Notification

×

Iklan

Iklan

Nagari Tuo Paringan Ciptakan Motif Batik Kuno

20 November 2017 | 20:19 WIB Last Updated 2017-11-20T13:19:58Z



Tanah Datar -- Nagari Tuo Pariangan tidak hanya dikenal sebagai Nagari Terindah di Dunia seperti yang dianugerahi oleh Majalah Travel Budget terbitan New York beberapa waktu silam, namun nagari nan elok dengan pesona persawahan dan rumah-rumah bagonjong tersebut juga memiliki ratusan aneka motif batik kuno yang terdapat pada Alqur'an koleksi masyarakat setempat.

"Motif-motif kuno tersebut sarat makna dan filosofi kehidupan masyarakat Minangkabau zaman dahulu, jadi kita harus benar-benar memahaminya sebelum kita aktualkan kedalam berbagai bentuk kerajinan", hal itu diungkap Ketua Dekranasda Tanah Datar Ny. Emi Irdinansyah saat menghadiri Focus Group Discussion (FGD) Draf Buku Kerajinan dan Inovasi Iluminasi Naskah Kuno Minangkabau untuk Industri Kreatif yang dilaksanakan Balitbang Provinsi Sumatera Barat, Senin (20/11) di Ballroom Hotel Emersia Batusangkar.

Lebih jauh menurut Emi, " kajian pada saat FGD ini tentu juga nantinya diharapkan sesuai dengan Misi Kabupaten Tanah Datar dalam rangka meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama, adat dan budaya, melalui karya seni, serta dapat meningkatkan ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya daerah", tuturnya.

"Secara luas potensi batik di Indonesia saat ini, kita negara yang multi etnik kaya akan warisan budaya. Hampir diseluruh daerah di tanah air punya kain tradisional dengan ragam motif tradisional dan kaya akan warna. Begitu juga di ranah Minang, khususnya Tanah Datar ada potensi batik seperti Nagari Tuo Pariangan ada motif kuno yang akan kita angkat. Saat ini yang sudah ada batik dengan motif tanah liek dari Sumaniak dan motif Kabau Tabang dan Siriah Gadang Takambang karya Herry Wijaya merupakan juara I Nasional design motif batik Minangkabau", sambung Emi.



Kepala Badan Litbang Provinsi Sumatera Barat DR. Ir. Refti Wafda, MTp pada saat focus group diskusi yang dihadiri Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat Arkadius Dt. Intan Bano, Ketua PP LKAAM Provinsi Sumatera Barat M. Sayuti, M.Pd, Dt. Rajo Panghulu, Penyampai Draf Buku Kajian dan Inovasi Iluminasi Naskah Kuno Minangkabau Irwan Malin Basa. M.Pd, Ketua KAN Nagari Tuo Pariangan Tokoh Masyarakat Nagari Tuo Pariangan tersebut sampaikan, "bahwa kegiatan ini kita laksanakan dilatari oleh Sumatera Barat yang dikenal dengan Minangkabau memiliki konteks yang berhubungan dengan Agama Islam dan kaya akan seni maupun budaya".

"Dalam Islam lembaga yang tidak kalah penting pada masa lalu yaitu Surau. Pada masa itu Surau menjadi institusi penting dalam proses transmisi berbagai pengetahuan agama dan budaya sehingga melahirkan naskah-naskah termasuk Naskah Kuno ini", ucapnya.

"Naskah Kuno dengan kandungan sastra, sejarah, agama, pengobatan tradisional dan lain sebagainya ini memiliki ragam Iluminasi (ragam hias) yang tersimpan di surau dan masih belum termanfaatkan dengan baik", sebut Refti.

"Dan ini nanti juga akan berpeluang bagi pengembangan ekonomi kreatif masyarakat, serta kajian ini pun dilakukan dengan harapan dapat menemukan potensi dan strategi pengembangan naskah-naskah kuno di Sumatera Barat", ucapnya.

Untuk tujuan dari FGD ini "menginventarisasi ragam motif iluminasi naskah kuno Minangkabau, mengembangkan khazanah iluminasi naskah kuno di Nagari Pariangan untuk motif batik Minangkabau, mengembangkan inovasi dari motif-motif batik sebagai ekonomi kreatif dan menemukan strategi pengembangan naskah kuno Minangkabau di Nagari Tuo Pariangan sebagai ekonomi kreatif", tutur Refti.

