Notification

×

Iklan

Iklan

BUYA GUSRIZAL : SELAIN KOTAK INFAK, MASJID JUGA SEDIAKAN KOTAK PERTANYAAN

02 April 2017 | 10:02 WIB Last Updated 2017-04-02T03:15:16Z

Padang Panjang - Mencermati dinamika kehidupan saat ini, umat Islam membutuhkan kembali pembinaan secara intensif dalam mempelajari, memahami, dan mengamalkan Kitab Suci Al Qur'an dan Al hadits. Pemahaman yang lurus dan benar, tidak akan didapat hanya dengan ceramah-ceramah yang bersifat seremonial saja. Dibutuhkan pembinaan masyarakat yang kompheresif baik di dalam masjid maupun di luar masjid.

Hal tersebut diatas, adalah sekelumit yang disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) Sumatera Barat, Buya Gusrizal Gazahar Lc MA dalam taujih Shubuh Mubarakah di Masjid Al Azhar Komplek Kampus ISI Padang Panjang , Minggu ( 2/4) . Buya Gusrizal mengajak jamaah agar mengoptimalkan fungsi dan peran Masjid dalam pembinaan umat Islam. Untuk itu, disarankan kepada pengurus masjid agar tidak hanya menyediakan Kotak Infak di dalam masjid, namun perlu juga disediakan Kotak Pertanyaan. 

Sehingga diharapkan jamaah dan masyarakat di sekitar masjid dapat memasukkan pertanyaan dan saran . Dari pertanyaan dan saran tersebut, Pengurus dapat menyusun Kurikulum Kajian bagi masjidnya. " Sehingga kajian-kajian yang diberikan dan dibahas dapat sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi umat,  bukan sekedar rutinitas keagamaan saja, " jelas Buya Gusrizal.

Buya Gusrizal juga mengajak jamaah untuk mengingat bagaimana ulama-ulama Minangkabau dahulu membina umat dengan intensif dan fokus. Haji Abdul Karim Amrullah, ayah dari Buya Hamka secara sabar dan tekun membina umat dan masyarakat di Masjid Jembatan Besi Padang Panjang, yang kini bernama Masjid Zuamma'. Ulama terkenal Syaikh Muhammad Jamil Jaho secara fokus dan tekun juga membina umat di Masjid Jaho. Ketika umat memerlukan nasehat dan saran , maka umat bisa mendatangi Jaho. Begitu pula halnya dengan Syekh Sulaiman Arrasuli (Inyiak Canduang) , pembinaan secara tekun dan sabar dipusatkan di Canduang Agam. Sehingga ulama dan umat mampu menyatu, dan memahami permasalahan umat secara tepat dan obyektif.

" Membina umat tidak seperti menanak nasi dengan magic jar, namun membina umat selayaknya seperti menanak nasi dengan kayu api, " terang Buya Gusrizal. Ketika menanak dengan Kayu api , kita harus sabar . Jika api terlalu besar , nasi akan hangus. Sebaliknya jika api terlalu kecil , nasi tidak masak dan atah untuk disantap. Terkadang sang penanak nasi harus rela berpayah-payah meniup api dengan saluang agar terjaga nyala apinya. Begitulah gambaran Ulama dahulu membina umat dan masyarakat di sekitarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor ISI Padang Panjang Prof. Novesar Jamarun MS menyampaikan rasa haru dan bangga akan antusiasme masyarakat Padang Panjang dalam menghadiri Shubuh Mubarakah di Masjid Al Azhar ISI Padang Panjang ini. " Saya berharap kepada pengurus Masjid Al Azhar ISI Padang Panjang agar dapat melaksanakan Kegiatan Shubuh Mubarakah ini minimal sekali dalam sebulan," harap Pak Rektor ISI ini.

Acara Shubuh Mubarakah ini pun ditutup dengan sarapan bersama seluruh jamaah yang hadir. Sajian Bubur Kacang Padi yang hangat dipadu dengan roti manih disiapkan oleh Panitia untuk disantap bersama.

Inyong Budi

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update