Oleh DHIAHPOTTER |
PASBANA.com - Pergaulan dewasa ini, memperlihatkan adanya kecanduan yang mendalam bagi sebahagian anak-anak muda maupun orang yang telah dewasa dalam mengekpresikan “hubungan pertemenan” mereka (baik sejenis maupun lawan jenis), yang kadang sudah melampau dari norma-norma kesusilaan. Sama halnya dengan drama korea yang apabila satu episode saja kita tonton, malah membuat kita penasaran akan episode selanjutnya.
Dari 10 orang yang saya tanyakan minat mereka terhadap drama korea, 9 diantaranya tergolong “pecandu keras” menonton drama korea dengan dalih; alur dan konlfik dari drama tersebut mampu membawa mereka masuk dalam zona penasaran akan kelanjutan kisah romantisme dua pasangan muda, lalu merasakan kenyamanan saat menontonnya, hingga membuat mereka berhalusinasi memerankan tokoh dalam drama tersebut.
Tetapi, tentu hal ini hampir bisa disamakan dengan “kecanduan” bagi sekelompok mereka yang sudah nyaman dalam hubungan LGBT (selanjutnya saya tulis pergaulan intim). Oke, teman-teman semua bisa berkomentar apakah “pecandu” drama korea setara dengan pergaulan intim ini (bukan orangnya, tetapi rasa candunya).
Di atas hanya prolog saja untuk mengantarkan tulisan ini ke permasalahan inti. Sebelumnya, di TV dan media online memberitakan, telah tertangkapnya belasan Bapak-bapak yang kepergok “memadu kasih” di kamar hotel di Surabaya. Sebagaimana yang saya baca, bahwa Bapak-bapak tersebut tertangkap sedang melakukan aktivitas yang terlarang. Ini membuktikan, pergaulan globalisasi saat ini sudah menyerang habis sebahagian masyarakat yang tidak mempunyai pertahanan bagi diri mereka sendiri (re: ilmu agama).
Lain hal dengan isu hangat yang sedang berkembang di Kota Padang saat ini, yakni aturan yang dikeluarkan oleh Rektor Universitas Andalas (yang selanjutnya penulis tulis kampus power rangers), berisikan tentang “pelarangan adanya mahasiswa baru yang terjangkit LGBT”, hingga detik inipun masih banyak bermunculan tanggapan pro kontra dari masyarakat. Pertanyaan utama saya adalah kenapa harus ada pro dan kontra? Seharusnya pro saja kan?
Hipotesa sementara saya menyatakan, secara langsung wabah ini telah menyerang masyarakat walaupun tidak dibuktikan dengan perbuatan, tetapi berhasil mengubah paradigma berpikir sebahagian mereka yang menginginkan “bendera pelangi” tersebut berkibar tinggi di Universitas yang dijuluki kampus power rangers itu. Ranah pendidikan saat ini, menjadi ajang empuk bagi “mereka” yang mempunyai kepentingan. Maka dari itu, kita (siswa/mahasiswa) seharusnya sudah harus mempunyai cadangan peluru untuk mempertahankan keteguhan hati dan sikap, supaya tidak masuk ke jurang yang akan menghancurkan masa depan kita. Pergaulan intim Ini, jelas sekali sangat bertentangan dengan filosofis Minangkabau yakni adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah.
Jangan jauh-jauh dulu kita bicara agama, dari segi ilmu kesehatan saja mengungkapkan, bahwa pergaulan intim telah menimbulkan berbagai dampak negatif. Pertama, bagi mereka yang terjangkit virus ini, berisiko tinggi terkena HIV, sifilis, hepatitis, dan infeksi Chalamydia (sumber google). Kedua, sangat memungkinkan terjadinya luka dan pembengkakan di kawasan bagian intim manusia. Ketiga, efek yang paling utamanya adalah secara kejiwaan, yang mana pelaku pergaulan intim ini rentan mengalami penurunan pada sistem syaraf dan sistem kerja otak, yang secara otomatis akan terganggu.
Heran saya adalah, banyaknya komentar dari masyarakat diantaranya; itu adalah hak asasi manusia (Oke, mungkin mereka ini belum membaca dan memahami ayat per ayat dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UU No 39 Tahun 1999), mereka juga patut mendapatkan pendidikan yang setara dengan yang lain (Nah, ini mungkin saja juga salah mengartikan makna “hak” mendapatkan pendidikan yang layak, di lain sisi kewajiban tidak dipenuhi). Yang lebih mencengangkan bagi saya ialah, adanya komentar yang mengatakan wabah LGBT ini tidak semudah menyembuhkan pilek atau demam.
Nah, bagaimana kalau saya ilustrasikan seperti ini; saya contohkan Jupe. Siapa yang tidak kenal Jupe (tetapi secara pribadi saya bukan fans nya Jupe). Yang saya salutkan dari dia adalah PERJUANGANNYA DALAM MELAWAN PENYAKIT, sekarang ia sedang berusaha melawan dengan sekuat tenaga penyakit yang merenggut almost seluruh tubuhnya. Bicara biaya? Coba saja pikir sendiri berapa biaya yang telah dikeluarkannya (terlepas dari donate dari rekan-rekan dan keluarganya). Bicara waktu? Sudah berapa bulan ia habiskan waktunya di rumah sakit. Bicara nyaman? Siapa yang nyaman dengan penyakit seperti itu (kecuali jika Allah telah mentakdirkan ia mengidap penyakit tersebut, mungkin itu cara Allah untuk menggugurkan dosa-dosanya di masa lalu).
