Mevi Rosdian ( berdasi ) di antara Tim Penguji dan Dosen Pembimbing serta Pelaku Etnofotografi , Don Hasman ( Dok. Istimewa ) |
Padang Panjang -- Tak banyak yang menekuni dan menjadi pelaku dalam bidang fotografi yang satu ini. Etnofotografi, sebuah kajian dalam antropologi visual yang menekankan pada sebuah makna dari ekspresi budaya (foto). Selama ini orang lebih terkonsentrasi pada sisi teknis fotografi seperti perspektif, penataan cahaya, spektrum, fokus sampai pada perspektif, namun lain halnya dengan Etnofotografi.
Dan
harapan perkembangan dunia Etnofotografi di Minangkabau atau Sumbar
nampaknya akan terwujud. Adalah Mevi Rosdian, seorang pegiat budaya
Minangkabau yang juga fotografer profesional berhasil menuntaskan studi
Strata Duanya di Jurusan Pengkajian Seni - Pasca Sarjana Institut Seni
Indonesia ( ISI ) Padang Panjang dengan judul tesis penelitian, Kajian
Etnofotografi pada karya Don Hasman, "Urang Kanekes, Baduy People" ,
pada Rabu (21/08) yang lalu.
Dihadapan
Tim Penguji yang tak diragukan kapasitas di bidangnya, yang terdiri
dari Ediwar, S.Sn, M.Hum., Ph.D , Dr. Sahrul N, S.S., M.Si dan Dr.
Edwar Zebua, M.Pd , kajian tesis tentang Etnofotografi ini dipaparkan
oleh Mevi Rosdian.
Dari
Kajian Etnofotografi ini, diharapkan dapat merangsang para pelaku
etnofotografi untuk melestarikan dan mendokumentasikan budaya dan
tradisi Minangkabau yang bernilai tinggi , melalui kiprah dan
karya-karyanya . Khusus Minangkabau, sebagai suku bangsa yang masih memiliki banyak
nilai-nilai budaya yang masih bertahan, sesungguhnya suatu lahan kerja
etnofotografi. Dan bagi ISI Padang Panjang , inilah kali pertama kajian tentang Etnofotografi diangkat dalam sebuah penelitian strata dua.
Bagi
Mevi, melakukan visualisasi terhadap unsur-unsur kebudayaan Minangkabau
khususnya, dapat menjadi bahan kajian yang bermanfaat untuk ilmu
pengetahuan, khususnya kajian terhadap suatu kelompok masyarakat.
Perekaman ini nantipun dapat menjadi sumber bukti suatu peradaban suku
bangsa.
Ia berharap banyak
fotografer yang tertarik untuk menggeluti bidang etnofotografi,
selanjutnya kepada pihak-pihak terkait seperti pemerintah,pendidikan,
akademisi, maupun lembaga-lembaga masyarakat, menyadari pentingnya
aktivitas etnofotografi, menggiatkan aktivitas etnofotografi khususnya
di Sumatera Barat, seperti lomba foto, pembuatan buku, maupun
pameran-pameran yang terkait dengan karya etnofotografi.
" Secara khusus, saya akan terus mengabdikan diri untuk bidang etnofotografi, khususnya melakukan kajian-kajian etnofotografi, sebab yang dituangkan di dalam tesis ini, masih 3-5 persen dari apa yang ingin saya kejar terkait kajian etnofotografi. Secara umum, saya akan mencoba membuat jaringan bersama pelaku maupun pengkaji etnofotografi di Indonesia, untuk menggiatkan aktivitas etnofotografi ini, " urai Mevi saat ditemui Pasbana.com.
Tak lupa
ia mengucapkan rasa terima kasihnya kepada segenap dosen pasca sarjana
ISI Padangpanjang, pembimbing tesis Dr. Asril, S.S.Kar., M.Hum Prof. Dr.
Novesar Jamarun M.Syang telah memberikan bimbingan yang bernilai dalam
penyusunan tesis , sehingga lulus dengan predikat Pujian ( Cumlaude ).
"
Ucapan terima kasih juga Saya sampaikan kepada keluarga yang mendukung
penuh pendidikan saya, penguji tesis, tim Ekspedisi Baduy, dan
media-media yang kerap mempublikasikan aktivitas
etnofotografi, tentunya terima kasih yang sangat besar untuk Don Hasman,
serta Prof, Nusyirwan Efendi sebagai Narasumber tesis ini, " pungkas
Mevi.
Untuk diketahui, sesuai kutipan dari BPS bahwa Indonesia memiliki 1340 suku bangsa, belum
termasuk kelompok-kelompok masyarakat secara sosiologis. Kondisi ini
merupakan sebuah surga buat pelaku etnofotografi. Banyak hal terkait
unsur budaya suku bangsa di Indonesia yang bisa digali dan dikaji secara
sosiologis mapun antropologis. Logikanya, pelaku etnofotografipun
seharusnya bertumbuh di Indonesia. Dalam kenyataannya, orang luar
Indonesia yang lebih banyak datang ke Indonesia untuk beretnofotografi.
Ini harapan kita bersama ! Melestarikan Budaya Bangsa melalui Etnofotografi .
( Inyong Budi )