Notification

×

Iklan

Iklan

Atraksi Bagoluk Lunau Mampu Membuat Wisatawan Terpesona

02 Desember 2017 | 20:44 WIB Last Updated 2017-12-02T13:44:44Z


Payakumbuh - Pada event Payakumbuh Botuang Festival (PBF) 2017 kali ini, ratusan peninjau dari berbagai daerah bahkan wisatawan-wisatawan asing dihibur dengan pesilat yang melayang, terbang menghayun kaki, menendang dalam kubangan sawah berlumpur, di kelurahan Kapalo Koto Ampangan kecamatan Payakumbuh Selatan, Sabtu (2/12).

Dijelaskan salah satu tim kreatif PBF Andi Mardelim kepada wartawan, para pendekar bagoluk lunau (bersilat lumpur.red) tidak hanya bermain tangan kosong. Tapi juga memakai pisau senjata tajam dan bermain api sehingga pertunjukan semakin memukau dan mencekam.

Silek merupakan salah satu media pembentukan karakter laki-laki di Minangkabau yang mengandung banyak filosofi di dalam pendidikan dan pembelajarannya. ”Maka tak ubahnya dengan bagoluk lunau, salah satu bagian yang paling seru di ajang PBF 2017 dimana semua pesilat bertarung bebas tidak ada kawan karena semuanya lawan yang bertujuan untuk melatih insting maupun reflek tubuh. Mengasah "garak jo garik". Namun sangat berbahaya, terkadang sering terjadi cidera pada waktu latihan. karena siapun boleh menjatuhkan siapapun, ungkap Andi.

Ditambahkan Ade Suhendra didampingi tim kreatif lainnya, berbagai gerakan silat khas Minangkabau diperagakan setelah gelek, mereka membuka langkah ka muko dan langkah suruik, yaitu langkah maju dan langkah mundur dalam lunau untuk mengubah posisi tubuh. Lalu keduanya saling sapu, saling terjang hingga menggunting lawan.Tak jarang pula keduanya saling banting saat para pesilat mendarat, dan lumpur yang jadi landasannya pun akan beterbangan.

Bagoluk lunau itu rata-rata dimainkan dua-enam pesilat. Ada yang masih berusia belia, dewasa hingga tua. Setiap tampil, mereka selalu diiringi musik talempong dan saluang.



Untuk itu diminta kepada pengunjung agar tak terlalu dekat dengan pesilat yang tengah bermain, karena bisa saja pakaian yang dikenakan akan kotor terciprat lumpur. Biasanya pengunjung atau fotografer akan melihat dari jauh atau dari atas pematang sawah.

“Tak jarang sang pesilat bagoluk lunau harus mengelap muka dengan tapak tangan karena wajahnya sudah basah oleh air atau lumpur. Setelah memperagakan saling serang dengan senjata tajam, keduanya mengakhiri penampilan dengan kembali saling hormat dan memberi hormat pada penonton. Hal tersebut juga diiringi decak kagum dan tepuk tangan penonton," ulas Ade Suhendra.

Terpisah salah seorang wisatawan yang berasal dari Cheko, Rado Macecek, mengungkapkan kekagumannya pada seni bela diri bagoluk lunau. Gerakan pesilat memercik lumpur sawah menambah dramatis pertunjukan ini.

“Saya menyenangi bagoluk lunau ini karena termasuk salah satu silat Minangkabau yang ada di Indonesia karena secara umum silat merupakan perpaduan antara seni dan bela diri yang bernilai tinggi dan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan keselamatan siapapun yang menguasainya”, ungkap Rado. (BD)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update