Jadi, saya sangat menolak kalau ada komentar yang menyebutkan jika penyakit LGBT ini susah disembuhkan. Mungkin sebahagian kelompok yang sudah masuk ke pergaulan intim ini berdalih, bahwa mereka sudah nyaman dengan apa yang mereka lakukan dan rasakan sekarang. Bicara nyaman? Oke saya berikan contoh lain, seorang anak di Britania Raya yang terserang penyakit langka dan cara untuk menyembuhkannya juga sangat susah.
Karena kemungkinan untuk bertahan hidup hanya 7% (itupun dalam jangka waktu 2 bulan). Anak tersebut mengaku nyaman dengan apa yang ia rasakan saat itu. Tetapi siapa yang tidak nyaman dengan itu? Keluarganya dan orang-orang disekitarnya. Karena itulah, orangtua dari anak tersebut berupaya sekuat mungkin untuk bisa menemukan Dokter yang mampu menyembuhkan anaknya dari penyakit mematikan tersebut. Akhirnya, anak itu berhasil melewati masa kritisnya, dan sekarang ia sudah duduk di bangku tingkat SMP.
Nah, yang dapat saya simpulkan dari dua fakta di atas ialah; jika seseorang ada keinginan kuat untuk keluar atau sembuh dari penyakit tersebut pasti akan ada jalan. Jalan itupun akan muncul dari pintu/orang manapun. Asalkan, memang ada niat dan tekad yang kuat untuk keluar dari itu. Begitu juga halnya dengan penyakit kelompok pergaulan intim ini yang mereka merasa nyaman, akan tetapi orang-orang disekitar merekalah yang tidak aman. So, tidak ada yang tidak mungkin oleh Allah. Bagi saya, tidak ada lagi alasan dari siapapun (termasuk Profesor sekalipun) yang membolehkan berkibarnya “bendera pelangi” itu di Ranah Minang.
Beberapa point penting yang ingin saya utarakan diantaranya;
Pertama, memang pendidikan formal yang musti dikejar itu terletak di bangku sekolah dan kuliah. Tetapi, pendidikan yang utama lagi penting adalah berada di rumah masing-masing. Jadi apapun yang dimulai dari langkah awal keluar rumah, itulah yang mencerminkan diri kita yang sebenarnya.
Kedua, Allah tidak akan membebani hamba-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Itu janji Allah loo yaa (lihat surat al-Baqarah ayat 286).
Ketiga, setiap orang mempunyai permasalahan yang berbeda-beda. Apapun itu, jika kita punya niat diringi dengan tekad yang kuat untuk mengatasi dan menyelesaikannya, maka akan sealu ada jalan yang bermuara kepada hikmah dan pembelajaran dibalik permasalahan tersebut.
Sebelumnya, juga sudah ada penolakan yang terjadi di Ranah Minang tentang pendirian RS Siloam, pendirian alfamart atau indomaret, dan lainnya yang berbau kapitalisme. Alhamdulillah, sampai detik ini penolakan-penolakan itu berhasil dan terbukti dengan tidak berdirinya bangunan-bangunan tersebut di Ranah Minang. Saya sebagai gadih minang asli, sangat mendukung aturan-aturan daerah yang melarang pembangunan dan perilaku yang bisa menyebabkan perpecahan di Ranah Minang. Saya juga sepakat dengan pernyataan Bapak Rektor kampus power rangers, yang mana akan memberdayakan dan menfasilitasi rehabilitas bagi mahasiswa yang mempunyai gejala-gejala pergaulan intim tersebut.
Suatu pendidikan akan maju, jika pendidiknya mampu mengaplikasikan dan mengapresiasikan aturan-aturan yang sejalan dengan hukum positif dan agama. Ditambah lagi cuitan Bapak Gubernur pada halaman twitternya, bahwa beliau akan mendukung penuh dan memberantas perilaku-perilaku menyimpang yang ada di ranah pendidikan saat ini. Kita sebagai siswa/mahasiswa/masyarakat sudah seharusnya mengikuti ajakan dan ikut serta dalam memberantas hal-hal yang mengandung PORNOGRAFI dan SARA tersebut. Yang mana harus dimulai dari diri dan lingkungan kita masing-masing.
Semoga kita semua bisa menjaga kultur yang selama ini berkembang dan sama-sama memperbaiki apa yang sepatutnya diperbaiki. Seperti pituah Minang berikut:
Adaik basandi syara’
Syara’ basandi kitabullah
Syara’ mangato adaik mamakai
Hiduik batampek-mati bakubua
Hiduik batampek-mati bakubua
Camin nan indak bakubua Sakik basilau-mati bajanguak
Palito nan indak padam
Nan tuo dihormati
Alam takambang jadi guru
Nan mudo dikasiahi