Oleh: Satria Asmal
( Trainer SPECTA dan Guru )
PASBANA.com - Mengajar tidak lepas dari kemampuan seseorang untuk berkomunikasi. Komunikasi yang baik dan menarik mampu membuat peserta memahami ilmu yang disampaikan dan pada akhirnya dapat diamalkan dan dirasakan manfaatnya oleh peserta didik.
Dalam menerima ilmu atau informasi maka yang berperan penting adalah otak manusia. Otaklah yang menerima dan mengelola informasi yang pada akhirnya akan melahirkan tindakan atas keputusan yang telah dikelola oleh otak tersebut.
Agar ilmu dan informasi yang disampaikan itu dipahami dengan baik, maka pengajar harus memahai hal berikut:
A. Pahami Cara Kerja Otak Menerima Informasi
Otak diciptakan dengan sangat ajaib. Mampu menerima dan menyimpan informasi dalam waktu yang sangat lama.
Kita seperti apa yang kita fikirkan dan otak bertugas menerjemahkan dan memerintahkan organ tubuh untuk melaksanakannya.
Maka dengan memahami cara kerja otak, kita akan mampu menciptakan metode dan strategi pembelajaran yang menarik. Ini berlaku umum tidak hanya untuk digunakan dalam proses mengajar, namun juga dalam komunikasi publik atau public speaking.
Lalu bagaimana otak menerima informasi?
1. Informasi yang diterima dari lingkungan disandikan ke bentuk persepsi internal.
2. Persepsi internal dari rangsangan dibandingkan dengan informasi yang sudah tersimpan di otak. Faktor kedua ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, tingkat pendidikan, kondisi emosional, konsisi kesehatan dan sebagainya.
Contoh seseorang yang sedang sakit gigi akan berbeda respon menerima informasi dengan orang yang sehat wal afiat.
3. Membuat keputusan respon apa yang akan dipilih.
4. Mengeksekusi respon yang telah dipilih dan melakukan tindakan yang diperlukan.
Begitulah otak bekerja menerima informasi. Dengan demikian kita mulai tahu bahwa setiap orang berbeda dalam menerima informasi. Dan juga berbeda dalam penyikapan atau mengeksekusinya. Maka disinilah kita dituntut untuk jeli melihat siapa audiens kita, bagaimana latar belakangnya, tingkat usianya, strata sosialnya tingkat pendidikannya dan lain-lain.
Dari situlah kita tentukan strategi apa yang tepat kita gunakan. Bagaimana pola pembelajaran yang pas, lalu penggunaan yang bahasa yang cocok.
Selain itu keunikan otak yang juga mesti kita ketahui juga adalah:
a. Otak kita seperti apa yang kita pikirkan.
Disinilah perlunya selalu berfikir positif. Karena di alam ini berlaku "law of atraction" hukum tarik menarik.
Respon orang lain kepada kita, adalah gambaran sikap kita kepada mereka.
Contoh : Saat kita berdiri di tepi tebing lalu berteriak " Heiii..kamu pintar..!!
Maka tebing akan bergema dan memantulkan suara yang sama berkali-kali.
Tapi coba kita ubah kalimatnya " Heiii...kamu goblok...! Maka tebing juga akan memantulkan suara "kamu goblok" itu berkali kali.
Untuk itu pengajar harus mampu membangun aura positif dalam dirinya dan pikirannya akan bisa berinteraksi dan berbagi dengan maksimal kepada peserta didik.
Disaat akan mengajar ditanamkan dalam pikirannya bahwasanya yang akan ditemuinya di kelas adalah anak-anak luar biasa.
Yang akan diajarnya adalah calon pemimpin masa depan maka harus dipersiapkan dengan baik.
Yang akan dididiknya adalah anak anak sholeh yang menjadi estafet kemuliaan agama ini.
Sehingga pengajar akan mendidiknya sepenuh hati sepenuh jiwa. Akan bahagia bersamanya. Dan akan bersabar membimbingnya.
Namun jika yang terpikir itu adalah tentang si fulan nakal, si fulan usil. Saya akan mengajar di lokal anak bandel, maka yang muncul itu adalah persepsi negatif. Tekanan darah meningkat. Mudah emosi yang pada akhirnya membuat proses belajar mengajar dalam kondisi tertekan dan melelahkan.
b. Informasi hanya akan diserap dengan maksimal jika otak limbic terbuka.
Otak limbic terbuka disaat seseorang merasakan kenyamanan, bahagia, senang, semangat, dan lain-lain.
Jika otak limbic terbuka maka peserta didik akan mudah menerima ilmu atau informasi. Bersemangat belajar, rasa ingin tahunya meningkat dan ketertarikanya akan pelajaran semakin kuat.
Sebaliknya jika otak limbic dalam keadaan tertutup informasi akan sulit diserap karena si penerima informasi sedang mengalami mental block. Kondisi dimana seseorang sulit menerima informasi atau berinteraksi dengan lingkunganya.
Itulah kenapa sebelum berkomunikasi kita harus membangun "Rapport" ( hubungan) yang kuat dengan audiens. Agar mereka merasa nyaman,bahagia, saat kita memberikan informasi atau pelajaran.
c. Lama otak untuk tetap fokus berbeda-beda.
Rata rata orang dewasa mampu untuk tetap fokus hanya 10 - 15 menit saja paling lama. Sementara anak anak hanya bertahan 5-8 menit saja. Maka perlu ada jeda disetiap waktu tersebut.
Perlu ada refresh kembali.
Perlu ada ice breaking atau pencairan suasana kembali. Seperti halnya sholat disetiap pergantian gerakan ada tuma'ninah, berhenti sejenak. Dengan tujuan untuk fokus melanjutkan gerakan berikutnya. Menyiapkan energi untuk aktivitas selanjutnya.
d. Otak sulit membedakan antara persepsi internal dengan realitas eksternal.
Maksudnya adalah apa yang dicemaskan dan dikhawatirkan oleh otak seringkali tidak terjadi di kenyataan sebenarnya. Seringkali kecemasan yang ada dipikiran kita tidak terjadi di dunia nyata kita.
Contoh murid kita begitu sangat takut untuk tampil di depan kelas sehingga anak didik memilih duduk paling belakang. Itulah kenapa bangku yang paling sering kosong itu adalah bangku depan.
Padahal kenyataannya ketika seorang terlatih berbicara di depan maka ketakutan ketakutan itu tidak terjadi. Malah menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Inilah jurus pertama yang digunakan trainer untuk mengelola audiens nya. Untuk membuat trainingnya memukau.
Dan ini baru jurus dasar.
Masih ada ya???
Ini saja sudah luar biasa...
Tenang..tenang
Ini baru jurus dasar...
Masih ada jurus mematikan lainya...
Tunggu di "Mengajar Ala Trainer" ( Bagian III)