Oleh : Maisar Setiawan BARKA Training & Consulting |
PASBANA.com -- Setiap orangtua menyekolahkan putra-putrinya dengan perjuangan penuh pengorbanan, diantara tujuannya adalah menjadikan generasi penerus keluarga sebagai orang pintar dan hebat. Salah satu indikator kepintaran yang mudah dilihat dan dirasakan adalah kemampuan membaca dan menulis.
Kita dapat menemukan hampir di seluruh sekolah dasar menetapkan standar penerimaan peserta didik baru dengan ukuran kemampuan membaca. Menurut saya hal ini merupakan sesuatu yang normatif dan positif, dengan pertimbangan bahwa pada saat berada di pendidikan usia dini (PAUD) peserta didik sudah dibekali kemampuan mengenal huruf, mengeja kata demi kata sampai lancar membaca, meskipun kemampuan mereka bervariasi.
Pada tulisan ini saya tidak membahas tentang sistem pendidikan negara kita, apalagi membandingkannya dengan negara lain. Karena saya berkeyakinan bahwa tokoh dan pakar pendidikan di negeri kita terus berupaya mengembangkan pola pendidikan terbaik untuk bangsa Indonesia.
Saya lebih menyoroti tentang kondisi lulusan sekolah atau kampus yang setiap tahunnya tamat dan diwisuda. Banyak lulusan yang menjadi pengangguran setelah menyelesaikan pendidikannya, dengan alasan atau faktor beragam. Namun pada saat ini saya lebih memperhatikan faktor individual peserta didik, khususnya tentang cara pandang mereka terhadap potensi diri dan peluang karir di masa depan.
Pada akhir Februari lalu saya mengisi Training Motivasi untuk Kelas XII salah satu SMK di Kabupaten Dharmasraya. Sebuah pertanyaan saya lemparkan kepada mereka, "mau jadi apa nanti?". Jawaban mereka hampir sama, "menjadi orang sukses". Kemudian saya tanyakan lebih detil, "sukses di bidang apa?" Mulailah mereka terdiam karena masih bingung mau menjawab seperti apa.
Saya memanggil 1 orang murid ke depan mendampingi saya untuk memberikan jawaban versi dirinya, kebingungan melanda siswa ini. Dengan suara pelan dia menjawab, "yang penting sukses dan kaya Pak". Saya mencoba mengeksplorasi lebih mendalam pikirannya tentang sukses seperti apa yang diinginkannya. Meskipun belum bisa menjawab secara rinci, tapi kemauannya untuk tampil ke depan sangat saya hargai.
Kepada ratusan murid yang akan tamat tersebut saya menjelaskan bahwa indikator sukses itu ada tiga; Cukup Sandang Pangan Papan, Memiliki Tabungan dan Hubungan Sosial yang Baik. Kemudian saya mempertajam penjelasan tentang sukses masa depan dengan membaginya kepada empat Daya Maksimal: (to go, to feel, to get, to do).
'To go'; merupakan daya pencapaian kesuksesan masa depan dengan ukuran tempat yang dikunjungi. Tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan mengelilingi dunia adalah salah satu ciri kesuksesan, apalagi bisa bepergian ke luar angkasa. Saya menyarankan mereka untuk membuat daftar tempat atau negara yang ingin dikunjungi agar termotivasi untuk mewujudkannya.
'To feel'; keinginan untuk merasakan pengalaman yang penuh kesan merupakan bagian dari daya jelajah kesuksesan. Misalnya ingin merasakan menginap di hotel bintang lima, merasakan naik pesawat jet pribadi, ingin tampil di pentas musik dunia, kompetisi ilmiah internasional, dll.
Semakin kuat keinginan untuk merasakan pengalaman tersebut, diharapkan semakin maksimal juga usaha yang dilakukan agar keinginan tersebut terwujud. Inti dari 'To Feel' adalah rasa penasaran tingkat tinggi. Rasa penasaran menstimulasi otak untuk berpikir keras dan kreatif untuk mewujudkannya.
'To Get'; dimensinya berkaitan dengan kepemilikan. Dimana seseorang memaksimalkan daya untuk mempunyai sesuatu. Misalnya ingin memiliki rumah, kendaraan, perhiasan bahkan pasangan yang diidamkan. Meskipun tak semua yang diinginkan harus dimiliki, tapi harus diakui bahwa keinginan untuk mendapatkan dan mempunyai sesuatu merupakan motivasi tersendiri.
'To Do'; merupakan daya dorong berbuat sesuatu yang dianggap sebagai ukuran kesuksesan. Misalnya, ingin menulis buku atau novel, ingin membuat penemuan ilmiah, ingin menemukan teknologi mutakhir, seperti keinginan kuat seorang BJ Habibie untuk membuat pesawat hasil karya bangsa sendiri.
Dari pembahasan singkat ini, diharapkan cara pandang murid dan mahasiswa terhadap masa depan semakin terbuka lebar. Bahwa karir dan kesuksesan mereka harus dirancang dari saat sekolah/kuliah.
Sehingga di saat tamat dan diwisuda mereka sudah memiliki pijakan karir yang jelas, baik sebagai pekerja atau pengusaha. Pada akhir tulisan ini saya mengutip pesan seorang guru yang berhasil memimpin beberapa sekolah sebelum wafatnya (alm) Resnulius Mansur, dia berkata "kesuksesan setiap orang berbeda-beda, tidak bisa disamakan".[MS]