Notification

×

Iklan

Iklan

Komunitas Seni Indonesia Performance Syndicate, Pukau Nano Riantiarno di Monitoring Tahap Pertama

29 Desember 2017 | 21:23 WIB Last Updated 2017-12-29T14:23:27Z



Padangpanjang – Garin Nugroho bersama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation menggagas sebuah program bertajuk Ruang Kreatif Seni Pertunjukan Indonesia. Dari ratusan komunitas yang mengajukan proposal, hanya 25 komunitas yang terpilih mengikuti workshop di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta untuk mengembangkan kemampuan dibidang manajemen produksi.

Dari 25 komunitas yang mengikuti workshop, 10 komunitas berkesempatan untuk menampilkan karyanya di akhir pekan bulan Maret dan diawal April 2018. Salah satunya adalah Komunitas Seni dari  Institute Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, yaitu Komunitas Seni Indonesia Performance Syndicate (IPS) yang tampil pada 11 Maret 2018 mendatang.

Untuk monitoring tahap pertama, tokoh Teater Indonesia atau pendiri Teater Koma, Nano Riantiarno dan seniman Ratna Riantiarno yang didampingi Koordinator Ruang Kreatif Seni Pertunjukkan Indonesia, Vita, menyaksikan langsung penampilan Taeter  yang dipersembahkan oleh Komunitas Seni Indonesia Performance Syndicate (IPS), di gedung Teater ISI Padangpanjang, Jumat (29/12).

Dalam monitoring tahap pertama tersebut, pertunjukkan Teater dengan judul Pertunjukkan “Baromban dan Mitos Tambang” yang disutradarai oleh Wendy HS, mendapatkan respon yang baik dari Nano Riantiarno dan rombongan.

“Meski belum 100% dan belum melihat bagaimana peristiwa sebenarnya sampai akhir, tetapi saya melihat bagian yang pertama saja sudah bagus. Menurut saya, dari bunyi yang pertama menyimpan sesuatu yang dekat dengan masyarakat minang, walaupun cuma cengkoknya saja,” ungkap Nano Riantiarno.



Baromban dan Mitos Tambang merupakan karya dari wendy HS yang terinspirasi dari Puisi Iyut Fitra yang menggambarkan tentang kehidupan masyarakat disekitaran tambang pasir yang berada di Kabupaten Limapuluh Kota.

“Awalnya terinspirasi dari mitos tambang di Kabupaten Limapuluh Kota, yang beranggapan masyarakat sejahtera dengan adanya usaha tambang pasir disana. Padahal, sebenarnya sangat berbanding terbalik dengan kenyataan, tidak ada kesejahteraan terhadap masyarakat sekitar. Masyarakat disana hanya dipekerjakan sebagai buruh dan memperkaya pihak ketiga (Investor) yang mengelola tambang tersebut,” terang Wendy HS.

Dikatakan Wendy HS, teater ini selain menampilkan kebudayaan dan seni, juga memberikan penyadaran kepada masyarakat luas kalau didaerah tambang sebenarnya masyarakatnya tidak sejahtera.

Dibalik suksesnya monitoring tahap pertama Baromban dan Mitos Tambang oleh Komunitas Seni Indonesia Performance Syndicate (IPS) Pimpinan Produksi adalah Nurul Haqiqi, Staf Produksi Gusrizal, Stage Manager Fitri Atul Aini, Crew Stagemanager Andrian. Sutradara Wendy HS, Koreografer Emri Rangkayomulia, dan Komposer Leva Khudri Balti. (Delma)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update