Lima Puluh Kota --- Guna mengikuti peningkatan kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC) se Indonesia di Bandung Barat. Selama 6 hari berturut Jum’at-Rabu (7-12/7). Pemerintah daerah kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat melalui BPBD setempat, utus 5 orang TRC.
“Ke 5 TRC dari BPBD Lima Puluh Kota itu, diantaranya sekretaris Nur Akmal, Kabid KL Rahmadinol, kasi Perencanaan dan Pelaporan Ariffadillah, kasi Logistik Susi Hardini dan staf M. Rinaldi Yulianto, “Ujar Plt Kalak Hendri Yoni kepada pasbana.com di Payakumbuh melalui via selulernya, Sabtu (9/7) malam.
Selain utusan 5 orang dari BPBD Lima Puluh Kota, juga diikuti sebanyak 115 orang lain laginya, total daerah secara keseluruhannya berjumlah 20 BPBD kota/kabupaten se Indonesia yang mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas TRC daerah tahun 2017 angkatan ke II, bertempat di hotel Mason Pine Bandung Barat.
“Acara tersebut dibuka kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei diwakili oleh Deputi Bidang Penanganan Darurat Tri Budiarto, ketika membuka kegiatan tersebut, menyebutkan, apabila terjadi bencana, masyarakat yang terkena bencana harus segera diberikan pertolongan untuk memberi pertolongan, “ujar Hendri Yoni.
Terpisah, Tri Budiarto kepada pasbana.com juga mengatakan via selulernya, Sabtu (8/7)," Pelatihan TRC diperlukan kesiapsiagaan personil serta peralatan yang memadai. Terkait dengan itu, melalui BPBD yang mengadakan pelatihan penanggulangan bencana. Pelatihan tersebut difokuskan untuk peningkatan kemampuan TRC.
Dengan adanya BPBD yang keberadaannya telah diketahui masyarakat luas sekarang ini, apa siapa saja, sedikit masyarakat melaporkan ke BPBD. walaupun itu sebenarnya bukan tugas BPBD, tapi pengaduan masyarakat wajib direspon BPBD, dengan menindaklanjuti laporan tersebut, walaupun sebelumnya tidak terbayangkan BPBD harus mengurus hal yang demikian.
Contohnya, kucing naik tower, tawon bersarang dihutan dan dirimba, masyarakat tahunya hanya BPBD. Meskipun demikian, secara kemanusian tetap kita sikapi dengan baik. Itulah tugas BPBD, walaupun bukan tugas pokok fungsi (Tupoksi) BPBD, tetap kita kerjakan.
Siring munculnya berbagai persoalan pada saat terjadi darurat bencana. Misalnya, waktu yang singkat, kebutuhan yang mendesak, serta kesulitan koordinasi yang disebabkan karena banyaknya institusi yang terlibat dalam penanggulangan darurat bencana. “Dengan demikian, perlu diadakan koordinasi yang lebih intensif guna kelancaran penyelenggaraan penanggulangan bencana,”jelas Tri Budiarto.
Terkait dengan penanggulangan darurat bencana, tentu menuntut adanya TRC dari berbagai instansi yang dikoordinir BPBD. Tim ini diberi tugas untuk melakukan pengkajian cepat terhadap korban meninggal dunia, luka-luka, pengungsi, kerusakan perumahan, kantor, sarana dan prasarana vital lainnya.
Selain itu, tim ini juga bertugas untuk memberikan pelayanan dan perlindungan berdasarkan standar pelayanan minimum. Mulai dari pencarian korban, penyelamatan, evakuasi pertolongan darurat dan pemenuhan kebutuhan dasar. Berupa sandang, pangan, air bersih dan sanitasi pelayanan kesehatan, serta penampungan sementara.
“Kita berharap, peserta sungguh-sungguh mengikuti kegiatan pelatihan penanggulangan bencana agar handal dan tangguh menghadapi bencana yang dapat saja terjadi kapan saja. Semoga seluruh peserta selalu dalam keadaan sehat dan pulangnya membawa bekal yang bermamfaat, “ujar Tri Budiarto.
Sementara, Kasi Evakuasi BNPB Wing Prasetyo Arda, selaku ketua panitia, mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas TRC yang akan melakukan penanganan bila terjadi bencana.
TRC, bukan saja dari unsur pemerintah. Tetapi juga dari dunia usaha dan masyarakat. Selain peningkatan kapasitas, pelatihan juga bertujuan agar TRC bisa menggunakan dan menguasai peralatan sesuai dengan jenis bencana yang terjadi. Dan sekalipun fasilitas memang belum memadai, namun fasilitas dasar telah dimiliki BPBD.
Jumlah peserta sebanyak 120 orang terdiri dari 20 BPBD kota/kabupaten, dimana setiap BPBD diwakili masing-masing 5 orang peserta. Materi pelajaran dalam kegiatan pelatihan ini meliputi manajemen penanganan darurat, peran TRC dan kaji cepat, koordinasi multipihak dalam penanganan darurat bencana.
Setelah itu, publik speaking, pertolongan dan evakuasi medic korban, standar kompetensi untuk personil penanggulangan bencana, penanggulangan korban masal, dukungan keuangan untuk operasional TRC PB, perundanggan dalam mendukung kegiatan TRC PB.
Usai beberapa kegiatan itu, juga dilanjutkan dengan materi kegiatan yakni, pelatihan system komando penanganan darurat, pengenalan cobo collect, manajemen DVI, pengenalan radio komunikasi dan GPS dan simulasi serta lain sebagainya.
“Sedangkan nara sumber yang terlibat pada kegiatan ini berasal dari internal BNPB, LSP, AGD, Dinkes, kepolisian dan pratisi kedokteran. Juga dihadiri kepala BPBD Propinsi Jawa Barat diwakili oleh bapak Warsa, “ujar Wing.
Sementara itu, dua orang peserta pelatihan peningkatan kapasitas TRC, yakni Anggelina Juli dari BPBD Manado dan Ochyi dari BPBD Aru Maluku, mengaku, bangga dengan BNPB yang telah berhasil melatih sebanyak 11 angkatan TRC se Indonesia.
“Dilatihnya TRC se Indonesia oleh BNPB, disebabkan, banyaknya kabupaten/kota yang belum berpengalaman terhadap apa itu TRC. Ka, nyaris seluruh daerah memiliki kerawanan bencana yang tinggi, sehingga TRC perlu dibekali pengalaman, “Tambah Ochyi seraya berucap terima kasih kepada BNPB, “ujar Anggelina Juli. (Bayu Denura)