Oleh : Zulkarnaen, S.Sn*) |
Penulis mengikuti seminar nasional bertajuk estetik diisi oleh para pakar, diantaranya Prof. Dr. Jacob Sumardjo, Buya Mas’oed Abidin, Prof. Dr. Yasraf Amir Piliang, dan sederatan pakar seni di Indonesia hadir dalam seminar dua hari 18-19 Juli 2018 di Institut Seni Indonesia Padangpanjang.
Para pakar seni yang tak kurang dari 10 orang tersebut datang ke Padangpanjang memberikan ilmu tentang estetika agar terasa cita rasanya untuk peserta seminar.
Peserta seminar berasal dari Padangpanjang, Jakarta, Yogyakarta, Solo dan berbagai kota di Indonesia. Spesialnya seminar nasional yang penulis ikuti kali ini, pesertanya banyak bergelar Doktor. Mahasiswa sekira 10 orang dari 100 peserta seminar.
Seminar nasional bertajuk Estetik dibagi dua sesi perhari. Sesi pertama, moderatornya Dr. Asril, salah seorang dosen paforit ISI Padangpanjang. Sesi pertama dibagi menjadi dua key speakers: Buya Mas’oed Abidin dan Prof. Dr. Jacob Soemardjo. Ihwal mereka berdua, silahkan anda lihat sendiri di internet.
Poin penting yang disampaikan Buya adalah setiap berkarya seniman hendaknya menggunakan background agama, berprilaku sesuai tatanan di daerah setempat dan beretika. Instuisi yang datang dari spirit seseorang berdasarkan background seseorang.
Satu lagi yang penulis ingat apa yang disampaikan oleh Buya, bahwa estetika adalah dasar dalam agama, karena Allah mencintai estetika, Allah menciptakan semesta alam dengan estetika sesuai apa yang disampaikan dalam alquran.
Prof. Dr. Jacob Sumardjo, darinya penulis dapatkan pengetahuan tentang esetika berangkat dari zaman purba, bahwa karya seniman akan kukuh jika berangkat dari karakter nenek moyang pada zaman purba yang mempertahankan tradisi. Penulis mempersingkat pemaparan makalah beliau dengan kalimat pendek dari Prof. Dr. Jacob Sumardjo: Setiap perkawinan pertentangan melahirkan dinamika. Setiap kesempurnaan lahir dari saling isi mengisi. Namun suara Prof. Dr. Jacob Sumardjo sayup sayup tak sampai kepada para peserta seminar termasuk saya. Ini faktor umur pak prof.
Pada sesi pertanyaan Dr. Asril mempersilakan peserta bertanya, penulis adalah peserta pertama, selanjutnya Prof. Dr.Yasraf Amir Piliang, Lanang dari Solo, Hamzah dari Padangpanjang, Beni dari Yogyakarta, dan Sadikin dari Jakarta.
Penulis menanyakan kepada key speaker bagaimana kaitan pertentangan yang melahirkan dinamika dan kesempurnaan saling isi mengisi dengan intuisi, estetika dan etika?
Moderator memperjelas pertanyaan saya dengan singkat kepada key speaker. Dijawab dengan panjang lebar yang intinya saling berkaitan, pertentangan tidak berarti membunuh, jawab Prof. Dr. Soemardjo.
Sementara Buya menjawab intuisi, estetika dan etika melahirkan kesempurnaan yang saling isi mengisi.
*). Penulis adalah Mahasiswa Akhir S2 ISI Padangpanjang