Payakumbuh - Infrastruktur penunjang di kawasan pasar kota Payakumbuh belum maksimal terhadap pengunjung pada malam hari, khususnya pengunjung yang menikmati kuliner malam saat mau ke WC Umum. Untuk menjawab keinginan masyarakat pasar maupun pengunjung tersebut Pemerintah kota Payakumbuh berpartisipasi membangun toilet representatif.
Namun, keinginan Pemko untuk memajukan Payakumbuh membangun toilet representatif di halaman SMPN 1 Payakumbuh menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat yang tergabung dalam Komite sekolah dan para alumni SMP N 1 Payakumbuh.
Ketua alumni SMPN 1 Payakumbuh, Media Indra, mengatakan via selulernya kepada wartawan Jum’at (8/12) malam, terkait dipajangnya kembali spanduk berisi penolakan atas pembangunan toilet di dalam pekarangan SMPN 1 Payakumbuh itu, menyatakan sebagai bukti tegasnya anggota alumni dari seluruh tingkatan termasuk komite menolak pembangunan toilet umum di dalam pekarangan SMPN I Payakumbuh.
“Spanduk itu kami pajang kembali sebagai bukti tegasnya para alumni dan Komite SMPN I Payakumbuh menolak dibangunnya toilet umum di dalam pekarangan sekolah SMPN I Payakumbuh,” sebut Media Indra.
Terpisah, Walikota Kota Payakumbuh Riza Falepi mengatakan, pembangunan toilet tersebut sudah berjalan sesuai aturan dan prosedur yang ada. Semua izin prosedural ditempuh termasuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dilakukan. Pembangunan toilet tersebut guna memenuhi kebutuhan masyarakat pengunjung, pedagang pasar, penikmat pariwisata dan siswa.
Riza menambahkan, toilet representatif atau bersih itu dibangun dan tersedia bukan hanya untuk segelintir orang. Untuk ketersedian lahan pemerintah Kota payakumbuh meminta persetujuan dan melakukan ganti rugi sesuai dengan prosedur agar dapat dibangun dan dimanfaatkan orang banyak.
"Toilet sebagai kebutuhan dasar harus ada yang representatif khususnya di pasar payakumbuh. Bukan toilet bertaraf internasional yang hanya mengunakan tisu, tapi toilet yang bersih sesuai dengan ajaran agama menggunakan air dan pengering. Layaknya seperti toilet yang ada di beberapa bandar udara di Indonesia yang menyerap tenaga kerja untuk kebersihan," jelas Riza.
Lebih lanjut Riza menjelaskan, ketiadaan lahan bisa dijangkau dan representatif untuk toilet merupakan satu masalah. Dengan prosedur Pemerintah kota Payakumbuh menjadikan sudut lahan SMPN 1 Payakumbuh, namun hal itu mendapat respon tidak baik dengan pemasangan spanduk penolakan dari komite dan para alumni.
Dengan adanya polemik sepeti itu, pembangunan toilet saya perintahkan untuk dihentikan sementara, lagian toilet itu sudah bagian dari rencana kami termasuk satu paket melebarkan jalan dan trotoar jalan Sudirman sehingga representatif trotoarnya seperti di beberapa kota maju lainnya di Indonesia," pungkas Riza kepada wartawan. (BD)