datar DT. Lelo Sampono yang juga mendampingi Muchdan Taher Bakrie saat berkunjung ke makam Anak Rajo Aditiawarman, juga memberikan penjelasan, bahwasannya silahturahmi, dan penelusuran sejarah Rajo Alam Minangkabau yang konon berawal dari Sumpur Kudus.

" Sebelum di bawa ke Tanah Datar oleh Aditiawarman, memang betul disinilah Kerajaan Pagaruyung yang sebenarnya, " jelas DT. Lelo Sampono.

Menurut penjelasannya, setelah dilakukan penelusuran  silsilah dari Muchdan Taher Bakrie dan memeriksa dengan seksama keturunan generasi kelima dari Raja terakhir Minangkabau Sultan Alam Bagagarsyah sebagai Rajo Alam Minangkabau, diyakini  kebenarannya bahwa  Muchdan Taher Bakrie adalah keturunan asli Rajo Alam Minangkabau.

"  Dan perihal ini juga sudah diketahui oleh LKAAM Propinsi dan membenarkan bahwa beliau ini adalah keturunan Raja yang sah Rajo Alam Pagaruyung Minangkabau, " jelas DT. Lelo Sampono.

Setelah berziarah ke Komplek Pemakaman Anak Raja Aditiawarman dilanjutkan ke beberapa situs Penilaian Kerajaan Pagaruyung tempo dulu. Konon Anak Raja Aditiawarman meninggal akibat  diserang oleh buaya . Setelah buaya yang menyerang Raja berhasil dibunuh, kepala buaya tersebut  di kuburkan satu lubang bersama jasad anak Raja tersebut.

Dari Pemakaman Anak Raja, rombongan terus berlanjut ke Balai-balai adat yang berada di Tanjung Bonai Aur, lalu ke Pincuran Tujuah yang juga masih berada di Tanjung Bonai. Di tempat bersejarah ini  konon menjadi tempat tepian mandi sang Raja. Tak lama kemudian, perjalanan dilanjutkan ke Kubang Tigo Balirik, disinilah tempat dimana para raja kerap berkumpul  dimana di tempat tersebut terdapat keanehan yang hingga saat ini masih terjadi di tempat Kubang Tigo Balirik.
Romongan saat berdoa di makam Anak Rajo Aditiawarman

Muchdan Taher Bakrie saat berada di pemakaman Anak Rajo Aditiawarman

Kubang Tigo Balirik, merupakan hamparan tanah yag terdapat pepohonan besar yang ditanam secara berbaris dengan parik (banda) di sekelilingnya. Menurut penuturan para tetua,  konon disana apabila diikatkan binatang ternak seperti kerbau, maka tidak akan bisa masuk ke area lahan tersebut segala jenis binatang buas, seperti harimau, ular dan sebagainya.

Dan hal ini masih terjadi hingga saat ini, dimana setiap tahunnya apabila akan memasuki Bulan Ramadhan selalu di gelar upacara adat dengan menyembelih kerbau, dan ternyata setelah penyembelihan daging kerbau dan para warga yang berada di sekitar area tersebut tidak pernah digigit nyamuk atau pun lalat yang hinggap pada daging kerbau yang siap di potong tersebut.
“Kubang Tigo Balirik  merupakan tempat berkumpulnya para raja pada jaman dahulu dan di tempat ini juga merupakan tempat peninggalan sejarah kerajaan alam Minangkabau, dimana  hingga saat ini keunikan daerah ini masih kami rasakan di sini, contohnya setiap kali kami mengadakan upacara adat penyembelihan kerbau yang kita rayakan setiap akan masuk bulan Ramadhan, itu daging kerbau yang sudah siap dipotong tidak akan pernah di sentuh oleh lalat, dan juga kita para manusia yang berada di sekitar area ini tidak akan disentuh oleh nyamak padahal di luar daerah ini terdapat nyamuk yang banyak karena area alahan ini berada di dalam perkebunan karet, " ujar DT. Simarajo TBA.

Rombongan saat berada di Area Kubang Tigo Balirik

Setelah melakukan seharian perjalanan keliling ke tempat-tempat bersejarah, rombongan kembali ke Tanah Datar untuk kembali duduk bersama guna memastikan waktu dan tempat, Rajo Alam Pagaruyung Minangkabau yang Asli dan Sah secara adat akan dilewakan.

Hingga berita ini diturunkan waktu dan tempat perhelatan Upacara pengangkatan Raja Alam Pagaruyung Minangkabau masih dalam tanda tanya.  Namun hal ini masih sedang di upayakan agar dalam waktu dekat ini semuanya bisa terlaksana dengan baik, sehingga masyarakat Minangkabau tidak lagi bingung dan ragu siapa sebenarnya Raja Alam Pagaruyung Minangkabau yang sah ini.

(Putra)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update