Sebagai usaha inovatif naskah-naskah kuno minangkabau secara umum untuk direlevansikan dengan kehidupan sekarang dan masa mendatang. 

Revitalisasi atau penggalian naskah sebagai sumber nilai bukan dimaksudkan berjalan mundur, namun menjemput yang sudah ada untuk dipacu kedepan sebagai sumber pengembangan ekonomi kreatif. Melalui naskah diharapkan memberi dukungan terhadap pengembangan dunia wisata, khususnya wisata religi ziarah di Sumatera Barat yang belum terkelola dengan baik dan maksimal", tuturnya.

Sementara, Kadis  Koperindag Tanah Datar Abdul Hakim, SH dalam paparannya juga sebutkan arah kebijakan Pemerintah Daerah yang fokuskan pada pengembangan tenun songket (Pandai Sikek dan Lintau), bordiran/sulaman (Salimpaung, Sungai Tarab, Padang Ganting, X Koto dan Sungayang). "ini merupakan potensi daerah yang harus dikembangkan sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan", ucapnya.

Untuk batik apabila disetujui kita Dinas Koperindag sudah menyediakan anggaran untuk mematenkan motif batik kuno tersebut, katanya.

Wakil Ketua DPRD Prov. Sumbar Arkadius Dt. Intan Bano, pada sesi diskudi jelaskan "Minangkabau identik dengan warna hitam merah dan kuning, kalau ada warna biru dan lain lain itu tidak perlu menjadi permasalahan yang penting penggunaanya tepat".

"Dan kita juga identik dengan Islam, dan motif yang dibuat pun sesuai dengan tatanan kehidupan masyarakat jadi kita harus dudukkan dengan tokoh agama adat dan unsur lain yang ada dinagari tersebut". Soal motif apakah ada kesamaan dengan nagari lain dari nagari tuo atau tidak, yang penting asal usul daerah harus diperjelas".

"Nama motif pun kalau itu bisa, disesuaikan dengan perkembangan zaman atau masih berdasarkan naskah kuno atau tidak karena motif itu punya makna", ucapnya.

Tata letak juga harus menyesuaikan ketentuan misalnya motif kubah masjid tentu itu tidak boleh miring apalagi terbalik, walau itu letaknya pada sajadah sholat, jadi ibaratnya meletakkan sesuatu pada tempatnya, dan harus ada kesesuaian, harap Arkadius.



M. Sayuti. MPd Dt. Rajo Panghulu ketua LKAAM Sumbar pada kesempatan yang sama, menanggapi kajian naskah kuno Minangkabau tentang inovasi iluminasi untuk industri kreatif batik ini, "bahwa kita tentu harus punya ilmu tentang pemahaman ini, dan sesuai kebijakan kita sebagai orang Minang dan apakah penelitian ini sudah memperhatikan kearifan lokal atau belum", ucapnya.

"Makna dan tata letak, bisa juga berakibat bencana bagi sipemakai, karena kita Minangkabau punya filosofi dan makna".

Ia mengharapkan kepada yang akan melaksanakan ini, jangan sampai punya ego sendiri dalam mendudukkan motif, sehingga ini dapat kita laksanakan sesuai dengan tatanan adat kita Minangkabau yang berfilosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, imbuh Sayuti.

Hari Wijaya selaku Tim Peneliti sampaikan, " Minangkabau sudah mengenal motif tiga dimensi sejak zaman dahulu dan saat ini kita sudah menemukan sebanyak 120 macam motif ukiran di Nagari Tuo Pariangan. Untuk motif Rantiang Saliguri saat ini sudah dipatenkan. Sementara untuk batik dengan motif "aka bajumbai" satu meternya sudah dihargai Rp.32 juta per meter, tuturnya.

Turut hadir pada acara tersebut, Kadis Parpora Edi Susanto, SH, MM, Ketua LKAM Tanah Datar Irsal Veri Idrus Dt. Lelo Sampono, Bundo Kanduang dan undangan lainnya. (Irfan F).
×
Kaba Nan Baru Update