Notification

×

Iklan

Iklan

Berburu Kandiak Tradisi Turun Temurun Masyarakat Minangkabau

20 September 2017 | 23:26 WIB Last Updated 2017-09-21T00:44:06Z

Payakumbuh - Baburu kandiak atau babi merupakan tradisi yang sudah turun temurun ada di kalangan masyarakat Minangkabau. Namun mengingat mayoritas masyarakat Minangkabau beragama Islam, maka babi yang mati diserang anjing tidak pernah dibawa pulang bagi para pemburu. Babi-babi itu biasanya dibiarkan untuk makanan anjing-anjing mereka.

Riuh rendah teriakan para pemilik anjing pun memecah keheningan hutan, suara kencang sahut-menyahut terdengar dari jarak ratusan meter itu adalah bahasa isyarat bagi para pemilik anjing. Mereka berteriak untuk saling memberitahu posisi dan lokasi kelompok masing-masing berada.

Bila babi hutan yang menjadi buruan semakin dekat, teriakan para pemilik anjing pun semakin lantang. Sebuah teriakan terdengar. Ini mengisyaratkan ada babi liar. Benar saja, tak lama berselang, seekor kandiak sudah terlihat. Para pemburu pun langsung melepas anjing-anjing mereka.

“Tradisi ini biasanya dilakukan kaum pria muda bahkan sampai kalangan kakek-kakek. Berburu kandiak di Sumatera Barat berbeda dengan cara berburu babi pada umumnya, di sini masyarakat berburu kandiak menggunakan anjing untuk menangkap babi-babi hutan yang merusak tanaman para petani," sebut Hanafi (47) pemburu kandiak sejati kepada media online pasbana.com, Rabu (20/9) sambil memberikan kode rahasia kepada anjingnya, di Bukit Gadang jalan lingkar Kota Payakumbuh , Kelurahan Kubu Gadang.


Hampir setiap kegiatan olahraga ini Hanafi mendapatkan hasil buruannya, dikatakannya, “ Kegiatan berburu babi ini biasanya dilaksanakan setiap hari Rabu dan akhir pekan, berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya. Hasil tangkapan berupa babi-babi liar tersebut biasanya hanya dijadikan makanan anjing peliharaan mereka, karena anjing yang sudah menggigit babi, diperkirakan harganya bakal melambung tinggi mencapai puluhan juta rupiah," sebut Hanafi.

Uniknya yang berburu bukanlah manusia, tapi para anjing pemburu yang sudah terlatih. Bagi Hanafi sang pemburu, memandikan anjing adalah kegiatan rutin. Hanafi mendapatkan anjing peliharaannya dari Pulau Jawa, sebagian besar bukanlah anjing yang memiliki keturunan ras khusus.
Akan tetapi, menilik bobot dan ukuran tubuh yang kecil, anjing Hanafi justru dapat diandalkan untuk berburu. Anjing jenis ini lebih digemarinya karena gesit, lincah, dan mudah dalam perawatannya.

Walaupun kurus, anjing ini kerap saya berikan obat dan vitamin khusus dalam merawatnya. Suplemen itu diperlukan buat menjaga stamina dan fisik anjing.

Disamping tradisi Minangkabau, biasanya, saat memasuki masa panen, sawah para petani kerap diganggu dengan kehadiran babi-babi hutan. Gangguan ini jelas menjengkelkan. Nah, dengan menangkap babi-babi liar itu, mereka berharap hasil panen yang didapat lebih berlimpah, pungkas Hanafi mengulangi perkataan warga yang pernah mengeluh kepadanya beberapa waktu lalu. (Bayu Denura)


IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update