Ditulis Oleh: Muhammad Hasbi Asy Syukri (Siswa SMA N 1 Sumatera Barat)
INDONESIA – Lama melangkah, jauh berpikir, tapi tidak ada tindakan revolusi, yang memiliki arti yang sama saja. Itulah kini negara kita, Indonesia. Pemerintah yang merongrong kepemerintahannya sendiri, masyarakat yang ingin segala kemauannya dituruti, dan penduduk asing yang melenggak-lenggok membawa ancaman terhadap negeri. Apakah itu kita? Yang hanya diam saja akan itu semua? Kini, kita mungkin berkata tidak, tapi sadarlah mungkin kita termasuk didalamnya.
Pendidikan karakter, sekarang ini memang mutlak diperlukan. Bukan hanya di sekolah, tetapi juga diperlukan di rumah dan di lingkungan sosial, faktanya pendidikan karakter tersebut hampir punah dan hilang begitu saja. Bahkan sekarang ini hendaknya, peserta pendidikan karakter bukan lagi hanya anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa, karena sangat pentingnya untuk kelangsungan hidup bangsa ini kedepan yang lambat laun akan terjadinya pemerosotan karakter. Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2025? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan negara di dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2025 tentunya sangat dibutuhkan good character. Memang selama ini pembentukan karakter dan kepribadian seakan terlupakan, kini telah banyak sekolah-sekolah dari tingkatan SD hingga SMA lebih mengutamakan peningkatan kecerdasan otak tanpa diimbangi dengan peningkatan moral dan kepribadian anak didiknya.
Sebenarnya, pendidikan dan karakter, semua telah dikupas pada UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 (tiga) yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, akan jarang diterapkan oleh anak zaman sekarang. Tujuan dari pendidikan nasional tidak saja hanya mencetak sumber daya manusia yang cerdas akan tetapi juga mampu mencetak kepribadian yang berkarakter berbineka, berakhlak, kreatif, memiliki visi misi, dan bertanggung jawab serta menjadi warga negara yang baik. Kesuksesan seseorang tidak pernah lepas dari potensi yang dimiliki oleh orang tersebut, potensi dalam arti tidak saja berbicara tentang skil akan tetapi meliputi kemampuan seseorang mengimplementasikan potensi yang dimilikinya untuk orang banyak, kemampuan mengelola diri, dan orang lain yang tentunya mengutamakan karakter positif pada masing-masing individu seseorang.
Berdasarkan hasil penelitian di Harvard University Amerika Serikat oleh Ali Ibrahim Akbar pada tahun 2000 mengungkapkan bahwa kemampuan teknis Hard Skill hanya memberikan kontribusi sekitar 20% terhadap kesuksesan seseorang dan selebihnya sekitar 80% lagi kesuksesan seseorang ditentukan oleh soft skill dan itu artinya karakteristik seseorang memiliki porsi yang lebih sangat besar sebagai penentu sukses tidaknya seseorang dimana karakteristik tersebut menduduki presentasi tertinggi penentuan keberhasilan pribadi seseorang baik untuk dirinya sendiri maupun kesuksesan untuk negaranya.
Pendidikan berbudaya karakter sebenarnya terbentuk dari apa yang kita lihat, kita rasakan, dan dari sebuah aktifitas yang sering kita lakukan yang kemudian menjadi sebuah kebiasaan dan pada akhirnya akan menjadi sebuah kepribadian dan menjadi karakter masing-masing pribadi kita, karena suatu hal akan bermula dari biasa, terbiasa, dan akhirnya itu pastilah akan menjadi budaya yang akan menentukan karakter kita. Dari hubungan tersebut jugalah yang akan menciptakan pemahaman kepada kita yang selanjutnya menjadi sebuah keyakinan dan dari sebuah keyakinan tersebut akan menentukan cara pandang seseorang dalam memperlakukan dunianya. Dunia pendidikan yang disertai karakter memang keras, berat, dan melelahkan bagi seseorang yang mengganggapnya itu buruk. Akan tetapi, sebagai instrumen yang sangat penting sekaligus sebagai penentu maju mundurnya sebuah bangsa dan lembaga pendidikan itu adalah sangat wajib untuk dilaksanakan, karena dari sanalah motor penggerak untuk memfasilitasi perkembangan pendidikan karakter seseorang agar menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan dapat juga dikatakan sebagai proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif seseorang akan mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat dan mengembangkannya dalam kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Tujuan dari pendidikan dan kebudayaan ini tidak lepas dari bagaimana membentuk pribadi kita agar bersama, membentuk jiwa kita untuk membela, dan merubah respon negatif kita menjadi berbelok 180 derajat. Bersama apa? Bersama dalam membagun negara kita, jangan sampai sebelum orang yang memecah kita, kita duluan yang memecahkan diri sendiri. Apa kata dunia?. Membela, membela apa? Membela bangsa kita dari ancaman-ancaman yang merusak kemerdekaan kita yang akan mengubah, merusak, dan menjatuhkan negara asri Indonesia. Cara berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial/diskotik dan menikmati narkoba menjadi tren di dunia modern yang cukup sulit untuk ditanggulangi, karena globalisasi telah menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan manusia, baik positif maupun negatif. Akhirnya, karakter anak bangsa berubah menjadi rapuh, mudah diterjang ombak, terjerumus dalam tren budaya yang kebarat-baratan tersebut. Prinsip-prinsip moral, budaya bangsa, dan perjuangan hilang dari karakteristik mereka punah begitu saja. Inilah yang menyebabakan dekadensi moral serta hilangnya kreativitas dan produktivitas bangsa. Sebab, ketika karakter suatu bangsa rapuh maka semangat berkreasi dan berinovasi dalam kompetensi yang erat akan mengendur, dan mudah dikalahkan oleh semangat konsumerisme, hedonisme, dan lain-lain. Itukah Indonesia?
“Sebenarnya tujuan serta konsep pendidikan telah tertanam dalam diri anak bangsa, akan tetapi pendidikan kini telah dilencengkan untuk mengajarkan kita cara bagaimana berpikir, daripada mengajarkan apa yang harus dipikirkan, sehingga membuat kita berpikir untuk diri sendiri, daripada membebani memori otak kita dengan pemikiran orang lain, sehingga dari pengaruh tersebutlah kita berpikir bagaimana menjadi pribadi hanya sendiri tanpa mengganggap orang lain disekitar kita sehingga pengaruh negatif akan menyerang diri kita yang akan merusak diri kita. Hingga bangsa menangis akan sikap anak kebanggaanya hilang dan tak lagi ada, sehingga seharusnya pendidikan berbudaya yang berkarakter itulah yang akan menciptakan banyak intelektual terpelajar bukannya intelektual kurang ajar seperti yang kita lihat didunia kita sekarang.” Memang benar semua itu adanya. Pemuda pemudi tombak bangsa kini telah hilang dari peradaban dan tak tau kapan akan muncul kembali. Negeri permai berharap kau kembali dan majukan Indonesia. Jadikan Indonesia berbudaya yang membuat revolusi karakter bangsa dan kebinekaan Indonesia terjaga. Indonesia Engkau Merdeka! Merdeka! Merdeka!.