Oleh: Zulkarnaen, S.Sn *) |
Pasbana.com -- 7 Desember 2017 penulis berkesempatan menghadiri pertunjukan seni musik dan seni opera minangkabau di Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang.
Pertunjukan musik terdiri dari pertunjukan perkusi, combo band, dan balance madam sementara pertunjukan opera minangkabau karya Dr. Rasmida, S.Sn., M.Sn merupakan bentuk perjuangan pahlawan Minangkabau dari daerah Maninjau mengusir penjajahan Belanda.
Pertunjukan dimulai pukul 20.00 WIB. Awal pertunjukan oleh Ferry Herdiyanto, S.Sn., M.Sn yang berjudul Makam Duo dilanjutkan pertunjukan transisi penampilan combo band dari mahasiswa S1 jurusan musik ISI Padangpanjang, kemudian perform grup band seniman Balance Madam dari Kota Padang sebuah pertunjukan musik dan selipkan tarian aliran combo band dari Portugis asalnya yang masih eksis meskipun diperkirakan akan ditelan oleh zaman karena mereka yang tampil adalah berusia senja.
Penulis khusus membahas tentang karya Ferry Herdiyanto yang berjudul Makam Duo karena penulis minat pada musik.
Makam artinya tempat, sedangkan Duo artinya dua. Ini bermakna ada dua dalam satu tempat (KBBI 2008). Dua dalam satu tempat banyak dicontohkan dalam kehidupan nyata. Suku Batak dan Jawa dalam rumah, dua manusia menjalin hubungan membentuk rumah tangga dan mempertahankan rumah tangga sampai akhir hidup.
Ada lagi contoh dua dalam satu tempat; musik tradisi Sumatra dengan musik barat. Penggabungan dua instrumen musik dalam satu pertunjukan memiliki filosofi bahwa pertunjukan musik harus jalan bahkan membawa nuansa baru bagi telinga pendengar yang merasuk ke seluruh jiwa.
Musik seperti ini sering ditampilkan di ISI Padangpanjang diberbagai kesempatan.
Sajian musik Makam Duo Karya Ferry Herdiyanto, S.Sn., M.Sn merupakan pertunjukan spektakuler dengan ide kreatif menggabungkan berbagai instrumen mayoritas musik perkusi barat, kompang, perkusi Cina, biola, Gendang Tambua Madi (GTM) dibuat oleh Prof. Dr. Mahdi Bahar, pakar musik tradisi Indonesia Saat Ini Mengajar di Jambi, lama mengajar di Institut Seni Indonesia Padangpanjang sebagai kampus seni terbaik di Sumatra.
Makam Duo dimainkan bersama 18 mahasiswanya, Instrumen musik dapat dituliskan sebagai berikut:
Bagian Depan; Rototom, Marimba, vibraphone, Timpani, 4 kompang , gendang Melayu (bebano) dan xylophone. Bagian tengah; Conga, 3 GTM, Grand casa, gong Cina. Bagian belakang terdiri dari drum set bass elektrik, Snare Drum, dan simbal.
Demikian instrumen yang terdapat pada musik Makam Duo sementara karakter musik terbagi tiga; pertama karakter yang dibawakan oleh GTM; kedua, karakter yang dibawakan oleh semua unsur perkusi, dan ketiga, karakter yang dibawakan oleh biola berikut penjelasannya.
Birama (bar) 1 - 8 vibraphone, bar 8 simbal dan gong cina. Bar 16 mulai ditingkatkan. Bar 24 dinamik forte short sering dimunculkan. Bar 32 biola tampil. Biola sebagai melodi simbol kesedihan pada Makam Duo diolah sebagai pengantar melodi semantik untuk membuat suasana sedih dan membuat suasana menjadi tenang namun beberapa perkusi selalu menjadi pengiring alrustik dengan pianissimo. Perkusi tidak tertelan, nampak tetap hidup dalam kerangka kebersamaan dalam suatu konsep musik.
Inilah yang disebut dengan hibriditas musik, musik tradisi mempertahankan tradisinya musik barat mempertahankan budaya baratnya namun dalam satu pertunjukan tetap berkolaborasi, tetap menampilkan yang terbaik dalam konsep pertunjukan musik teori hibrida bahwa identitas suatu budaya antara budaya barat dan budaya timur menyatu dalam suatu tempat tetap mempertahankan identitas namun menghasilkan budaya baru dan memberdayakan budaya setempat yang disebut dengan hibrida yang mencari identitas budaya di dalam konser musik kebersamaan antara musik perkusi dari seluruh dunia; instrumen musik timur dan instrumen musik barat menyatu dalam suatu konsep dengan judul Makam Duo (Homi K. Bhabha, 1994).
