Payakumbuh - Payakumbuh Botuang Festival (PBF) 2017 berjalan sukses karena telah diawali dengan serangkaian festival lainnya sejak Minggu 26 November 2017 lalu hingga Selasa 28 November 2017 lalu. Selain itu juga dilaksanakan juga Focus Group Discussion (FGD) bersama pecinta bambu dengan narasumber Astuti Masdar, seorang akademisi yang fokus terhadap bambu.
Dijelaskan ketua Tim Kreatif PBF Iyut Fitra, Payakumbuh Botuang Festival ini telah diawali dengan Festival Kuliner Payakumbuh dimana dihadirkan makanan khas Payakumbuh yang ada di daerah-daerah dan Payakumbuh Street Festival yang merespon komunitas anak muda Payakumbuh. Kemudian juga ada Payakumbuh Night Festival yang berlangsung di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jembatan Ratapan Ibu. Dimana tujuannya adalah mengenang kembali sejarah Jembatan Ratapan Ibu melalui pertunjukkan musik dan sastra.
Sementara itu, Ketua Komisi V DPRD Sumbar Supardi menjelaskan bahwa diharapkan dengan adanya festival ini dapat membuat Payakumbuh sebagai salah satu kota penting di Sumatra Barat memiliki jati diri. Sebab selama ini, Payakumbuh yang dikenal dengan jajanan malam atau kuliner malamnya belum mampu menjadikan kota yang menjadi perlintasan Sumbar-Riau ini memiliki ciri khas dan jati diri yang membuatnya lebih dikenal tidak hanya dalam provinsi tapi juga nasional dan mancanegara.
"Semoga adanya festival ini dapat menyadarkan masyarakat dan pemerintah bahwa sudah saatnya Payakumbuh yang sudah dikenal banyak orang memiliki jati diri dan ciri khas. Contohnya mungkin sebagai Kota Kuliner atau Payakumbuh Kota Festival, dimana akan banyak festival yang diselenggarakan baik itu tingkat kecamatan atau tingkat internasional seperti seblummnya pernah ada Payakumbuh World Music Festival dan Payakumbuh Fashion Week," kata politisi Supardi ini.
Selama ini dikatakannya, Nagori Aua Kuniang ini dikenal sebagai Kampung Pengrajin Bambu dimana masyarakatnya kebanyakan berprofesi sebagai pengrajin bambu. Namun hal ini tentu belum membuat masyarakat setempat memiliki penghasilan lebih karena kerajinan yang selama ini terbatas di anyaman bambu, pagar, kandang ayam, dan bentuk kerajinan lainnya.
"Kita berharap adanya Payakumbuh Botuang Festival ini tentu dapat memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat setempat. Semoga dengan diketahuinya banyak manfaat dan potensi bambu ini ke depan dapat membuat masyarakat sadar dan terus berupaya berinovasi dalam melakukan pengolahan terhadap bambu ini. Sehingga industri dan ekonomi kreatif yang ada dapat meningkat," ujar Supardi. (BD)