Notification

×

Iklan

Iklan

“Bulan Bujur Sangkar” : Membuka Ruang Aktor-Kreator

28 September 2017 | 12:08 WIB Last Updated 2017-09-28T13:41:32Z
Pementasan "Bulan Bujur Sangkar" sutradara Yusril Kati dari KSHP Padang Panjang dalam iven Pekan Nan Tumpah 2017

Padang - Malam itu, Rabu (27/9/2017) hari kelima perhelatan Pekan Nan Tumpah, di atas panggung Teater Utama Taman Budaya Sumatera Barat, tiang gantungan dengan tali berwarna merah kukuh tegak di sudut prosenium. Di tengahnya, peti-peti kayu disusun menyerupai monumen mirip Tugu Tabuik di Pariaman. Di bawah peti-peti, berserakan buah tomat. 

Tata panggung dengan artistik demikian membawa imajinasi ratusan penonton yang memenuhi gedung teater yang gerah itu pada ruang eksekusi hukuman gantung dalam tradisi klasik di Eropa dan Amerika.
Meterial teater di ruang imajiner itu, kemudian dieksplorasi oleh aktor demi mencapai laku-laku batin tokoh sehingga menghasilkan ciri khas garapan Komunitas Seni Hitam-Putih selama ini. Demikianlah, naskah Iwan Simatupang yang ditulisnya lima tahun setelah Indonesia merdeka, berjudul “Bulan Bujur Sangkar” diusung komunitas ini dengan sutradara Yusril Katil.

Garapan kali ini, kata Yusril Katil, Komunitas Seni Hitam Putih Padang Panjang mencoba menjadikan benda-benda yang disebut teater material sebagai gagasan utama untuk dieksplorasi di atas pentas. Dalam cacatan, malam tadi, penampilan kelompok ini agak berbeda dari yang lainnya.

Komunitas Hitam-Putih yang didirikan pada tahun 1993 ini mencoba kembali pada konsep teater verbal yang sudah lama mereka tinggalkan. Konsep tersebut merupakan teater yang berisikan dialog dengan kekuatan sastrawinya.

“Untuk garapan “Bulan Bujur Sangkar” bagi kami ini merupakan sebuah tantangan karena selama ini kami hanya berkutat pada eksplorasi tubuh dan minikata,” kata Yusril usia pertunjukan.

Keempat aktor yang memerankan tokoh-tokoh dalam lakon “Bulan Bujur Sangkar” ialah aktor kompeten yang mampu bermain teater tubuh dilengkapi dengan dialog bahkan bermain musik.
Penampilan seperti demikian dapat mereka suguhkan setelah melewati proses yang cukup panjang dengan berlatih sejak Februari 2017. Latihan yang dilakukan tentu saja mencakup segala aspek yang dibutuhkan yakninya tubuh, vokal, dan rasa.

Erik Novriwandi sebagai seorang tokoh dalam Bulan Bujur Sangkar mengatakan, gerak yang dilakukan adalah hasil dari eksplorasi. 

“Sebab menurut sutradara aktor adalah kreator, maka harus mampu menciptakan sesuatu untuk ditampilkan di panggung. Kami mencoba melakukan itu dan inilah hasilnya," kata Erik Novriwandi.
Perasaan bangga dan senang dirasakan oleh para aktor dalam mementaskan Bulan Bujur Sangkar dengan sutradara Yusril ini. Jumlah penonton dan ukuran lokasi pementasan membuat mereka sangat bersemangat.

"Pertama kali tampil di acara sebesar Pekan Nan Tumpah, saya sedikit gugup," aku Putri Julita diikuti anggukan pemeran lain, Alba Sani. “Tapi semua berjalan dengan baik. Terima kasih atas apresiasi penonton.”
Aspek musik juga menjadi bagian penting dalam pementasan. Irama musik yang chaos menjadi pilihan sutradara sebagai konsep. Iwan dan Dewa sebagai pemusik mengatakan, untuk musik suasana, sutradara menyerahkan kepada kami, di luar pilihan konsep sutradara yang chaos.

Setelah dua kali dipentaskan, para aktor mengaku masih belum puas untuk kembali memainkan lakon “Bulan Bujur Sangkar”. Ketika ditanyakan soal keinginan tempat pementasan selanjutnya, mereka mengakui tidak punya target. "Tapi kami ingin terus berproses," tutup Erik usai wawancara.

Helat Pekan Nan Tumpah malam ini, Kamis (28/9/2017) malam ini akan tampil pementasan teater-tari dari komunitas Sherililab Padang Panjang dengan judul "Hah... Hih... Huh" dengan sutradara Saaduddin. Kita tunggu garapan kreatif mereka. [Maya Sandita / sumbarsatu.com]

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update