Padangpanjang – Untuk mendalami Bahasa Mandarin, sekaligus mempelajari keuletan China menguasai ekonomi dunia, SMP Darul Hikmah Islamic Boarding School (IBS) Padangpanjang memberangkatkan 4 orang siswanya dan 2 orang guru ke Beijing, China, pada Jumat (7/7) lalu.
Kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama Darul Hikmah Islamic Boarding School Padangpanjang dengan pihak Sekolah yang ada di China. Sepanjang kerjasama yang dilakukan, ini merupakan keberangkatan kedua bagi siswa Darul Hikmah Islamic Boarding School Padangpanjang.
Konsultan Pendidikan Darul Hikmah Islamic Boarding School, Mulyadi Wijaya, saat dikonfirmasi Pasbana.com, Jumat (28/7) mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan Moving Schools (Pindah Sekolah / Pindah Belajar), dan kegiatan ini khusus bagi siswa yang mau dan mampu berbahasa Mandarin.
“Untuk bisa ikut Moving Schools, siswa harus mampu berbahasa Mandarin, setidaknya siswa mengerti dan paham akan Bahasa Mandarin, karena selama proses belajar disana, mereka menggunakan Bahasa Mandarin,” terang Mulyadi.
Mulyadi juga mengatakan, tujuan dari Moving Schools bukan semata-mata hanya untuk pergi berlibur, namun lebih kearah belajar, seperti mendalami bahasa Mandarin dan mengenal budaya sekaligus mempelajari keuletan China menguasai ekonomi dunia.
“Sampai disana, siswa belajar selama 10 hari, dan dalam waktu 10 hari tersebut, selain belajar, siswa juga akan dikenalkan berbagai tempat-tempat wisata, dan tempat-tempat lainnya yang ada di China. Dan siswa yang berangkat ke China, akan diberikan Sertifikat saat mereka tamat nanti,” lanjut Mulyadi.
Siswa yang melaksanakan Moving Schools, paling tidak ia dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, lanjut Mulyadi, ia juga dapat melihat cara hidup orang disana, mempelajarinya dan mengembangkan ilmunya.
Moving Schools pertama kali dilaksanakan pada tahun 2013 lalu. Dan pada tahun ini, sedikit mengalami penurunanan dari segi siswa yang ikut. Pada tahun 2013 lalu, Darul Hikmah Islamic Boarding School Padangpanjang memberangkatkan sebanyak 8 orang siswa dan 2 orang guru pendamping.
“Penurunan ini disebabkan dari berbagai faktor, kebanyakan saat ini siswa mampu berbahasa Mandarin, tetapi tidak mampu ikut karena ada sesuatu faktor yang mengharuskan mereka tidak ikut, maupun sebaliknya,” jelas Mulyadi.
Mulyadi juga mengatakan, pada tahun depan tidak tertutup kemungkinan untuk siswanya berangkat ke China, dan ia berharap, pada tahun-tahun berikutnya siswa yang ikut semakin meningkat.
"Nama-nama siswa yang berangkat tersebut adalah Syukra Alhamda, Bagas Pandu Laksono, Fajar Raihan Wicaksono, Huda Patriana Wicaksono dan guru yang mendampingi, Riawati dan Mulyadi Wijaya", tutupnya. (Delma)