PASBANA.com - Jelang Pilkada Serentak 2018 mendatang, diskusi dan perbincangan perihal dunia politik pun kian hangat. Dan lebih mendominasi biasanya. Berbagai media informasi, baik media televisi, media cetak, maupun media online dipenuhi semaraknya berita perpolitikan. Selain sosialisasi dari pihak KPU, para kandidat pun berusaha untuk mensosialisasikan dirinya ke konstituen.
Diantara semaraknya berbagai media dalam memberikan informasi, khusus di Minangkabau, ada media informasi yang tidak akan dapat digerus oleh berbagai media mainstream. Bahkan oleh kemajuan teknologi saat ini sekalipun. Media itu adalah " Ota Lapau ".
Biasanya, sambil ditemani makanan dan minuman khas Minangkabau, para pengunjung Lapau mendiskusikan dan maota (bercerita) berbagai fenomena dan informasi. Tak terkecuali perbincangan masalah politik terkini.
Gambaran sebuah Lapau Tempo dulu ( foto: Sumbar Tempo Doeloe) |
Lapau keberadaannya sudah menyatu dengan tradisi dan nafas kehidupan masyarakat Minang. Lapau bahkan tersebar merata di kampung-kampung, hingga mungkin tak terhitung jumlahnya. Hingga di pelosok-pelosok kampung, Lapau hadir sebagai sarana berkumpul masyarakat yang paling favorit. Dari Lapau - lah, masyarakat tidak hanya mendapatkan informasi daerahnya, namun berita-berita Nasional dan Internasional yang sedang menjadi trending topic juga didapatkan.
Pembicaraan di Lapau memiliki karakter Egaliter (sejajar). Meski tidak ada moderator dan penyaji tema diskusi, pembicaraan di Ota Lapau bisa mengalir alami. Semua pengunjung Lapau punya hak yang sama dalam berbicara, tak memandang pangkat, jabatan, dan strata. Semuanya setara !
Satu lagi, tak ada aturan baku saat maota di Lapau namun etika dan kesopanan berbicara masih tetap dijaga.
Tema yang " dipaotaan " pun tak kalah dengan tema diskusi-diskusi yang ada di televisi. Informasi yang ter - Up to date menjadi tema diskusi yang diperbincangkan di Lapau.
Di kancah perpolitikan Minangkabau, Lapau memegang peranan penting bagi masyarakat maupun para kandidat yang akan bertarung di Pilkada. Bahkan tak jarang, " bulek suaro " mampu dijatuhkan pada seorang kandidat dari bincang-bincang ringan di Lapau. Hingga muncul pemeo " bulek suaro dek karano lapau ".
Hingga muncul semacam keharusan bagi setiap kandidat untuk tidak jauh dari "suara Lapau ". Lapau menjadi sebuah sarana informal yang sangat berpengaruh dalam dunia perpolitikan di Sumatera Barat.
Selain kekuatan aktifitas " basurau" , tak sedikit para kandidat dan politikus memanfaatkan sarana lapau sebagai "janjang" menuju kesuksesan dalam ajang politik. Bisa dikatakan, Lapau adalah salah satu basis potensial dalam meraup suara.
Sifat dan karakter Lapau yang mengedepankan budaya Egaliter , memang bisa dijadikan uji tes kemampuan kandidat dalam mendekatkan diri dengan konstituennya. Pendekatan masyarakat ala Lapau membutuhkan tips dan kiat tersendiri.
Mengkaji kepada efektifnya Lapau sebagai sarana sosialisasi, agaknya tidak mustahil lapau-lapau di pelosok-pelosok kampung akan kembali diramaikan oleh alek Pilkada Serentak ini. Hal ini, tentu saja membawa angin segar bagi para pelaku usaha kecil yang membuka Lapau. Riuhnya perbincangan politik di Lapau bisa membantu meningkatkan omzet pemilik Lapau di tengah kelesuan perekonomian negeri ini.
Setidaknya, sebagian lembaran-lembaran rupiah tidak hanya berhenti di orang-orang tertentu, namun juga mampu mengalir ke pelaku-pelaku usaha lapau. Sehingga roda perekonomian pun dapat bergulir harmonis.
Kehidupan politik akan berjalan selalu dinamis dan geliat lapau pun akan berkembang mengikuti jamannya. Tak ada yang tahu, sampai kapan lapau-lapau ini masih akan dikunjungi masyarakat untuk bisa maota.
Dan inilah kearifan lokal dan budaya Minangkabau. Yang tak mungkin bisa ditemui di belahan dunia lain. Ota Lapau adalah perwujudan budaya linguistik yang unik dan universal. Mungkinkah Ota Lapau akan tergerus oleh kemajuan zaman ?
Antahlah...mari kito bao minum dulu !
Niang....teh Talua ciek !
*] oleh : Inyong Budi