Notification

×

Iklan

Iklan

Hutang dan Negara

21 Mei 2018 | 13:43 WIB Last Updated 2021-05-15T03:55:42Z
Penulis : Wawan Setiawan
Edit by DNA


Isu bergulir tentang hutang seringkali diangkat di Indonesia. Konon pemerintah Indonesia membayar hutang lama dengan cara membuka hutang baru, atau "gali lobang tutup lobang," katanya bang Roma penyanyi dangdut terkenal era 80-an itu.

Sepengetahuan saya, Indonesia ini sudah punya hutang sejak awal kemerdekaan, hutang warisan yang ditinggalkan Hindia Belanda lebih kurang, sekitar USD $. 4 billion, kemudian baik era rezim Soekarno, Suharto, BJ. Habibie, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ataupun era Presiden Joko Widodo, Indonesia telah menambah jumlah hutang, hanya di era Presiden Gus Dur saja, hutang Indonesia berkurang.

Era Presiden SBY berhasil membesarkan ekonomi, atau GDP, sehingga hutang ratio to GDP yg pernah mencapai sekitar 60% turun ke level sekitar 30% di era Presiden Jokowi ini. Dari yang saya tangkap, hutang Indonesia, 60%-nya juga dipegang oleh domestik, sehingga kalau melihat fakta itu maka hutang Indonesia mestinya masih aman.

Di dunia global ini, ada beberapa negara yang justru men-“tabu”-kan hutang, sebagai contoh :  Suriah, Iran, atau Korea Utara, termasuk juga negara Russia, yang ketika terjadi perpecahan Uni Soviet, maka hutang Soviet ditanggung oleh Russia, sehingga ratio hutangnya pernah mencapai hampir 100%, tapi kini Russia hanya punya hutang sekitar 10% saja dari GDP rasio.

Pendapatan per kapita di Russia memang masih menengah, sekitar USD $. 23.000, tapi Russia juga tidak mempunyai hutang yang banyak ke negara lain, sehingga secara fundamental, ekonomi Russia cukup kuat, meski Russia di embargo atau diblokade ekonomi oleh Amerika dan negara eropa barat, tapi itu justru membuat Russia semakin berdikari ekonomi, terutama saat ini sudah mampu mempunyai industri pangan sendiri yg cukup kuat sehingga tidak perlu impor seperti era sebelumnya.

Di Indonesia, saya berharap, semoga hutang pemerintah digunakan terhadap sektor yang positif dan tepat sasaran untuk menopang pertumbuhan ekonomi, misal sektor infrastruktur, atau sektor perbaikan teknologi eksplorasi oil dan gas, agar Indonesia mampu memproduksi oil dan gas dalam output yg tinggi per harinya.

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update