Oleh: Maisar Setiawan *)
PASBANA.com -- Saat memahami bahwa berorganisasi adalah sebuah keniscayaan, dan hidup takkan berjalan tanpa berorganisasi, maka saat itu pulalah kita diminta mulai memposisikan cara pandang tentang urgensi kepemimpinan. Organisasi sebagai sebuah kesatuan memerlukan pemimpin yang mampu merancang arah dan membuat jalur untuk ditempuh dalam mencapai tujuan.
Pemimpin bukan sekedar tukang suruh, juga bukan hanya seorang simbol penghormatan dalam sambutan-sambutan acara. Tetapi merupakan figur sentral aktifitas organisasi. Pemimpin diharapkan mampu mengenali, minimal mengetahui aktifitas yang ada di lingkungan kepemimpinannya. Meskipun pemimpin tidak harus selalu menyertai dengan menghadiri setiap perjalanan / aktifitas organisasi, terutama jika organisasi yang dipimpinnya sangat besar dengan area yang luas.
Mengingat bahwa pemimpin merupakan figur sentral ataupun tokoh utama, maka sudah semestinya dia bersikap sekaligus juga diperlakukan lebih dari yang lain, bukan dalam arti keistimewaan yang berlebihan, tetapi lebih kepada kehormatan organisasi itu sendiri. Karena yang dihormati bukan orangnya, tapi posisinya sebagai pemimpin.
Sebuah kepemimpinan akan mampu menjalankan organisasi dengan baik jika fungsi otoritasnya jelas; hanya dari satu arah dalam rentang waktu yang disepakati. Jangan sampai ada dua otoritas, apalagi lebih. Saya mengibaratkan hanya ada "satu matahari" untuk menyinari bumi. Dalam sebuah organisasi pasti banyak terdapat figur pimpinan atau senior. Ibarat pada alam semesta ada matahari, bulan dan bintang-bintang.
"Alam takambang jadi guru", maka belajar dari matahari, saya menyimpulkan hanya ada satu figur sentral keputusan dan kebijakan. Coba bayangkan jika ada banyak kebijakan dari banyak orang dalam satu organisasi, dipastikan akan muncul kebingungan bagi semua anggota, bahkan dapat memicu perpecahan dan konflik. Ibarat jika ada 2 matahari atau lebih saat terbit dari timur, pasti bumi ini akan hangus dan hancur. Senior berpengalaman dan berpengaruh boleh banyak, tetapi keputusan dan kebijakan tetap ada di satu figur utama, yaitu pemimpin tertinggi.
*) Penulis adalah Trainer di Barka Training&Consulting