Jenazah Theresia Saat Hendak Dibawa Ke Simalegi Mentawai Dengan Speed Boat ( Foto: Rus Akbar) |
PADANG - Theresia (27) asal Simalegi, Kecamatan Siberut Barat menghembuskan napas terakhir, Selasa 27 Juni 2017, pukul 22.10 WIB di ruang HCU Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil Padang setelah mengalami koma 27 jam akibat kecelakaan motor.
Theresia sehari-hari bekerja di salah satu perusahaan asuransi di Kota Padang, kecelakaan, Senin 26 Juni 2017 di kawasan Ranah depan SPBU, jalan M. H Thamrin Padang, sekira pukul 19.00 WIB.
"Saat itu dia hendak mau pulang ke rumahnya di Cendana, menggunakan motor matic, saat berhenti di tepi jalan, tiba-tiba dari belakang ada motor langsung menabrak korban," ujar Ketua Forum Mahasiswa Mentawai (Formma) Sumatera Barat, Ignasius Joko Mulyono , Rabu (28/06/2017).
Dikatakan Joko, dalam insiden kecelakaan itu, Theresia mengalami benturan di kepala bagian belakang. "Saat itu korban tidak memakai helm, helmnya digantung di jok kendaraan yang dipakainya," ungkap Joko.
Theresia ditolong seorang ibu yang juga satu arah dengannya. Dari informasi yang didapat, ibu tersebut juga berasal dari Mentawai. Lalu, ibu itu langsung membawa Theresia ke Rumah Sakit Tentara (RST) Reksodiwiryo Gantiang yang tidak jauh dari lokasi kejadian.
"Saat diberikan pertolongan pertama, korban masih sempat komunikasi beberapa menit. Setelah itu korban pingsan. Lantaran fasilitas di rumah sakit tersebut kurang memadai, korban dirujuk ke RS Yos Sudarso. Namun, kondisinya semakin kritis, akhirnya dirujuk ke RSUP M. Djamil Padang," ujar Joko.
Joko menambahkan, setelah sampai di Rumah Sakit Tentara, orang yang menabrak Theresia kabur. Untuk mengurus administrasi, mahasiswa asal Mentawai yang berada di Padang lah yang membantu. "Pelaku yang menabrak sampai di Rumah Sakit Tentara langsung melarikan diri, tidak tahu lagi dimana keberadaannya. Sementara itu, kita dan kawan-kawan serta keluarga korban mendampingi korban di rumah sakit," jelasnya.
Senin, 26 Juni 2017, pukul 24.00 WIB korban direncanakan akan dioperasi, karena stok darah tidak tersedia dan setelah keluarga korban mendatangi PMI, namum PMI juga sudah tutup lantaran lebaran.
Lalu, keesokan harinya, pukul 06.00 WIB korban kembali dibawa ke ruang operasi, namun kondisi kesadaran korban makin menurun. "Awalnya kata dokter korban bisa dioperasi, sebab saat itu angka kesadaran korban ada pada level 15, sebab kata dokter kalau angka kesadaran korban diatas level 10 itu bisa dioperasi, namun saat masuk ke ruang operasi kesadaran korban menurun drastis, saat itu angka kesadarannya berada pada level 6 ," ungkap Joko.
Setelah itu, dokter menyarankan agar korban dibawa ke ruang HCU bagian Bedah Laki-laki, Anak dan Perempuan, pukul 11.30 WIB. Saat diruang HCU itulah kondisi korban kian memburuk. Pukul 22.10 WIB korban meninggal dunia.
Berdasarkan hasil rontgen, Theresia mengalami pendarahan di kepala bagian belakang pada sisi kanan, di bagian itu ada gumpulan darah yang membeku, rencananya itu yang akan dibersihkan agar korban bisa sadar. "Namun Tuhan berkata lain, korban akhirnya meninggal," kata Joko.
Setelah dinyatakan meninggal, Theresia dibawa ke kediamannya di Cendana, Padang. Lalu, pukul 05.00 WIB keluarga korban datang dari Simalegi menggunakan speed boat untuk menjemput jenazah korban dan dibawa ke Simalegi.( Sumber: Mentawaikita.com)