Limapuluh Kota - Setiap tahun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Lima Puluh Kota, tutunkan tim tehnik evakuasi vertical rescue, untuk melatih kemampuan para mahasiswa/i se Sumatera Barat, khususnya mahasiswa pecinta alam dalam berbagai tehnik evakuasi.
“Beberapa hari lalu, tim tim tehnik evakuasi vertical rescue BPBD melatihan Mapala (Mahasiwa Pencinta Alam) se Sumatera Barat. Kegiatan tersebut dilakukan di kenagarian Harau, kecamatan Harau kabupaten Lima Puluh Kota," Ujar dua orang staf BPBD Lima Puluh Kota Boy Afrianto dan Hari Andra Ramadhana yang juga tergabung dalam vertical rescue Indonesia kepada pasbana.com, Rabu (19/7) sambil berbincang-bincang minum kopi malam.
Menurut mereka, seluruh peserta yang ikut dalam kegiatan tersebut adalah mahasiswa yang ada di perguruan tinggi Sumatera Barat. Dalam kegiatan ini mahasiswa dilatih dalam tehnik evakuasi vertical rescue. Pembinaan ini, selain didampingi BPBD Lima Puluh Kota, juga diperankan oleh dinas Kominfo kota Payakumbuh dan organisasi vertical rescue merah putih Payakumbuh.
Pelatihan ini dilaksanakan selama empat hari, sedangkan pelatih dari kominfo kota Payakumbuh diwakili Afrizal Jamal atau yang biasa dipanggil sehari-hari Can Tanjoenk, dan dari organisasi vertical rescue diketua oleh Imelda Tanoshi dan Andi Gope.
Selama proses kegiatan berlangsung para mahasiswa yang terlibat dalam organisasi pecinta alam sangat berantusias mengikuti pelatihan ini. Pelatihan ini dilaksanakan di dinding tebing alam, hal ini benar-benar menjadi sebuah tantangan dalam menghadapi evakauasi yang bisa terbilang exstrim," ujar Boy dan Hary.
Dalam pembukaan kegiatan ini, hal ini tidak hanya berlaku dialam, namun bisa dilakukan di gedung-gedung. Karena pada dasarnya evakuasi adalah proses penyelamatan tehadap korban. Beberapa kegiatan dilaksanakan dalam acara Mapala ini, dikenalkan dengan cara dead men dead boy, ascender discender, repling atau turun tali. “Ini adalah beberapa cara yang bisa digunakan saat proses evakuasi pada saat sikorban mengalami kecelakaan dalam beraktifitas," ujar Boy dan Hary.
Sementara itu, Imeldha Tanoshi selaku anggota organisasi dari vertical rescue, mengungkapkan kepada pasbana.com via selulernya, Rabu (19/7) malam. "Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi para mahasiswa yang ikut, memang kita tidak mengharapkan akan terjadi kecelakaan dalam setiap kegiatan. Namun, dengan mengikuti pelatihan ini mahasiswa diharapkan tahu bagaimana langkah-langkah yang dilakukan dalam evakuasi," ujarnya.
Sebelumnya juga diungkapkan Afrizal Jamal minggu kemaren di Payakumbuh, merupakan pegawai ASN Kominfo kota Payakumbuh, menurut dia, dalam awal pelatihan ini dilaksanakan mahasiswa dikenalkan dengan beberapa alat-alat vertical rescue, seperti tali caramantel, harness, tandu stretcher dan kelengkapan lainnya.
Secara umum pelatihan ini, tidak hanya membutuhkan fisik yang bagus, namun juga perlu keberanian yang tinggi dan sistem evakuasi yang mantap. Karena pada saat evakuasi yang dipertaruhkan adalah nyawa sikorban dan orang yang menyelamatkan.
Sedangkan menurut Andi Gope, selaku ketua tim vertical rescue Merah Putih Harau, mengaharapkan kepada adik-adik mahasiswa yang tergabung dalam kegiatan ini, mentransfer ilmu pengetahuannya kepada junior-junior Mapala berikutnya, ujarnya.
Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Lima Puluh Kota Hendri Yoni, mengatakan di ruang kerjanya (19/7) siang di ruang kerjanya kepada pasbana.com, apresiasi untuk semua pelatih dan terima kasih kepada seluruh mahasiswa yang telah bergabung dengan tim teknik evakuasi vertical rescue Lima Puluh Kota dan dinas Kominfo kota Payakumbuh, semoga segala ilmu pengetahuannya tersebut bermamfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Sehingga mahasiswa/I dapat bekal, mulai dari aplikasi pengenalan alat dan sistem cara pelaksanaannya. Namun pada setiap pelaksanaan yang berhubungan dengan vertical harus ada instruktur yang terlatih. Guna mengurangi resiko tingkat kecelakaan dalam pelatihan," harap Hendri Yoni. (Bayu Denura)