Catatan Wawan SetiawanEdit by DNA
Jikalau di era rezim Soeharto kita analisis dengan lebih obyektif, tentunya ada nilai plus dan minusnya.
Diantara kelebihan yang dapat kita amati bersama adalah stabilitas yang sangat bagus, maklum TNI mempunyai jaringan sampai level Babinsa, atau perangkat desa dan pengaruh "loreng" sangatlah dominan di tatanan pemerintahan.
Ekonomi Indonesia juga membaik dibanding era Presiden Soekarno, namun ekonomi Indonesia saat itu ditopang oleh ekspor minyak, dan Indonesia juga menjadi salah satu anggota OPEC, badan dunia yang mengurusi minyak bumi tersebut.
Harga barang dan kebutuhan pokok murah serta terjangkau, begitu juga dengan nilai tukar (kurs) rupiah Indonesia terhadap dollar Amerika Serikat cukup stabil dengan dilakukan strategi fixed currency, atau nilai tukar ditetapkan oleh pemerintah.
Sampai terjadilah krisis 1998 (era reformasi) yang berdampak sangat luas terhadap Indonesia, dimana ekonomi Indonesia hancur, nilai tukar dollar mencapai hampir 20.000 Rupiah per USD Dollar nya, menyebabkan banyak bank yang kekurangan dana valid atau likuid, sehingga Indonesia memerlukan bantuan IMF.
Bantuan IMF memang cair tapi disertai dengan syarat, misal ditutupnya IPTN yang dianggap banyak menghabiskan uang negara, dan juga IMF meminta kurs Rupiah menjadi kurs mengambang.
Di era Soeharto, ekonomi juga dibangun melalui ekonomi kapitalisme oligarki, ketika itu kepercayaan terhadap ekonomi adalah ekonomi akan menetes kebawah, dari oligarki, ke kelas menengah dan lantas ke kelas bawah.
Kekayaan alam Indonesia juga banyak dikuasai oleh asing, misal Freeport yang menguasai emas di Papua, dan juga minyak dikuasai oleh Exxon, banyak lagi hasil bumi Indonesia di kuasai oleh pihak asing.
Visi Soekarno, agar kekayaan alam dikuasai sendiri diabaikan, Soekarno berpandangan agar Sumber Daya Manusia Indonesia maju, sehingga disekolahkan ke Eropa agar kelak bisa mengeksplorasi kekayaan alam Indonesia sendiri. Contohnya seperti BJ. Habibie di sekolah ke Jerman atas program dari era rezim pemerintahan Soekarno.
Selain itu di masa Soeharto juga terjadi KKN, atau Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, anak-anak serta konco-konconya Soeharto seperti Tutut, Bambang, maupun Tommy mempunyai gurita bisnis dan di istimewakan disetiap lini ekonomi dan bisnis.
Menurut Prof. Sumitro, bapak dari jenderal Prabowo Subianto, yang juga menjadi think thank ekonomi Indonesia, konon 30% APBN negara bocor atau dikorupsi.
Korupsi menjadi hal yang menggurita di era Soeharto, sehingga ekonomi Indonesia ketinggalan jauh baik dari Malaysia maupun Singapore, sempedan dekat Indonesia itu.
Kini, 20 tahun sudah Soeharto lengser, tapi Korupsi tetap menggurita di Indonesia. Jatuhnya rezim Orde Baru tidak membuat Indonesia segera sadar dan belajar dari masa lalu, bahwa korupsi itu adalah penyakit kronis didalam pembangunan, dan merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa--bernegara.