Proses ekskavasi lubang tambang peninggalan Jaman Hindia Belanda di Sawahlunto ( foto : Dok. BPCB Sumatera Barat) |
Sawahlunto – Sebuah lubang bekas tambang batubara peninggalan jaman Pemerintah Hindia-Belanda di Sawahlunto ditemukan oleh Tim Arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya ( BPCB ) Sumatera Barat.
Tim sudah mengekskavasi atau menggali di dua titik di kawasan Saringan, Kelurahan Lubang Panjang, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto. Diperkirakan bekas lubang tambang batu bara itu berusia lebih seratus tahun.
Foto: Dok. BPCB Sumatera Barat |
"Lubang tambang ini diperkirakan dari tahun 1898. Ini dilihat lantaran lubang tambang semasa dengan rangkaian jalur rel pengangkut barubara," kata arkeolog Nedik Tri Nurcahyo, seperti dilansir Viva.co.id, Kamis ( 30/08).
Ekskavasi adalah salah satu metode dalam mengungkap suatu data arkeologi, yaitu struktur lubang tambang yang telah terpendam dalam tanah. Tim juga bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Sawahlunto sebagai upaya penguatan data dukungan terhadap rencana Kota Lama Sawahlunto sebagai warisan Dunia. Dan bekerjasama juga dengan mahasiswa dari Jurusan Arkeologi Universitas Jambi.
Fokus ekskavasi di depan lubang panjang Saringan dan di depan lubang Sungai Durian. Tim telah menggali sedalam dua setengah meter, namun tidak ditemukan lagi relnya, bahkan lubangnya pun sudah ditutup dengan bata dan plaster.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan, Peninggalan Sejarah dan Permeseuman Kota Sawahlunto, Hendri Thalib, situs lubang tambang itu akan menjadi bagian penilaian dari UNESCO untuk membawa kota lama Sawahunto menjadi kota warisan dunia.
Sawahlunto kini dikenal sebagai kota tambang batu bara. Kota itu awalnya sempat mati setelah penambangan batu bara dihentikan. Namun seiring perkembangan waktu, kota yang juga disebut dengan kota arang ini, berkembang pesat menjadi kota tujuan wisata tua yang multietnik. Bahkan sudah menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia.
Dalam penelitiannya, Willem Hendrik de Greve pada tahun 1867, mengungkapkan bahwa di Sawahlunto terdapat 200 juta ton batu bara yang terkandung di sekitar aliran Batang Ombilin, salah satu sungai di Sawahlunto.
Foto: Dok. BPCB Sumatera Barat |
Pemerintah Kota Sawahlunto tengah giat mempromosikan destinasi wisata sejarah serta memperjuangkan Kota Sawahlunto untuk mendapatkan pengakuan dari UNESCO. ( Ril).