Musik Makam Duo selalu berulang seperti yang telah ditulis, apa yang menjadi perbedaan adalah ketika repetisi dan pengembangan motif dilakukan setiap 8 birama, Development pada musik Makam Duo nampak dan terdengar pada pengembangan motif pola ritme, harmoni dari vibraphone, xylophone dan marimba kemudian sebagai melodi kesedihan dan ratapan dimainkan oleh biola.
GTM sebagai basic tone, berbunyi terus namun pelan. Apa yang menjadi ciri khas dari GTM adalah tiada henti membunyikan diri dengan suara yang pelan/pianissimo selalu berulang secara simultan namun kehadiran suara GTM menandakan satu detak jantung yang tiada berhenti, detak jantung merupakan acuan dalam keseluruhan permainan pada setiap instrumen musik detak jantung terkadang cepat terkadang lambat namun apa yang diperlihatkan dan dengarkan oleh GTM menunjukkan detak jantungnya stabil pianissimo disebut pula sebagai tempo, namun terdengar meskipun instrumen musik lain berbunyi terkadang keras terlalu keras bahkan bertransformasi menjadi lembut. Dua tempat yang menjadi ciri khas dalam pertunjukan Makam Duo tempat pertama adalah suasana hening sedih dan tempat kedua adalah ciri khas suara perkusi yang keras dan selalu mengisi tiada kekosongan.
Foto Pagelaran Makam Duo ( Dok. Zulkarnaen) |
Makam Duo sebagai musik hibrida diakhiri dengan kebersamaan, polarisasi ritme yang sederhana namun penuh makna yang semula hadir dalam pukulan-pukulan lembut menutup perlahan sebagai simbol budaya penuh dengan kerendahan suara biola menutup musik dengan suara yang mendayu Sebagai simbol ketinggian dalam kesedihan dan kerendahan hati, biola sanggup mencapai nada - nada tertinggi dari seluruh permainan musik Makam Duo, dalam penutupannya biola menghadirkan kerendahan hati begitu pula instrumen musik xylophone, vibraphone dan marimba hadir menutup dengan pola ritem musik simple memberikan ide dasar, bagian Makam Duo. Instrumen musik yang lain seperti bass dan drumset mengatur tempo meskipun diletakkan di belakang namun kehadirannya sangat penting dan berpengaruh bagi keseluruhan karya musik Makam Duo .
Ferry Hardianto mengemas musik ini dan menjadikan imstrumen musik rototom sebagai pengatur secara tidak langsung pengatur, tidak seperti biasanya dirijen dan konduktor yang ada dalam dunia musik.
Ferry Herdiyanto mengatur musik Makam Duo dari berbagai perbedaan karakter pemain musik dengan akal dan rasa Dengan akal Ferry Hardianto yakin seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Khaldun sebagai penemu teori ilmu sosial yang sesungguhnya, bahwa "akal adalah timbangan yang cermat dan hasilnya dapat dipercaya" (Fuad, 1988).
Rasa disimbolkan sebagai bunyi forte dengan Bunyi pianissimo dan dengan kecepatan bunyi musik (Carterette, 1978), bakal hadir sebagai musik hibrida mencari identitas suatu budaya namun identitas wilayah baru identitas budaya tempatan tidak dihilangkan seperti itu pulalah kita dalam bermasyarakat seperti itu pula kita dalam mempertahankan kebudayaan pesan-pesan musik makam dua syarat dengan pesat bahwa kehidupan kita harus bisa mempertahankan hidup dan kebudayaan jangan budaya datang namun budaya asli lenyap hilang tak berbekas.
Musik Makam Duo menghadirkan sebuah pertunjukan, dapat menyatukan keberagaman dalam perbedaan Dari seluruh karakter instrumen musik, menggambarkan bahwa keberagaman bangsa Indonesia keberagaman komunitas dapat disatukan dalam Harmoni bunyi yang dinamakan Makam Duo sebagai bentuk Hibriditas Musik pemantik harapan bangsa dalam kebhinekaan.
Sebagai kalimat penutup, seluruh pertunjukan musik yang dihadirkan dalam Makam Duo sangat menakjubkan sangat spektakuler namun dari sisi lighting nampaknya pertunjukan harus dikuti dengan tata lighting yang ''mapan" sehingga mampu mengalirkan kekuatan ide garapan karya Ferry Hardianto.
Berikut video karya musik Feri Herdiyanto :
*) Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana ISI Padangpanjang.