Oleh : Mevi Rosdian *) |
Pasbana.com -- Penggunaan fotografi untuk ilmu sosial sebenarnya sudah lama dilakukan. Contohnya pada disiplin Sosiologi pada abad ke-19. Fotografi dan sosiologi memiliki waktu kelahiran yang sama, yaitu pada saat Auguste Comte memberi nama Sosiologi sebagai ilmu, serta kelahiran fotografi pada tahun 1839 ketika Daguerre memunculkan karya fotografi pertamanya pada pelat logam. Satu dari dua karya awal Daguerre, adalah eksplorasi masyarakat.
Begitu juga dengan antropologi. Sejalan dengan perkembangan penggunaan data visual dalam penelitian antropologi, dalam hal ini menggunakan pendekatan etnografi, banyak pelaku-pelaku fotografi saat ini mencoba melakukannya. Aktivitas tersebut muncul dengan istilah Etnofotografi. Dari tinjauan linguistik, Etnofotografi merupakan merupakan perpaduan antara etno dan fotografi.
Sebagai sebuah metode, etnofotografi merupakan kerja etnografi yang menggunakan medium fotografi untuk menunjang kerja dalam pengumpulan data untuk bahan analisis. Dengan demikian penggunaan materi fotografi menjadi bahan utama untuk beretnografi.
Ekspedisi Baduy yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan Etnofotografi ( Dokumen Istimewa Mevi ) |
Menurut Prof. Nusyirwan Effendi, akademisi Antropologi Univeritas Andalas menuturkan bahwa, Etnofotografi terkait dengan Antropologi Visual. Aktivitas ini merupakan tinjauan bagaimana Antropologi memahami foto sebagai upaya menjelaskan kebudayaan. Berbicara etnofotografi tidak bisa lepas dari konsep kebudayaan, Antropologi Visual, Etnografi serta unsur-unsurnya.
Kajian dan Analisis terhadap karya-karya Etnofotografi ( Dok. Istimewa Mevi ) |
Di Indonesia, nama Don Hasman sudah tidak asing lagi dikenal sebagai pelaku Etnofotografi. Don Hasman merupakan fotografer yang malang melintang berkarir di media-media cetak Indonesia. Ia mengakhiri karirnya, sebagai pensiunan fotografer pada majalah Mutiara. Meski pensiun dalam jenjang karir sebagai karyawan, Don Hasman tetap mengabdikan diri pada dunia fotografi Indonesia sebagai fotografer lepas, dosen luar biasa, serta memberikan seminar-seminar fotografi. Berkat dari konsistensinya dalam dunia fotografi, Don Hasman banyak menerima penghargaan nasional maupun internasional. Salah satu penghargaan internasional adalah "100 Famous Photographer in The World" tahun 2000 dari pemerintah Perancis.
Dari tinjauan curriculum vitae yang didapatkan langsung dari Don Hasman, beliau seorang fotografer, namun tidak pernah menempuh jalur akademis disiplin Antropologi. Jika aktivitas etnofotografi, merupakan perpaduaan antara etnografi dan fotografi, bagamaina cara Don Hasman beretnofotografi, tanpa pernah menempuh jalur akademisi antropologi. Inilah permasalahan utama yang dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini ditinjau melalui karya etnofotografi Don Hasman pada buku "Urang Kanekes Baduy People".
Pertanyaan khusus tertuju pada idealnya sebuah kerja etnofotografi. Pada kondisi ini, etnofotografi adalah suatu pembauran satu aktivitas dengan tuntutan penguasaan dua keahlian. Apakah kerja etnofotografi ini wilayah disiplin ilmu antropologi atau disiplin ilmu fotografi? Bagaimana disaat pelaku etnofotografi adalah akademisi antropologi yang tidak memiliki keahlian fotografi? Begitu juga sebaliknya. Kapan idealnya kerja etnofotografi itu akan tercipta? kondisi ini nantinya akan memengaruhi gaya "style" seoarang pelaku etnofotografi. Ini menjadi dorongan kuat saya untuk mengupas bagaimana style seorang Don Hasman, yang notabene bukan berlatar belakang akademisi Antropologi. Dalam penelitian ini saya langsung mengamati aktivitas fotografi Dn Hasman di Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Bersama Pelaku Etnofotografi Dunia , Don Hasman dan Kru Tim Ekspedisi Baduy ( Dok. Istimewa Mevi ) |
Dari penelitian ini terlihat bahwa Don Hasman beretnofotografi tetap melalui proses tahapan penciptaan sebuah karya fotografi yang lazim digunakan pada umumnya. Ciri khas Don Hasman dalam beretnofotografi adalah mendahulukan nilai informatif etnografi sebuah foto, tanpa mengabaikan aspek seni dalam teknik pemotretan. Untuk mengejar nilai informatif, Don Hasman melakukan pemotretan berulang-ulang agar memiliki bahan perbandingan untuk sebah analisa. Hal ini sperti yang pernah dilakukan di Baduy Luar dan Baduy Dalam selama 43 tahun, melakukan pendekan 8 tahun, melakukan aktifitas etnografi yang otodidak agar memperoleh informasi mendalam.
Selain itu, untuk memahami sebuah foto etnografi, perlu kajian pemaknaan foto, makna denotasi dan konotasi, serta makna mitos dari sebuah foto, kemudian disinergikan dengan tinjauan-tinjauan sosiologi antropologi khususnya etnografi. Pada idealnya, seorang etnofotografer, tidak hanya memahami teknik maupun teori dasar fotografi, namun dituntut juga memiliki pengetahuan sosiologi, antropologi khususnya etnografi.
Makin Tahu Indonesia !
*) Pengkaji dan Pelaku Etnofotografi , tinggal di Padang Panjang-Sumbar