Padang Panjang -- Hari Sabtu, 23 September 2017 merupakan hari yang sangat bahagia bagi wisudawan dan wisudawati ISI Padangpanjang tahun akademik 2017/2018 yang mewisuda mahasiswanya sebanyak 226 orang dengan Program Studi S-1 sebanyak 154 orang dan Program Pascasarjana (S-2) sebanyak 72 orang.
Sampai saat ini ISI Padangpanjang telah memiliki alumni sebanyak 2159 orang. Semenatara wisudawan asal Aceh berjumlah 9 orang dengan rincian 7 orang Srata Satu pada Fakultas Seni Rupa dan Desain, yakni Marhamah Yudisium dengan Pujian, (Cumlaude), Nurma Yudisium Dengan Pujian (Cumlaude), Fitriani Yudisium dengan pujian (Cumlaude), Fika Ramadani dengan Yudisium Sangat Memuaskan, Angky Anggela Yudisium dengan Sangat Memuaskan, Willy Surya Payoga Yudisium dengan Sangat memuaskan.
Sedangkan dua orang lulusan Pascasarjana Murdani (Pengkajian Seri Rupa) Yudisium Dengan Pujian (Cumlaude), dan Rasyidin (Pengakajian Seni Teater) Yudisium Dengan Sangat Memuaskan.
Fitria mengatakan, “Peusijuek (Tepungtawari) dan peh Rapa’i telah empat kali dilaksanakan usai Wisuda di ISI Padangpanjang. Tradisi ini memang harus terus dirawat. Selain sebagai bentuk rasa syukur sekaligus bentuk dari kecintaan terhadap ritual dari adat istiadat Aceh. Ini juga sebagai bukti biarpun kami berada dirantau, hati kami tetap di kampong halaman” Tutur Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Aceh (IPMA) Kota Padangpanjang.
Dr. Sulaiman Juned, S.Sn., M.Sn Dosen Prodi Seni Teater, ISI Padangpanjang merupakan orang tua Aceh yang dituakan di Kota Padangpanjang, menyampaikan “Usai wisuda, 9 wisudawan asal Aceh lansung disambut dengan tabuhan Rapa’i Aceh, dengan beberapa pola dan tingkah serta dikolaborasikan dengan irama Grimpeng dari Pidie Aceh yang dikordinatori oleh Fadlon Alunk, dan Andismar.
Empat buah Rapa’i yang di tabuh oleh anak-anak Aceh, diantaranya Munzir, Azizi, Muhammad dan Hamzah. Selanjutnya kesembilan wisudawan dan wisudawati tersebut dilakukan Peusijuek (Tepungtawari) sebagai ungkapan rasa terima kasih atas gelar yang telah di raih sekaligus doa serta rasa syukur agar ilmu yang didapat abadi hendaknya, dan dapat dilanjutkan untuk pencerdasan pendidikan kesenian” Papar Pendiri Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang yang Mantan Ketua Panitia Pendiri ISBI Aceh itu.
Suardi salah seorang orang tua wisudawan mengatakan, “Sangat terharu menyaksikan masyarakat Aceh diperantaun masih merawat dan menjaga serta melestarikan adat dan budaya Aceh. Ini tidak pernah terbayang oleh saya. Selesai upacara wisuda 9 orang wisudawan asal Aceh langsung disambut dengan tabuhan Rapa’i dan Peusijuek (tepungtawar) di depan Gedung Mursal Esten ISI Padangpanjang. Ini perlu dipertahankan”. Ungkap Wali dari Fika Ramadani, S.Sn asal dari Kabupaten Bener Meriah, Aceh.
Murdani, S.Sn., M.Sn Wisudawan Pascasarjana Peengkajian Seni Rupa ISI Padangpanjang, mengatakan “ini sangat tepat dilakukan masyarakat Aceh di rantau sebab tradisi tersebut merupakan peninggalan warisan budaya Aceh masa Pra Islam. Jika kita melihat saudara-saudara kita di pulau Bali yang beragama Hindu percaya kepada Skala dan niskala, ketika mereka bersembahyang melakukan prosesi yang hampir bersamaan dengan upacara Peusijuek yang ada di Aceh.
Sementara Peusijuek di Aceh merupakan prosesi yang bermaknakan budaya namun telah disesuaikan dengan budaya dan kearifan Islam dewasa ini, dimana dalam prosesinya ada puja dan puji kepada Allah SWT serta salawat kepada Nabi. Masyarakat Aceh di Padangpanjang masih tetap merawat dan menjaga tradisi ini sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan” Tutur Dosen ISBI Aceh yang arsitek ini. (***)