Oleh: Inyong Budi |
Pasbana.com – Tahun 2018 sudah kita masuki, berbagai resolusi telah diproklamirkan . Dan untuk Kota Padang Panjang , inilah tahun penting terkait dengan suksesi kepemimpinan di Kota berhawa sejuk ini.
Namun nampaknya dinginnya Kota Padang Panjang berimbas pula ke suhu politiknya. Geliat kompetisi Pilkada di Kota Padang Panjang masih dingin saat ini. Meskipun pendaftaran Cawako dan Cawawako tinggal menghitung hari .
Dan kalaupun ada suhu yang memanas masih di seputaran para fungsionaris partai dan tim pemenangan masing-masing kandidat. Belum berimbas ke masyarakat luas. Lapau-lapau yang biasa ramai dengan perbincangan seputar Pilkada pun masih dingin-dingin saja.
Beberapa kalangan menilai dinginnya suhu perpolitikan di Padang Panjang bisa jadi dikarenakan petahana Wako Hendri Arnis belum memastikan secara tegas maju di Pilkada kali ini. Begitu juga halnya dengan kendaraan politik yang akan membawanya.
Sehingga pendekatan dan sosialisasi politik kepada masyarakat pun belum begitu gencar terasa. Sementara dari kandidat lain pun masih terkesan wait and see.
Bisa juga karena pasangan ideal yang diharapkan masing-masing kandidat belum didapatkan. Atau belum sepakatnya dengan partai yang akan mengusungnya.
Prediksi beberapa kalangan memperkirakan bahwa, alur Pilkada Kota Padang Panjang bakal klimaks di detik-detik terakhir pendaftaran yaitu tanggal 10 Januari pukul 24.00 WIB.
Dengan sudah tertutupnya kemungkinan majunya calon walikota dan wakil walikota dari unsur independen, maka satu-satunya peluang hanyalah melalui jalur Partai. Maka mesin-mesin partai lah yang akan dominan dalam penentuan kandidat yang akan maju.
Analisis lain terkait dinginnya suhu politik di Padang Panjang dikarenakan gaya politik yang " dimainkan" memang tidak vulgar, tapi gaya mainnya slow dan tersistem. Padang Panjang memang memiliki banyak ahli politik untuk hal ini. Pergerakan masing-masing kandidat tidak bisa ditebak, metode dan rumus apa yang akan dibuat untuk pemenangannya juga sulit terbaca. Dan untuk spesialisasi ini , konon Padangpanjang adalah gudangnya.
Biasanya kondisi panas dalam politik demokrasi sering muncul saat menjelang pemilu, karena memang dalam demokrasi pemilu dianggap paling menentukan kondisi masa depan pemerintahan. Oleh karena itu sangat sering para politisi baik yang berkuasa dan yang jadi oposisi saling kritik, atau yang sudah berkualisipun jadi panas. Namun tidak di Padang Panjang. Di kota kecil ini semuanya masih dingin-dingin saja. Entahlah kalau pasca tanggal 8, 9, 10 Januari 2018 nanti.
Namun demikian bukan suhu panas dinginnya perpolitikan yang jadi masalah, tetapi apa yang menjadi panas atau dinginnya yang perlu kita cermati.
Yang perlu kita khawatirkan adalah berimbas nya pada keikutsertaan masyarakat dalam Pilkada kali ini , yang dikarenakan dinginnya para kandidat dalam bersosialisasi dan menyampaikan visi dan misinya. Perlu diketahui, keikutsertaan pemilih di Kota Padang Panjang adalah yang terendah di Sumbar saat pemilihan Gubernur yang lalu. Hanya sekitar 46 %.
Satu lagi, yang dikhawatirkan adalah terciptanya sikap pragmatis pemilih karena terbatasnya waktu untuk menganalisa dan menimbang calon yang ada. Karena semua calon baru Show on Force di detik-detik pemilihan.
Semoga analisis ini bisa disikapi secara arif oleh seluruh elemen yang ada di Kota Padang Panjang. Karena inilah momen untuk pendidikan politik yang baik dan sehat.
Bentuk-bentuk aktivitas riil politik masyarakat sudah seharusnya berorientasi pada pendidikan politik rakyat, sehingga rakyat juga melek dan sadar politik.
Rakyat juga akan menjalankan peran politiknya secara praktis dalam bernegara, mendukung bila kebijakan pemerintah jelas membawa kebaikan bagi rakyat dan mengoreksi bila menyimpang dan membawa kesengsaraan rakyat.
Akhirnya panas dinginnya suhu politik merupakan bagian dari upaya saling melengkapi usaha mensejahterakan rakyat, bukan sebaliknya hanya usaha perebutan kekuasaan.(***)