Notification

×

Iklan

Iklan

Mengajar Ala Trainer (Bagian IV)

27 Juli 2017 | 18:59 WIB Last Updated 2017-07-27T11:59:13Z
Oleh: Satria Asmal
( Trainer SPECTA dan Guru )

PASBANA -- Dalam menerjemahkan  komunikasi, manusia melibatkan indra untuk mengolah menjadi sebuah  informasi.Karenanya dalam berkomunikasi yang merupakan jembatan penyampaian informasi, seorang guru harus memperhatikan tiga elemen penting dalam berkomunikasi.

Ketiga elemen itu akan kita bahas dalam jurus berikutnya,


C. Pertajam Elemen Komunikasi

Elemen komunikasi adalah penjelasan sederhana bagaimana fikiran kita menterjemahkan bahasa dan mengolahnya menjadi sumber informasi.

Elemen komunikasi apabila dijalankan secara keseluruhan, akan dapat mempermudah orang lain memahami pesan kita. Hal ini tentu akan mengurangi lazy language atau penyampaian yang menjemukan.

Jika ini terjadi maka berakibat murid akan cepat bosan, kelas yang menjemukan, tertekan, tidak bersemangat, mengantuk, tidak fokus, tidak betah yang pada akhirnya informasi tidak diterima bahkan sampai pada mental block.

Ketiga elemen komunikasi tersebut adalah,

1. Words/ Kata-kata (7%)

Dalam komunikasi kata kata merupakan jembatan penghubung. Ia berperan 7% untuk keberhasilan komunilasi kita.  Untuk itulah seorang guru harus cerdas memilih dan merangkai kata kata. Hindari kalimat yang ambigu atau bermakna ganda hingga membingungkan peserta didik.

Kata kata yang tersusun dengan baik, sistematis, singkat, padat dan tidak bertele tele, akan memudahkan murid menerima informasi. Berusahalah menyederhanakan kata kata kita namun maksud dan tujuan nya tetap tercapai.

Kita mengajar mencari substansi bukan gengsi. Supaya dikatakan guru hebat lalu menggunakan istilah rumit yang tidak dipahami murid, sehingga substansi dari penyampaian informasi tidak tercapai dan target pun terbengkalai.

Gunakanlah kata kata yang elegan, bermakna dan sederhana. Karena dengan demikian murid akan fokus dengan tujuan informasi disampaikan dan tertarik untuk menggali makna dari informasi tersebut.

Membuat mereka penasaran dengan kalimat yang kita sampaikan akan sangat efektif untuk membangun rasa keingin tahuan mereka. Semakin besar rasa ingin tahu mereka maka akan semakin tumbuh semangat belajarnya.

2. Intonasi/Warna suara (38%)

Seperti kita sebutkan diatas kata-kata hanya berperan 7% saja dalam keberhasilan komunikasi kita. Sementara Intonasi atau warna suara menyumbang 38% kesuksesan komunikasi.

Kenapa?

Karena jika kata-kata tidak memiliki ruh, datar, tidak menyentuh, tidak berenergi maka pengaruhnya tidak terlalu besar dalam penyampaian  informasi.

Kata-kata dengan nada semangat, intonasi yang pas dan berenergi maka ia akan menhentak ke dalam sanubari terdalam.

Presiden pertama kita Soekarno digelari "Singa Podium" karena kata katanya yang menghipnotis. Kata kata nya diisi dengan energi dan semangat sehingga tertular kepada yang mendengarnya. 

Kalimat yang tersendat,kaku,layu akan memunculkan distorsi.


Bung Tomo dengan semangat menggelora menyampaikan pidatonya yang sangat fenomenal penuh penghayatan hingga menyihir rakyat surabaya untuk turut berjuang melawan penjajah. Padahal waktu itu umurnya masih sangat muda 22 tahun !

Satu kalimat yang sama namun dengan intonasi yang berbeda akan dipahami berbeda pula oleh penerima informasi.

Contoh ketika kita memanggil seseorang dengan intonasi berbeda maka makna yang dipahami juga akan berbeda.


Ketika kita memanggil murid..
Dani...!


Diucapkan dengan intonasi datar dan tenang akan berbeda makna yang dipahami ketika kita memanggil anak yang sama tapi dengan intonasi menggelegar dan penuh dengan emosi
Daaniiiii.....!!!


Yang pertama akan dipahami sebagai panggilan biasa sedang yang kedua akan dipahami sebagai bentakan atau kemarahan. Padahal kalimat yang digunakan sama.

Seseorang yang berceramah atau berpidato dengan nada yang datar datar saja dan ritme nya sama akan terasa sangat membosan kan. Sementara jika pidatonya diisi dwngan intonasi suara yang lepas,bersemangat atau menyentuh akan menghipnotis pendengarnya.

3. Body Language/Bahasa Tubuh (55%)

Bahasa tubuh ternyata berpengaruh sangat besar dibanding kata kata 7% dan Intonasi 38%.

Walaupun tanpa berkata kata dan mengeluarkan suara, namun akan sangat mempengaruhi si penerima informasi bahkan sampai angka 55%.

Seseorang yang menatap dengan dingin dan kaku akan dipahami sebgai sebuah kemarahan dan kekesalan walaupun tanpa berkata dan bersuara. Seseorang yang tersenyum ceria dengan tangan terbuka akan dipahami sebagai sebuah persahabatan dan kebahagiaan.

Walaupun tanpa berkata kata seseorang yang duduk termenung sambil memegang kepala akan dipahami orang tersebut banyak sedang banyak fikiran atau galau.

Seorang komandan perang hanya dengan menunjuk kearah musuh dengan wajah garang akan dipahami sebagai "seraaanggg...!!!

Dan senyuman seorang guru akan menjadi energi bagi muridnya. Diam nya seorang guru sambil menatap muridnya satu persatu terkadang lebih efektif mengendalikan suasana ribut dalam kelas dibanding mencak mencak tidak karuan.

Maka ketika mengajar pun, bahasa tubuh menjadi perhatian besar dibanding kata kata dan intonasi. Penggunaan bahasa tubuh yang serasi dengan kata kata dan intonasi akan membuat penyampaian kita lebih berenergi.

Jangan segan untuk berekspresi !

Ketika kita merasa senang, serius, bercanda, tertawa,sedih, maka ungkapkan saja dengan bahasa tubuh.


Itulah ketiga elemen komunikasi yang mesti dipahami oleh guru dalam kelas. Ketiga elemen itu akan semakin kokoh jika didukung oleh kemampuan kita dalam memvariasikan penggunaan VAK di dalam kelas.

Apa itu VAK?
Apa fungsinya dalam komunikasi ?
Apa hubungannya dengan pemetaan kemampuan murid kita ?


Akan kita bahas di materi selanjutnya
"Mengajar ala Trainer" (Bagian V)

Tunggu kelanjutannya!

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update