Foto : pertunjukan kuda kepang (24/11), Dok: Humas ISI Padangpanjang |
Padangpanjang – Dua kelompok kesenian asal Sawahlunto ikut serta memeriahkan acara perhelatan yang diadakan ISI Padangpanjang dalam rangka memeriahkan Dies Natalis ke-52 (23/11), dua kelompok Bina Satria dan Bina Laras, Bina Satria membawakan pertunjukan kuda kepang dan Bina Laras membawakan pertunjukan Wayang kulit versi Sawah Lunto.
Pertunjukan yang diselenggaran pada jam yang berbeda tidak menyurutkan partisipasi penonton. Kuda kepang diselenggarakaan pada sore hari mampu menghipnotis penonton dengan aksi yang diberikan. Pertunjukan yang di adakan di halaman samping Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam ini mampu menarik perhatian lebih kurang 700 penonton bahkan memenuhi halaman depan DW Kafe Institut Seni Indonesia Padangpanjang.
Sista salah seorang anggota dari Sawahlunto mengatakan “ Dua kelompok kesenian dari Sawahlunto ini bukanlah sanggar namun digolongkan dengan paguyuban, yang mana sanggar dalam sistim penampilan menggunakan orang yang sama ,namun di paguyuban ini siapa saja boleh main, untuk ikut bergabung di sanggar juga sistimnya membayar namun di paguyuban gratis. Itulah perbedaan antara sanggar dana paguyuban, ” jelasnya.
Sajiman Pembina dan pendiri paguyuban Bina Satria menjelaskan “Kelompok ini didirikan pada 31 juli 1987. Perbedaan kuda kepang dan kuda lumping hanya pada penyebutan oleh siapanya, orang Jawa menyebut kuda kepang dan orang Indonesia khususnya menyebut kuda lumping.
Pembakaran kemenyan pada pertunjukan ini diartikan tanda acara akan dimulai juga sebagai pengharum dan semua alat yang digunakan diasapi degan kemenyan, alat yang digunakan diantaranya, kuda kepang, baron, topeng, gong, saron bonang kecil, gendang dan gong.
Dalam pertunjukan kuda kepang ini juga memili syarat yang mana menghadirkan, kembang , bunga rampe, daun-daunan, semprong, kelapa, telor, dan minyak putri duyung, terkadang juga membawa ayam yang mana semua ini dihadirkan apabila nantinya pemain ada yang meminta” jelas pak De sebutan akrabnya saat ditemui selesai pertunjukan, " paparnya.
Foto : pembakaran kemenyan tanda acara akan dimulai kuda kepang(24/11), Dok: Humas ISI Padangpanjang
|
Sajiman menambahkan “Kelompok Bina Satria telah tedaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015. Seni tradisi, ini mendapat bantuan pakaian seragam dan sound system untuk pendukung pertunjukan. Kelompok ini juga sering di undang untuk acara-acara kebudayaan.
Anggota paguyuban ini tidak terfokus untuk orang-orang Jawa aja, namun juga ada Minang, Melayu dan juga Batak. Pertunjukan kuda kepang pasti ada yang kesurupan, namun sebetulnya semua itu tidak disengaja dan tanpa panggilan, dia hanya datang sendiri dan jika mau pulang dipulangkan.
Pemain yang kesurupan sampai memakan semprong juga semua itu membingungkan, kami tidak tahu semprong yang dimakan perginya kemana dan anehnya pemain-pemain itu tidak merasakan sakit apapun dan tidak meninggalkan bekas. Hal ini juga banyak ditanyai beberapa pihak termasuk okter ikut mewawancarai kami,” terang Sajiman yang akrab disapa Pak De.
Sajiman juga menyatakan "Pertunjukan kuda kepang ini melibatkan 25 orang, terdiri dari pemain, pemusik sampai pawang jikala ada yang kesurupan “ pada saat pemulangan roh yang masuk kami membacakan al-fatiha, do’a selamat, ayat kursi, surat yasin (ayat 83), al-iklas, tahlil dan tahmid. Kesurupan pada setiap pemain berbeda-beda ada yang parah ada yang biasa-biasa saja. Pemain yang kesurupannya parah tandai dengan menutupkan kain di seluruh tubuh dan di angkat berputar 3 kali dan saat pengembalian membacakan do’a bahagia”.
Foto : pemulangan roh pada pertunjukan kuda kepang (24/11), Dok : Humas ISI Padangpanjang
|
Hisel Penggerak pertama kuda kepang di Sawahlunto mengatakan “Group kuda kepang ini awalnya ada tujuh group dan saat ini hanya ada 1 group, namun di dalam group ini memiliki beberapa kelompok. Kuda kepang ini memiliki sejarah dari zaman Sunan Kali Jaga dulunya kuda digunakan sebagai kenderaan, karena memang tidak ada kendraan selain kuda, topeng ini dulunya dipergunakan kaena kakak adik saling berbunuhan, karena itu di gunakan topeng agar tidak dikenali, sedangkan barongan menggambarkan orang yang serakah dan suka adu domba demi mendapat keuntungan ini gambaran zaman dulu saat Islam masuk ke Indonesia” jelas Mbah sapaan akrap pemain musik serba bisa ini saat di temui.
Sementara Bagus, Pemain yang memakan semprong menuturkan “Bergabung dengan group kuda kepang sekitar tahun 2005, saat bergabung sampai sekarang di posisikan sebagai pemain karena juga sudah keturunan, sebelumnya juga pernah bermain kuda kepang.
Saat bermain dan makan semprong atau sebagainya saya tidak mengetahui, yang dirasakan hanya selesai pertunjukan badan pegal-pegal. Karena pada saat itu yang memakai raga saya orang lain. Sebagai keturunan Jawa mendengar musik yang dimainkan sudah tidak bisa menahan. Itulah alasan mengapa saya lebih suka dengan musik Jawa," terangnya.
Pertunjuakan wayang dari Sanggar Bina Laras mampu membuwai penonton yang berhadir memenuhi gedung Pertunjukan Hoerijah Adam Institut Seni Indonesia Padang panjang. Pertunjukan yang juga mengikutsertakan mahasiswa Institut Seni Indonesia Padangpanjang ini memberi tepukan tangan yang meriah. Bina Laras sendiri tidak hanya fokus ke wayang namun juga ada karawitannya.
Foto : pertunjakan wayang (24/11),
Dok: Humas ISI Padangpanjang
|
Sedangkan pertunjukan Wayang pada malam (23/11) disesaki penonton. Sriyanto, pembina dan pelatih pada paguyuban Bina Laras menjelaskan “Cerita yang dibawakan berangkat dari tahun 1855 mengenai krisis ekonomi di Eropa, sampai akhirnya kerja paksa yang terjadi di Sawahlunto, kisah inilah yang diangkat pada pertunjukan wayang. Cerita ini saya sendiri yang membuat dan berdasarkan riset, data dan narasumber yang jelas, ” tutur dalang yang juga dosen seni Karawitan ISI Padangpanjang saat di temui selesai pertunjukan.
Sementara Lenggo Geni, selaku sinden pada pertunjukan wayang mengatakan “Lagu yang di bawakan pada pertunjukan berjudul " Srepek Sawahlunto " , kolaborasi antara mahasiswa dan anggota paguyuban Bina Laras ini memang sebelumnya tidak ada latihan gabungan, hanya dikonfirmasi pada saat tiba di kampus ISI Padangapanjang, dan alhamdulillah semua dapat menyesuaikan dengan baik ,” jelasnya. (***).