Tanah Datar - Budaya menulis, membaca, dan menyampaikan ide pikiran dalam masyarakat Minangkabau berada diatas rata-rata dibanding masyarakat lain di Indonesia. Minangkabau memiliki akar budaya civil society yang cukup tinggi. Demikian penyampaian Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo dalam acara Sosialisasi Jurnalistik Bagi Wartawan di Kabupaten Tanah Datar , Senin (22/5). Acara yang diselenggarakan di Gedung Indo Jalito Batusangkar ini dihadiri oleh berbagai insan pers yang meliput di Kabupaten Tanah Datar.
Yosep Adi Prasetyo juga menegaskan bahwa di era kemerdekaan ini, siapa saja bisa membuat media dan bisa menjadi wartawan. Untuk itu, bagi mereka yang memiliki media atau menjadi wartawan hendaknya berkenan untuk bergabung dengan organisasi resmi yang menaungi. " Dengan adanya organisasi resmi yang menaungi maka kegiatan Diklat dan perlindungan hukum ketika terkena kasus hukum dalam pemberitaan dapat dilakukan, " jelas Stanley panggilan akrab Ketua Dewan Pers ini.
Saat ini ada tiga organisasi wartawan yang resmi dan telah terverifikasi oleh negara yaitu Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI ) , Aliansi Jurnalis Independen ( AJI ) , dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia ( IJTI ).
Dengan adanya Kemerdekaan Pers di Indonesia, hal ini memunculkan berbagai fenomena di ranah pers Indonesia. Antara lain munculnya fenomena media yang tidak jelas ( abal- abal ) .
Ada tiga pengelompokan jenis media saat ini , yaitu Media Profesional, Media Partisan ( sesuai pesanan ) , dan Media abal-abal. Menurut Yosep, ciri khas media abal-abal antara lain, tidak memiliki Badan Hukum yang jelas , alamat redaksi yang tidak jelas, terbit secara temporer dan tidak pasti, nama media yang cenderung " menakutkan" , dan mengeluarkan kartu pers dengan seenaknya.
Disamping media abal-abal, dunia jurnalistik Indonesia juga diwarnai munculnya fenomena wartawan abal-abal. Banyak terjadi penyalahgunaan profesi wartawan akibat ulah wartawan abal-abal di berbagai daerah di Indonesia. Yang akhirnya berujung pada permasalahan hukum. Yosep menyampaikan salah satu ciri khas wartawan abal-abal, yaitu tidak memiliki media yang jelas, jarang menulis berita, berpenampilan tidak etis dan terkesan " sok jago", tendensius dalam menyampaikan pemberitaan, dan tidak memahami kode etik wartawan.
Yosep Adi Prasetyo menandaskan bahwa sudah saatnya setiap media maupun wartawan berusaha keras menjadi media dan wartawan yang profesional dan bertanggung jawab dalam pemberitaan. Untuk itu, diharapkan setiap wartawan dapat mengikuti Uji Kompetensi Wartawan ( UKW ) dalam rangka meningkatkan kemampuan dan profesionalisme di bidang jurnalistik. " Salah satu tujuan media massa adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan menambah masalah bagi pemerintah dan masyarakat, " ungkapnya.
Ada beberapa prinsip jurnalistik profesional yang harus dipegang teguh setiap insan jurnalis yaitu bebas dan independen, tertib dan menciptakan solidaritas , menjunjung keberagaman, dan bertindak obyektif. " Dengan berpedoman kepada prinsip-prinsip diatas, maka sebuah media akan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan negara, " pungkas Yosep.(put/ib)