Ditulis Oleh: Wawan Setiawan
Kemaren, dari hampir di semua suratkabar nasional ada berita menuliskan bahwa nasionalisasi Freeport sudah deal dan akan dimulai secara bertahap. Sebelumnya saya membaca pemerintah berjanji akan menyelesaikan nasionalisasi Freeport di bulan April 2018 kemudian mundur lagi di bulan Juni 2018.
Hal ini menandakan nasionalisasi Freeport ini cukup alot dan berjalan sengit, Freeport juga pernah mengklaim mereka tidak mau di nasionalisasi dan akan membawa ke pengadilan Internasional. Syukurlah kemaren ada kesepakatan (MOU) pihak Freeport dengan Pemerintah Indonesia untuk me-nasionalisasi-kan Freeport yang sudah ditanda tangani kedua belah pihak.
Namun bila kita bisa melihat secara obyektif, bisnis emas sudah tidak berjaya dan menggiurkan seperti di era tahun 1960 sampai di dekade 1990-an, dimana penambangan emas merupakan "surga," baru-baru ini saya membaca pada Harian Russia Today, bahwa mereka menuliskan penambangan emas terbesar adalah di Afrika Selatan, dan kabarkan saat ini 75% perusahaan penambangan emas merugi atas bisnis emas tersebut.
Ini berbeda ketika saya baca tentang Freeport, mereka mengatakan masih bisa untung, dan di tahun 2018 awal ini mereka telah menaikan keuntungan sampai sekitar 12%.
Freeport kalau diskala terhadap perusahaan dunia, sebenarnya tidak terlalu besar, nilai kapitalisasi-nya hanya sekitar 25 billion usd, jauh lebih kecil jika dibandingkan Facebook misalnya, yang mempunyai kapitalisasi sampai usd 586 billion.
Saham Freeport McMoran juga tidak terlalu bagus, sehingga nasionalisasi saat ini terkesan hanyalah kebijakan politis dan terkesan populis, karena bisa Pemerintah mampu menguasai Freeport adalah seperti amanat UUD RI 1945 pada pasal 33, kekayaan alam dikuasai oleh Negara untuk kemaslahatan rakyat.
Kapitalisasi Freeport kali ini oleh BUMN Inalum atau BUMN yg bergerak di bidang alumunium, sebesar 53 triliun rupiah, dan sayangnya Inalum membeli saham Freeport juga dengan hutang sekitar 74 triliun rupiah.
Meski terkesan politis dan populis, namun saya kira menasionalisasi Freeport adalah langkah yang tepat bagi negara Indonesia meski terkesan terlambat, di Arab, pemerintah Arab Saudi sukses menasionalisasi Saudi Aramco dan di Russia, Putin sukses menasionalisasi perusahaan minyak dan gas, menjadi Gazprom dan Rosneft, dan mereka beruntung, setelah nasionalisasi harga minya dan gas melambung cukup tinggi saat itu.
Saya berharap kedepan harga emas akan melonjak, agar Freeport memberikan deviden-nya yang besar ke negara Indonesia.