Oleh: @rinowalfatih
PASBANA.com -- Tersebut manusia terbaik diantara mutarabbi sang nabi ﷺ, pemisah antara kebenaran dan kebatilan, yang setan pun enggan jika bertamu sapa di jalanan sehingga mencari jalan lain. Dan mulianya, hingga makam beliau bersebelahan dengan yang ia cintai.
Dialah Umar bin Khattab Radhiyallaahu 'Anhumaa dari kabilah Adi. Khalifah kedua kaum muslimin pengganti ash shiddiq Radhiyallaahu 'Anhumaa. Terkisah, di masa beliau memimpin perang, dia dan pasukannya tetiba di tempat yang sedang mengalami serangan virus penyakit mematikan.
Peristiwa itupun terjadi. Sehingga tercatat dalam tinta sejarah. Percakapan yang melegenda tentang memahami takdir. " Akankah kita lari dari takdir ini ya Amirul mukminin? " Pungkas salah seorang shahabat. Pertanyaan cerdas namun pasrah.
Dengan wajah tenang lagi menganggumkan, Umar menjawab, " Ya, kita akan lari dari satu takdir kepada takdir yang lain,"
Jlebb.., mengesankan serta ada harapan yang kuat. Lanjutnya..
" Bagaimana pendapatmu jika engkau dihadapkan pada lembah yang memiliki dua persimpangan, yang satu subur sedangkan yang satu lagi tandus. Jika engkau memilih yang subur maka engkau telah memilihnya dengan ketentuan Allah, tetapi jika engkau memilih jalan yang tandus serta gersang, engkau katakan bahwa pilihanmu itu dengan ketentuan Allah ?”
Berpijak dari semangat spritual Al-qur'an " Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya. " Sudah jelas hidup kita tergantung usaha yang kita persembahkan. Mau keras-kerasan kerjanya atau malas-malasan, pasti Allah balas secara adil. Ingat, autopilotnya ada di kita sendiri.
Nah, pertanyaannya. Dimanakah letak takdir Allah ?, Bukankah begitu?, Ayo ngaku saja !
Secara Indah kang Abik menggores dalam novel Ayat-ayat Cinta seperti ini. " Takdir Tuhan ada di ujung usaha manusia. Tuhan Maha adil, Dia akan memberikan sesuatu kepada Umat-Nya sesuai dengan kadar usaha dan ikhtiarnya. " jelas sekali bukan. Nahasnya kita belum berbuat tetapi sudah menyalahkan takdir. Menyedihkan.
Kebanyakan di zaman now ini. Baru saja membuka usaha lalu rugi sudah berkata, " ini sudah takdir saya. " Memang benar tetapi kasihan sekali takdir disini bermakna negatif. Makanya, perlu tujuan yang jelas agar tidak mudah menyalahkan takdir.
Begitu juga dengan perasaan, apalagi terselip hubungan, " Ya, mau gimana lagi, bukan jodoh saya ". Jujur saya geram dengan ungkapan yang bernada seperti itu. Seolah tersirat mengabaikan proses dan usaha. Dalam tanda kutip belum berbuat.
Saya sependapat dengan Thomas Carlyle kira-kira begini ungkapnya, " Seseorang dengan tujuan yang jelas akan berbuat kemajuan walaupun melewati jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan, tidak akan membuat kemajuan walaupun ia berada di jalan yang mulus. "
Maka tak heran banyak orang bertumbangan dalam berproses. Sebab lemahnya visi dan misi nya dalam bertindak. Apakah itu mau membangun perusahaan, organisasi sosial, berumah tangga. Sehingga takdir disini menjadi kambing Hitam. Kasihan sekali si kambing udah hitam disalahkan lagi. [**]