Tanah Datar— Pemuda Tanah Datar, berhasil memberikan sebuah tantangan kepada jajaran pemerintah, untuk mengatasi keadaan sosial khususnya pengangguran di kalangan pemuda Luhak Nan Tuo.
Menurut data yang ada di Bidang Tenaga Kerja Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Kabupaten Tanah Datar, jumlah pencari kerja (Pencaker) mencapai angka 10.340 orang. Dan data tersebut diakui oleh Kabid dinas tersebut, Khairul saat diadakannya diskusi pemuda tentang pengangguran di Tanah Datar, beberapa waktu lalu.
Diskusi yang dikemas oleh Pemuda Tanah Datar, dengan tema Pemuda Tanah Datar Dikepung Pengangguran dihadiri oleh OKP kepemudaan se Tanah Datar dan legislatif serta eksekutif daerah itu, memberikan tantangan yang harus diperhatikan oleh pemerintah sebagai bapak angkat yang sudah diatur dalam UU di Indonesia.
"Kita akui, angka pengangguran di Tanah Datar setiap tahunnya meningkat lima hingga sepuluh persen. Untuk saat ini saja berdasarkan data kami, terdapat 10.340 pengangguran. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya," ungkap Khairul saat dikonfirmasi ulang media ini, Selasa (14/11) diruang kerjanya.
Khairul menyebutkan, pada umumnya angka pengangguran didominasi oleh perempuan dari setiap golongan usia. Sebutnya, untuk kelompok umur 15-19 tahun, terdata sebanyak 617 laki-laki, dan 857 perempuan. Untuk kelompok umur 20-29 tahun tercatat 3.243 laki-laki dan 5.198 perempuan.
"Sedangkan untuk kelompok umur 30-44 tahun tercatat 119 laki-laki, dan 212 perempuan. Kemudian untuk kelompok umur 45-54 tahun tercatat sebanyak 51 laki-laki dan 33 perempuan. Dan diatas 55 tahun tercatat 7 laki-laki dan 3 perempuan. Dan total semuanya tercatat sebanyak 4037 laki-laki dan 6303 perempuan, jumlah pengangguran itu diambil dari data pengurusan kartu pencari kerja (K1), dan itu mengalami peningkatan setiap tahunnya,” terang Khairul.
Sementara itu, Bung Doy salah seorang tokoh pemuda Tanah Datar sangat mengapresiasikan diskusi yang diadakan oleh salah satu kelompok organisasi pemuda di Hotel Pagaruyung, pada tanggal (06/11) lalu. Jelasnya, keadaan sosial dan kondisi yang membelenggu pemuda Tanah Datar selama ini memang sudah seharusnya dikupas dan diketahui pemerintah daerah.
"Itu data real dari dinas terkait, dan apakah keadaan itu harus dibiarkan seperti ini, kita menuntut ke depannya, seluruh komponen baik itu pengusaha, pemerintah dan legislatif lebih memperhatikan pemuda dalam membantu mencari dan menciptakan lapangan kerja yang terfokus pada ekonomi kerakyatan," tutur Bung Doy
Ia menilai, saat ini menjadi seorang tukang ojek, atau pedagang saja di Indonesia sangat mahal dan harus menunggu masa yang cukup panjang. Ini terbukti dari hasil pengelompokan data yang ia lakukan, untuk menjadi profesi itu harus mengantongi sarjana dulu.
"Kita berfikir, selain mengali potensi diri dan keahlian yang dimiliki oleh pemuda, setidaknya harus ada dukungan dari pemerintah. Karena pemuda ketika melampiaskan kekecewaan kepada kondisi sosial akan berpotensi pada ketertiban, keamanan dan kesenjangan. Sudah saatnya pemuda diberikan tempat agar bisa menemukan jati dirinya sebagai tonggak pembangunan daerah," tutup Bung Doy. (rel/DD)